Mertua Yanti

Mertua Yanti

Kisah ini saya susun berdasarkan fakta yang saya dapat dari cerita pribadi salah seorang bekas teman karib semasa kuliah dulu. Ia baru saja menikah sekitar satu setengah tahun lamanya. Yanti nama temanku itu. Sementara suaminya bernama Pras. Kejadiannya bermula ketika Pras mendapat tugas luar kota dari kantornya, di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Pras memang biasanya dapat pergi tiga sampai empat hari. Seandainya pulang pun hanya beberapa jam saja, kemudian berangkat lagi. Sebagai seorang isteri, Yanti tidak dapat melarangnya, apalagi itu urusan kerja. Maklum, yang dilakukan itu ada kaitan dengan promosi terhadap diri Pras menjadi Area Sales Manager dalam waktu dekat. Yanti tentu saja merasa ikut senang mendengar akan hal itu, sehingga ia memberikan kebebasan waktu pada Pras untuk meningkatkan prestasinya.

Karena kesibukannya itu, Pras sering melupakan hak Yanti sebagai seorang isteri. Hari-hari Yanti penuh dengan kesepian. Apalagi buah perkawinan mereka belum juga ada. Akhirnya Yanti menggunakan waktu sepi itu untuk berbagi rasa dengan mertuanya, Prambudi. Prambudi sudah sangat berumur, karena usianya sudah hampir mencapai setengah abad. Prambudi saat itu sudah hidup sendiri tanpa pendamping hidup, karena isterinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebetulan Prambudi tinggal serumah dengan mereka. Obrolan serta gurauan, hampir mereka lakukan setiap hari, terutama ketika Pras sedang tidak ada di rumah. Tidak jarang karena Yanti dan mertuanya keasyikan mengobrol, mereka terkadang sampai lupa waktu. Mereka pernah sampai tengah malam baru berhenti mengobrol.

Yanti merasa obrolan dengan mertuanya itu bermanfaat. Ia menjadi lebih terhibur dan tidak lagi begitu kesepian seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan mertuanya. Prambudi merasa lebih senang dan enjoy. Sebelumnya ia yang pendiam kini berubah menjadi periang. Sejak itulah, Yanti bersama mertuanya saling mengisi hari-hari luang mereka dengan obrolan-obrolan kecil namun menyenangkan hati mereka berdua. Setidak-tidaknya rasa jenuh yang dirasakan Yanti kini terobati. Dan harus diakui oleh Yanti, pengetahuan mertuanya memang begitu banyak. Cara penyampaiannya pun cukup diplomatis dan memperlihatkan wibawa seorang yang telah berumur.

Suatu hari, mertuanya bercerita tentang kecantikan isterinya sewaktu masih hidup. Bahwa isterinya dulu tergolong wanita yang banyak disukai oleh pria lain. Disamping sebagai parasnya yang cantik, lembut, juga mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai gitar spanyol yang mengagumkan. Kalau ada lelaki yang meliriknya, pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Makanya, aku beruntung mendapatkan ibumu dulu.., tapi sayang.., ia begitu cepat meninggalkanku.." kata mertuanya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya yang sudah banyak menghabiskan rokok itu.

Malam pun semakin larut, seiring dengan cerita mertua Yanti yang sudah tidak menentu arah pembicaraannya. Sampai akhirnya mengenai hal yang sifatnya pribadi pun diceritakan dengan tanpa ada rasa canggung lagi. Singkatnya, bahwa almarhumah ibu mertuanya adalah isteri yang cantik serta dapat memuaskan dalam setiap permainan ranjang yang pernah mereka lakukan.

"Entah berapa kali setiap malam kami lakukan, yang jelas pasti tidak terlewatkan.." kata mertuanya mengenang masa lalu.
"Pernah aku dibikin kewalahan, karena aku lupa minum obat." lanjut Prambudi dengan santainya mngupas seluruh rahasia rumah tangganya.
"Kamu belum ngantuk, Yanti..?" tanya mertuanya sambil merapatkan duduknya ke samping Yanti.
Saat itu mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. Yanti pun mulai curiga dengan sikap mertuanya, apalagi tangan mertuanya mulai memegang pundaknya.

Tatapan mata Prambudi begitu tajam, seolah-olah ingin mengulangi kejadian indah bersama isterinya. Dan Yanti lebih kaget lagi, ketika mertuanya berkata, "Kamu cantik Yanti.. maukah kamu, barang sejenak melayaniku..?" pinta mertuanya yang kelihatannya sudah terpengaruh dengan cerita masa lalunya itu.
"Tolong Yan, aku sudah lama kesepian, lagian suamimu khan tak ada di rumah..!" desak halus mertuanya sambil menarik tangan Yanti ke kamar.

"Jangan Ayah..! Aku milik anak Ayah..!" tolak Yanti sambil menepis kedua tangan Prambudi yang kini sudah hinggap di payudara 36B miliknya.
"Mau ya Yanti.., sekali aja kok..!" rayu mertuanya sambil melepaskan semua pakaiannya.
"Sekarang kamu diam, ya..! Kakinya diangkat ke atas.., ya begitu.., biar Ayah yang bantu melepaskan pakaianmu..!"
Sungguh, Yanti merasa bingung saat itu. Anehnya ia diam dan menuruti kemauan mertuanya begitu saja. Mertuanya dibiarkan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Mungkin karena rasa kasihannya pada sang ayah mertua yang sudah lama kesepian. Apalagi sebagai seorang isteri normal, Yanti jarang sekali mendapat kenikmatan dari suaminya, Pras, karena kesibukannya.

Sementara itu dengan lembutnya Prambudi membaringkan tubuh Yanti yang tanpa sehelai benang pun yang menutupinya ke tempat tidur, lalu mulai menjilati semua lekuk tubuh Yanti dari bagian pundak, belakang telinga, leher, payudara hingga bagian bawah perutnya. Payudara Yanti dijilati dengan penuh semangat, sambil sekali-kali diremas-remas dengan perlahan. Yanti menggelinjang diperlakukan seperti itu. Saat sampai di bagian benda kewanitaannya, Prambudi menyibakkan rambut-rambut kemaluan Yanti yang amat lebat dan hitam. Lalu klitorisnya dijilati dengan berputar-putar. Dengan sengaja Prambudi memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Yanti sambil kelentitnya dipegang-pegang.

Yanti pun tidak lama telah terhanyut oleh kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya itu. Ia pun mengimbangi permainan asmara itu dengan perasaan yang sudah lama tidak dirasakannya. Ia meminta mertuanya untuk berbaring. Langsung diraihnya senjata andalan Prambudi. Kemaluannya sudah tegang. Lidah Yanti menjilati seluruh batangan mertuanya yang kelihatan telah berurat itu dengan penuh semangat. Dihisap dan dikulum-kulumnya selayaknya seorang yang haus akan hubungan seks. Tidak ketinggalan batang kejantanan itu dikocok-kocoknya. Luar biasa kocokannya itu, buktinya Prambudi sampai terpejam-pejam merasakannya.

"Aku sudah tak tahan, Yanti.. masukkan saja ya, Nak..?" ujar Prambudi di tengah-tengah kenikmatan yang menjalari segenap urat syarafnya.
Yanti hanya tersenyum penuh arti akan pernyataan ayah mertuanya. Segera ia naik ke atas perut ayah mertuanya itu. Lalu dengan tangan kiri, dituntunnya batang kemaluan yang sudah amat besar dan tegang itu masuk ke belahan liang senggamanya.
"Bles.. jeb..!" Yanti pun segera bergoyang maju mundur, lalu ke atas ke bawah.
Sementara itu, Prambudi berusaha bangkit untuk menjilati kedua bukit kembar menantunya itu seperti bayi yang haus akan air susu ibunya.

Segera setelah mulut Prambudi mencapai payudara indah Yanti, Yanti pun dengan sengaja mengarahkan payudaranya ke arah mulut sang mertua, baik buah dada yang kanan maupun yang kiri.
"Uh.. uh.. uh.." terdengar erangan kenikmatan dari mulut Yanti mengiringi gerakan tubuhnya.
"Aku mau keluar, Yah..!" ujar Yanti dengan nafas memburu.
Dan benar, sesuatu dari dalam dirinya tiba-tiba seperti meledak. Ia mengalami orgasmenya.. Namun, Prambudi kelihatannya belum mau berhenti juga. Ia lalu menyuruh Yanti merubah posisi pernaian seks mereka. Kini Yanti dengan posisi menungging. Kedua tangannya memegang ujung ranjang. Sementara dengan semangat 45, Prambudi segera mengarahkan batang kejantanannya ke belahan bibir kemaluan Yanti.

Dengan sekali hentakan, "Bless..!" Batang kejantanan itu masuk seluruhnya.
Prambudi dengan posisi setengah berdiri terus "menghajar" Yanti dari belakang sambil kedua tangannya berusaha meraih payudara Yanti yang memang sangat merangsang Prambudi. Setelah ia raih, diremas-remasnya dengan perlahan.

"Wah.. coba dari dulu aku mencicipi tubuh mulus ini.. pasti aku tambah awet muda.." pikir Prambudi ditengah serangan gencarnya.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Prambudi merasakan sesuatu akan keluar dari tubuhnya dan perasaannya melayang. Matanya yang bulat terbeliak dan kemudian melotot. Yanti yang sadar mertuanya akan ejakulasi, segera melepaskan pantatnya dari serangan gencar batang keperkasaan Prambudi. Lalu ia meraih rudal panjang Prambudi dan dikocok-kocoknya agar mendapatkan puncak klimaks mertuanya. Benar saja, cairan sperma dari batang keperkasaan Prambudi keluar menyemprot dengan derasnya. Melihat itu, Yanti segera menghisapnya sampai habis semua cairan lelaki itu hingga mulutnya ikut menjadi basah. Batang kemaluan itu dijilatinya sampai bersih.

"Yan.. kapan-kapan kita ulangi lagi ya.., Ayah benar-benar puas sekarang.." ujar Prambudi sambil memakai pakaiannya kembali.
Yanti hanya mengangguk dan tersenyum kecil memberikan kesan puas baik fisik maupun batin.
Dalam hatinya ia berkata, "Dasar tua bangka..! Menantu aja di 'makan'..!"
"Kamu memang benar-benar bisa memuaskan keinginanku yang selama ini sudah tidak dapat kulampiaskan lagi.. sekali lagi Ayah benar-benar merasa puas sekali..!" kata Prambudi menambahkan sambil mencium kening Yanti yang basah dengan peluh itu.

Malam itu mereka lalui dengan perasaan sedikit penyesalan, tetapi juga rasa puas, karena keinginan batiniah diantara mereka berdua dapat tersalurkan. Namun, sejak itu setiap kali mertuanya mengajak berhubungan intim, Yanti selalu melayaninya dengan senang hati dan penuh semangat. Dan hal itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua kali saja, tetapi mereka melakukannya hampir seperti layaknya suami isteri. Maklum, suaminya belum dapat memberikan kepuasan batiniah pada Yanti. Kasihan Yanti, ya..?

Muda Dan Berbahaya

Muda Dan Berbahaya

Sesampainya di rumah Nevo, kami langsung membopong Nevo keluar dari mobil. Di dalam, kami telah disambut oleh pembantu Nevo yang agak terbelalak melihat kondisi majikannya. Kami membawa Nevo ke dalam kamarnya dan merebahkannya di tempat tidur, selanjutnya secepat kilat mbok Surti mengambil alih tugas kami, membersihkan luka tusuk di perutnya, lalu mengamati luka itu lebih seksama.
“Yang ini sih ndak terlalu dalam Mas..!” sahut mbok Surti, tampaknya ia telah biasa mengurus majikannya itu, “Malahan ndak nembus sama sekali kok Mas!” lanjutnya kemudian.
Kami membiarkan Mbok Surti mengurus luka majikannya itu, dan meninggalkan mereka berdua. Di ruang tengah yang besar itu, tampak televisi flattron 37″ dengan seperangkat audio setnya, speakernya dimana ya? Ooo..itu dia.. dua buah speaker kecil bermerk BOSE di dua sudut atas ruangan.

Ratih tampak sudah terbiasa berada di dalam rumah pribadi Nevo, yang telah meninggalkan rumahnya sejak 6 bulan terakhir.
“Dasar anak orang kaya!” pikirku.
“Nih!” seru Ratih pendek sambil menyodorkan segelas teh panas kepadaku.
“Thanks” jawabku singkat, kuhirup teh itu.
“Ya ampun! Pahit sekali!” Segera terasa bulu kudukku meremang, merindingku menjalar mulai dari leher hingga ke kaki, bahkan kulit kepalaku pun terasa merinding. Ratih tersenyum aneh menatapku, wajahnya masih tertunduk meniup teh panasnya sendiri, sambil matanya menatap ke arahku tajam.

Memang, kedengarannya aneh kan? Minum teh panas kok merinding? Akan saya jelaskan.
Dulu, ketika aku masih SMA aku telah tertarik dengan dunia klenik, dunia gaib, atau dunia supranatural, atau apapun lah sebutannya. Aku sempat berguru ke sana kemari, hingga akhirnya kutemukan guru yang paling cocok denganku. Ia adalah diriku sendiri. Dari dulu aku percaya bahwa ketika seorang manusia lahir, ia tidaklah sendiri, ia selalu ditemani oleh gurunya, yang biasanya adalah sukma atau spirit leluhurnya. Nah, kebetulan spirit di dalam tubuhku ini memiliki minuman kegemaran, yaitu teh pahit panas. Yang mana setiap kali aku minum, auranya akan selalu memasuki tubuhku untuk ikut menikmati. Weird ya? Well, masing-masing orang memiliki kepercayaannya masing-masing.

Ok.. Lanjut! Well, selanjutnya aku langsung terlelap dengan keasyikanku menikmati minuman tersebut di sofa, seakan tidak ada minuman lain yang lebih nikmat dari itu. Ratih juga duduk di sampingku sambil kedua tangannya memegang gelas tehnya, kakinya ditekuk, berusaha mengusir dinginnya AC, boots tingginya telah dilepaskannya sebelum ia meyeduh teh di pantry. Ketika aku sedang menghirup lagi minuman nikmat itu, kulirik Ratih di sisiku. Ia tengah menatapku dengan pandangan yang sangat lembut, keibuan.
“Enak tehnya Yang Mulia?” tanyanya.
Entah mengapa, aku merasakan situasi saat itu seperti pernah kualami sebelumnya, Deja Vu! Seketika itu juga kurasakan gelombang tenaga di dalam tubuhku menjalar dalam bentuk sensasi milyaran pasir yang berseliweran di tubuhku. Aku melotot kaget, dan berusaha menahan getaran-getaran aneh pada tubuhku, kuletakkan gelasku di atas meja dengan sangat hati-hati, dan kuhempaskan tubuhku kembali di sofa. Tubuhku meregang, pandanganku kabur dan beberapa saat kemudian kurasakan bagian dalam leher hingga wajahku bergetar, hingga terdengar seperti orang yang tengah mendengkur, tapi tidak terputus-putus, seperti seekor kucing yang sedang purring.

Ketika gelombang itu berangsur mereda, kudapatkan tubuhku telah berada di sebuah kamar berukuran sedang, dengan tempat tidur yang sangat empuk, dengan bed cover yang lembut, sebuah lampu meja yang tidak menyala berdiri di dekat sumber cahaya di dalam ruangan itu, sebuah lilin. Telingaku terdengar dengungan aneh, sepertisuara “Hmm..” yang panjang sekali. Tidak perlu kuperiksa lagi, aku yakin tubuhku telah dirasuki oleh sebuah kekuatan lain. Aku beranjak bangun dan duduk di atas ranjang. Di hadapanku tampak Ratih yang tengah berlutut, tanpa busana! Dan pada saat yang bersamaan aku merasa bahwa cewek ini pernah kukenal sebelumnya, bahkan sangat kukenal, tapi aku tidak tahu kapan, dimana, siapa dia sebenarnya. Ia berlutut dengan sangat anggun, kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha mulusnya, tubuhnya sangat indah, kulitnya kuning langsat, lehernya jenjang, bahunya tidak terlalu lebar dan juga tidak terlalu sempit, payudaranya indah membulat tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, pinggangnya ramping sekali, perutnya rata, di bagian bawah pusarnya tampak bulu-bulu halus membentuk garis ke arah bawah sekitar daerah pubis yang juga tampak halus, aku belum begitu yakin karena agak terhalang oleh tangannya.

Terlihat Ratih kini tengah memperhatikan wajahku dengan sangat teliti, dan baru sadar kemudian bahwa aku pun telah telanjang. Kudapati kejantananku telah berdiri tegak. Aku terperanjat dan berusaha menutupi tubuhku dengan tanganku karena aku tidak mendapati pakaianku di sekitarku. Ratih membiarkan kekikukkanku, dan tetap menatap wajahku.

“Yeah.. I’m sure! You’re the one!” katanya belum dapat kumengerti.
“Selamat datang kembali, Yang Mulia!” lanjutnya.
Segera kukonsentrasikan pikiranku untuk mengetahui apa yang tengah terjadi, kupejamkan kedua mataku, dan mulai menerawang ke alam lain. Kutemukan diriku adalah seorang lelaki berusia sekitar 35-an, dengan pakaian tradisional Jawa, Sunda atau apa ini? Belum pernah kulihat pakaian seperti ini, ikat pinggang dari emas murni, bertelanjang dada, bagian bawah tubuhku terbalut kain dengan pola batik aneh yang belum pernah kulihat seumur hidupku (aku belajar sejarah seni dan budaya Indonesia Lama di kampusku dulu), sebilah keris yang juga aneh, tidak pipih seperti keris-keris pusaka pada umumnya, dan sebatang tongkat emas dengan bola pada ujungnya yang terbuat dari batu akik berwarna ungu kemerahan. Di kepalaku bertengger sebuah topi (mahkota) berbentuk trapesium memanjang ke atas dan terpotong memiring. Setelah mengerti kugeleng-gelengkan kepalaku dan kembali ke alam manusia.

Ketika kubuka mataku kembali, aku sadar bahwa Ratih adalah istriku di kehidupanku sebelumnya!Aku tersenyum, “Maafin aku Rat, aku ‘lupa’..”, sahutku perlahan, tidak terasa air mataku menetes hangat di pipiku, wajahku terasa panas, dan dadaku terasa sesak, kulihat Ratih pun berkaca-kaca, hidungnya memerah, dan kami menghambur saling berpelukan.

Terasa kembali terisi kekosongan yang ada selama ini. Kekosongan yang tidak pernah kusadari, rasa apa itu. Mengapa aku tidak pernah puas dengan hidupku, mengapa mudah sekali aku bosan berpacaran, mengapa gelisahku tiap malam menyulitkanku beristirahat. Rasa bahagia yang meluap-luap terasa dalam dadaku. Getar tubuh Ratih yang menahan tangisnya membuatku semakin terlelap dalam sensasi haru yang meledak-ledak.

Setelah semua mereda, kudorong tubuhnya sehingga aku dapat melihat wajahnya, tampak basah oleh air mata dan keringatnya menahan tangis tadi. Kuangkat dagunya agar ia menatapku. Ia hanya mampu memandang bibirku, wajahnya cantik sekali, rasa rindu menyeruak ke dalam dadaku, dan segera kukecup bibirnya dengan sangat cepat dan bergairah ia membalasnya, rasa rindu ini begitu menggelora, memaksaku untuk mendekapnya erat. Kami jatuh berpelukan di atas ranjang itu, sambil terus berciuman. Kulit tubuh telanjang kami saling bergesekan, menambah sensasi yang seakan baru sama sekali. Tubuh Ratih begitu hangat bersentuhan dengan tubuhku. Kami bergulingan di atas ranjang tersebut. Kakinya yang panjang memeluk pinggangku, serta tangannya memelukku dengan kuat, seakan ingin membenamkan tubuhnya kedalam tubuhku. Aku pun membalasnya, kupegang kepalanya sambil sesekali kubelai, dan kujilati lehernya yang jenjang. Ia mendengus keras seakan belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.

Aku terus menjilat turun ke bawah, dan ketika wajahku berpapasan dengan payudara indahnya, aku memandang sebentar ke arah matanya, ia hanya melirik sayu ke arahku, dadanya naik turun mengatur nafas, tiada kata-kata yang terlontar dari mulut kami. Hingga secara sangat mendadak kulumat puting kanannya dengan cepat, kuhisap sambil kumainkan lidahku pada permukaannya. Sontak tubuhnya menegang, dadanya dibusungkan seolah ingin memberikan lebih kepadaku. Jemari kiriku bermain dengan sangat lincah di atas puting kirinya, ia memeluk kepalaku, dan aku berhenti.

Kembali kutatap matanya, ia tersenyum nakal, kugeser wajahku dari payudara kanannya, perlahan sekali, kusentuhkan daguku sedikit pada permukaan kulit dadanya, kucium lembut belahan dadanya, perlahan sekali, dan wajahku berhenti pada payudara kirinya, aku masih hafal benar bahwa sensasi terbesarnya adalah pada puting kirinya. Kujulurkan lidahku menyentuh puting kirinya, perlahan sekali, bahkan seperti hampir tidak menyentuh. Tubuhnya terkejut-kejut menerima perlakuanku. Kupandang kembali matanya sambil kujilat sebentar-sebentar putingnya. Semakin lebar senyumnya. Dan semakin keras kejutan pada tubuhnya. Kukulum puting itu sebentar dan segera kulepaskan kembali sambil kuhisap cepat.

“Aah!” ia menjerit kecil.
Pinggulnya bergerak-gerak naik turun di bawah sana seakan ingin mendesakkan tubuhnya ke arah tubuhku. Aku tersenyum kecil, dan kusentuhkan batang kejantananku pada lipatan pahanya, dan kugeser perlahan sekali. Langsung kakinya memeluk pinggangku kembali dan pinggulnya bergerak-gerak mencari kejantananku untuk segera disentuhkan pada kewanitaannya. Aku menghindar, dan ketika ia sibuk mencari-cari, kembali kudaratkan mulutku pada putingnya dengan cepat, dan langsung menjilat di dalam dengan gerakan memutar dan menekan-nekan.
“Aaah! Aaah.. oow!” jeritnya sambil berusaha untuk melepaskan kulumanku.

Tampaknya ia sangat kegelian, dan ketika kulepaskan, kembali ia membusungkan dadanya memintaku untuk mengulanginya, dan memang kuulangi lagi, kembali ia berusaha melepaskan kulumanku, begitu seterusnya.
“Aaah! Nom! Gila kamu! Diapain sih? Aaah!” ia menjerit-jerit keenakan.
Aku terus melakukan kegiatanku, sambil kubelai-belai rambutnya, wajahnya berpaling ke kiri dan kanan, mencari-cari jemariku. Setelah kusodorkan jemari tangan kananku, segera ia melumatnya, dan dikulumnya dengan hisapan yang sangat kuat. Kehangatan dalam mulutnya sangat merangsangku, kulirik ke atas, kulihat ia sedang melakukan blowjob dengan jari tengahku. Tangannya sibuk mencari pantatku, dan ketika ia berhasil meraihnya, langsung ditekannya ke arah pinggulnya.

“Shh.. sebentar sayang.. bentaar..” sahutku menyabarkannya. Ia berhenti sambil berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, tidak terasa nafasku pun sudah mendengus-dengus menahan birahi. Dengan tergesa kuselipkan tanganku di antara tubuh kami, terus ke selangkanganku, memegang kejantananku, dan mendesakkannya ke dalam kewanitaannya. Ia membantunya dengan menopangkan tangannya pada pundakku, dan mengangkat tubuhnya sedikit sehingga aku bisa melesakkan kejantananku dengan lebih mudah. Kutekan kejantananku melesak ke dalam kewanitaannya, ketika bagian kepala kejantananku mulai terjepit kuat oleh kewanitaannya, perlahan kudorong pinggulku untuk semakin mengamblaskannya. Tidak terlihat halangan di dalam sana, berarti ia telah tidak perawan lagi, dan ketika kejantananku amblas semua, ia mendesah lirih panjang dengan mulut setengah terbuka, wajahnya berpaling ke samping, dengan matanya menatap kosong ke depan.

“Bagus ya! Selama ini udah latihan rupanya!” kataku sambil tersenyum menyadari dirinya telah tidak perawan lagi.
“Abis kamunya juga sih.. nnhh.. yang kelamaan datengnya.. hh..” jawabnya dengan nada seperti orang yang sedang menahan sesuatu.
Sekali lagi kutekan kejantananku ke dalam tubuhnya, hingga kurasakan gelombang tenaga aneh yang menyebar dari antara kedua kemaluan kami ke dalam tubuhku.
“Do you feel that.. hh.. Nom? Aaahh..! Do you feel that?” sahutnya setengah berteriak.
Aku hanya menganggukkan kepala sambil memejamkan mataku, berusaha untuk tidak melewati sensasi nikmat ini.

Terasa kembali titik-titik pasir tadi di dalam tubuhku, hangat tertebar. Kudiamkan kejantananku tanpa bergerak hingga sensasi itu mereda. Ketika suasana tubuh kami agak santai, kukedutkan kejantananku di dalam kewanitaannya, seperti sedang menghentikan pipis. Ia membelalak sambil tersenyum, dan membalasnya segera. Kembali kukedutkan dua kali, dan ia membalasnya dua kali pula. Kami langsung terbahak-bahak menyadari lucunya kelakuan kami itu. Kugelitik pinggangnya dan ia semakin tergelak dan mendekapkan wajahku ke dadanya. Setelah tenang, kutatap matanya dalam, ia membalasnya dengan senyum terindahnya, senyum lugu seorang wanita yang merasa bahagia. Kukecup dahinya, turun ke hidungnya, kami adukan hidung kami berdua, dan kudaratkan bibirku di atas bibirnya. Bibir kami tidak terbuka dan hanya saling bersentuhan, kugesekkan permukaan bibirku pada bibirnya, ia membalasnya, sementara kedutan demi kedutan semakin gencar di bawah sana.

Dan akhirnya perlahan, kutarik kejantananku keluar sedikit dengan gerakan yang sangat perlahan, responnya luar biasa! Wajahnya mendongak ke atas, mulutnya setengah terbuka, matanya setengah menutup. Ketika itu pula kukulum bibir bawahnya dengan sangat lembut, ia membalas dengan mengulum bibir atasku.
Nada suaranya bergetar menahan sensasi, “Aaahh..!”.
Kembali kudorong dengan sangat perlahan kejantananku kedalam kewanitaannya. Terasa sangat licin, lembab, halus, hangat, dan sangat lembut menggesek permukaan kulit kejantananku. Ketika kutarik kembali, terasa bibir-bibir kemaluannya agak terbetot keluar, karena ia sedang berusaha untuk mencengkeram kejantananku. Pegangan tangannya pada punggungku terasa sangat keras, telapak tangannya tidak menempel pada punggungku, melainkan punggung tangannya yang menekan keras.

Belum sempat kudorong kembali kejantananku, tiba-tiba ia menarik mundur pinggulnya, kejantananku terlepas! terasa jepitan kewanitaannya terakhir pada kepala kejantananku.
Lalu kudengar ia berteriak keras sekali, “Aaakhh.. hh!”
Sekarang aku yakin benar bahwa Ratih memang istriku. Ia tidak pernah mau merasakan orgasmenya ketika kejantananku sedang berada di dalam kewanitaannya. Ia memelukku dengan erat, kubiarkan ia menikmati platonya, lalu tangannya bergerak ke bawah, mengelus-elus pantatku. Kupegangi kepalanya, kuperhatikan wajahnya, alisnya berkerut, matanya terpejam keras dan mulutnya terbuka. She was so damn beautiful!

Ketika ia mulai tenang, ia menatapku dan mendadak dengan cepat sekali mebalikkan tubuhku sehingga ia berada di atasku, menduduki pahaku, wajahnya menengadah ke atas, memejam dan tangan kirinya memegang pangkal kemaluanku dengan telapak membuka, sementara telapak tangan kanannya diletakkan persis di atas lubang kemaluanku. Dan tiba-tiba saja, kurasakan gelombang orgasme bergolak di dalam kantung kejantananku, dan menyemburat melalui batang kemaluanku, terus menuju ke arah kepala kejantananku, lalu Ratih menekan permukaan telapaknya pada lubang kemaluanku dan Beng! Kurasakan kehampaan yang sangat nikmat, sunyi, putih. Sementara tubuhku terhajar oleh gelombang tenaga yang aneh sekali rasanya, namun aku merasa seperti pernah mengalami ini sebelumnya. Another De Javu!

Ketika aku kembali kepada kesadaranku, kulihat Ratih tengah tersenyum memandangiku, tubuhnya berbaring menyamping, kepalanya ditopangkan pada tangan kirinya, tangan kanannya pada dadaku, sementara kaki kanannya memeluk pahaku.
“Earth calling Anom, come in Anom!” sahutnya meledek, “Lama bener perginya, kemana aja sayang?” lanjutnya.
“Uuuhh..!” aku mendesah.
Kugelengkan kepalaku sedikit, dan berkata pelan, “Lagi dong!”
“Uwheenak aja!” jawabnya riang.

Kami kembali berciuman. Kini Ratih membaringkan kepalanya pada dadaku, jemarinya memainkan puting dadaku perlahan. Kurengkuh punggungnya sehingga semakin merapatkan tubuhnya pada tubuhku, kakinya pun semakin rapat memeluk pinggul dan pahaku, terasa geli sedikit karena sentuhan rambut pubisnya pada pinggulku. Kami diam beribu bahasa, saling melamun sambil mambelai.

Tamat

Digenjot Tukang

Digenjot Tukang


Sebut saja Namanya Fina, dia adalah seorang mahasiswi yang memiliki nafsu seks yang cukup tinggi. Sejak keperawanannya hilang di SMA fina selalu ingin ngentot dan ngentot lagi. Mungkin laki-laki yang sudah memasukkan kontolnya ke memekku tak bisa terhitung banyaknya. Aku seakan selalu saja ingin dipuaskan oleh kontol-kontol yang gede dan tahan lama. Nah cerita dewasa nya begini, aku baru saja pulang dari rumah temanku seusai mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap, arlojiku menunjukkan pukul 8 lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku cukup jauh dari daerah ini lagipula aku agak asing dengan daerah ini karena aku jarang berkunjung ke temanku yang satu ini. Di perjalanan aku melihat sebuah pom bensin, tapi harapanku langsung sirna karena begitu mau membelokkan mobilku ternyata pom bensin itu sudah tutup, aku jadi kesal sampai menggebrak setirku, terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang masih buka atau segera sampai ke rumah.

Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi dan gelap, tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak panik hingga kutepikan mobilku dan kucoba menstarternya, namun walupun kucoba berulang-ulang tetap saja tidak berhasil, menyesal sekali aku gara-gara tadi siang terlambat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi bensin terjebak tidak tahu harus bagaimana, kedua orang tuaku sedang di luar kota, di rumah cuma ada pembantu yang tidak bisa diharapkan bantuannya. Tidak jauh dari mobilku nampak sebuah pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun dan menuju ke sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana aku melihat 5 orang di sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.

“Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?”, tanya salah seorang yang berpakaian hansip. “Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku. “Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu. “Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok”, tawarku. Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.

“Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu”. Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.

Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat isengku dan membayangkan bagaimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dinikmati mereka sekalian juga sebagai balas budi. Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini, aku iseng-iseng berkata, “Wah.. panas banget yah belakangan ini Pak, sampai malam gini aja masih panas”. Aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku kemudian dengan santainya kulepaskan setelan luarku, sehingga nampaklah lenganku yang putih mulus. Mereka menatapku dengan tidak berkedip, agaknya umpanku sudah mengena, aku yakin mereka pasti terangsang dan tidak sabar ingin menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku sepertinya sudah tak tahan lagi, dia mulai memberanikan diri membelai lenganku, aku diam saja diperlakukan begitu. Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek berusia 30 tahunan mengambil tempat di sebelahku, tangannya diletakkan diatas pahaku, melihat tidak ada penolakan dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku. Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas payudaraku, tanganku meraba kemaluan pemuda di sampingku yang sudah terasa mengeras.

Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku, sebentar saja aku sudah merasakan kedua buah dadaku sudah digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu menikmatiku. “Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip. Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.

Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar khawatir kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi giliran jaga, Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu. Si hansip mendekapku dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh celana dalamku, terasa benar jari-jarinya merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku, sementara di tukang ojek membungkuk untuk bisa mengenyot payudaraku, putingku yang sudah menegang itu disedot dan digigit kecil. Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang mereka gelar disitu. Mereka bertiga sudah membuka celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras, aku sampai terpana melihat batang mereka yang besar-besar itu, terutama punya si hansip, penisnya paling besar diantara ketiganya, hitam dan dipenuhi urat-urat menonjol.

Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku sudah telanjang bulat. Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke mulutku untuk dijilat dan dikulum, selain itu tangan lembutku meremas-remas buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat seluruhnya di mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga perempatnya. Si tukang ojek mengangkat sedikit pinggulku dan menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulusku, dengan kedua jarinya dia sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah vagina pink-ku di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam vaginaku, dia juga melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya, tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak, kedua pahaku mengapit kencang kepalanya karena merasa geli dan nikmat di bawah sana. Bapak bersarung menikmati payudaraku sambil penisnya kukocok dengan tanganku dan payudaraku yang satunya diremasi si hansip yang sedang ku-karaoke.

Aku sering melihat sebentar-sebentar Mat nongol di jendela mengintipku diperkosa teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena tidak sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuhku. Tak lama kemudian aku mencapai orgasme pertamaku melalui permainan mulut si tukang ojek pada kemaluanku, tubuhku mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan tertahan karena mulutku penuh oleh penis si hansip. Cairanku yang mengalir dengan deras itu dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar bunyi, “Slurrpp.., sluupp..”. Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vaginaku, eranganku mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku menyebabkan penis itu lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya setiap gesekannya dengan melipat kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya semakin dalam. Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya kujilati dan kuemut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas payudaraku sambil menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian nikmat oleh jilatan-jilatannya, selain leher dia jilati juga telingaku lalu turun lagi ke payudaraku yang langsung dia caplok dengan mulutnya

Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku, tiba-tiba genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat, akhirnya tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya, lalu dia lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan oleh si hansip yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan dan lututku. Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar sampai aku meringis dan mengerang menahan sakit ketika penis itu. “Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.

Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku merintih keras setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh Bapak bersarung yang duduk mekangkang di depanku dan menjejali mulutku dengan penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sangat menikmati menyepong penisnya, kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku, sementara di belakang si hansip mengakangkan pahaku lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si tukang ojek beristirahat sambil memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak bersarung akhirnya ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan meremas-remas rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua air maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku. “Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.

Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di depan pintu muncul si Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah kembali dari membeli bensin. “Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya. “Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung si Mat. “Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya. Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula. “Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.

Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku dari belakang, kali ini dia memegangi kedua lenganku sehingga posisiku setengah berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas dadaku, dan payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek itu. Nampak Mat begitu buasnya mencium dan memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan dari hajat yang dari tadi ditahan-tahan, aku pun membalas perlakuannya dengan mengadukan lidahku dengannya. Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali menyapu-nyapu payudaraku memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si Bapak bersarung sekarang mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher jenjangku membuat darahku makin bergolak saja memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Ketika aku merasa sudah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun terasa makin keras dan pegangannya pada lenganku juga makin erat. “Aaahh..!”, aku mendesah panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan dengan si hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya, selangkanganku yang sudah becek semakin banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah satu pahaku. Tubuhku sudah basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah.

Setelah mencapai klimaks panjang mereka melepaskanku, lalu si Bapak bersarung berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki penisnya. Baru saja aku menduduki dan menancapkan penis itu, si tukang ojek menindihku dari belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam anusku. Edan memang si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main sodomi lagi. Untung daerah selanganku sudah penuh lendir sehingga melicinkan jalan bagi benda hitam besar itu untuk menerobosnya, tapi tetap saja sakitnya terasa sekali sampai aku menjerit-jerit kesakitan, kalau saja ada orang lewat dan mendengarku pasti disangkanya sedang terjadi pemerkosaan. Dua penis besar mengaduk-aduk kedua liang senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati payudaraku yang menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan wajahku, tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku, tidak terlalu besar memang, tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam sambil mendesah-desah, sepertinya dia grogi

“Enak gak Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?”, tanyaku di tengah desahan. “Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar. Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.

Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si tukang ojek yang tadi berjaga itu kembali masuk. “Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata “Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!”. Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.

Setelah mereka semua kebagian jatah, aku membersihkan tubuhku dengan handuk basah yang diberikan si hansip lalu memakai kembali pakaianku. Mereka berpamitan padaku dengan meneput pantatku atau meremas dadaku. Si tukang ojek berkumis mengantarku ke mobil sambil membawa sejerigen bensin yang tadi dibelinya. Setelah membantuku menuangkan bensin ternyata dia masih belum puas, dengan paksa dilepaskannya celanaku dan menyodokkan penisnya ke vaginaku. Kami melakukannya dalam posisi berdiri sambil berpegangan pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada orang atau mobil yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung mengguyur tubuhku yang bau sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan perasaan puas.

Sungguh pengalaman yang memuaskan, dan aku suka dengan seks liar seperti ini. Pada kesempatan lain akan kuceritakan pengalamanku ngeseks dengan pelatih mengemudiku, 2 orang pengamen, dosenku, satpam kampusku, tukang becak yang mangkal di kompleksku, Pak RT, karyawan di kampusku, dan lain sebagainya. Memekku Digenjot Tukang Becak.

Rok Ketat Riska

Rok Ketat Riska


Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.

Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.

Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.

Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.

Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.

Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.

“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.

Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.

“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.
“Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.

Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.

“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.

Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.

“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong.
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.

Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.

“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan wajah yang memucat.

Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.

“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.

Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.

“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.

Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.

“Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.

Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.

“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.

Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.

Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.

“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.
“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.

Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.

“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.

Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.

“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.
“Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.

Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.

Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..

“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..

Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.

“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.

Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.

“Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.

Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.

Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.

Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.

Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.

“Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.

Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.

“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.

Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.

“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.

Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.

“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.

Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.

Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.

Pengalaman Di Meja Kelas

Pengalaman  Di Meja Kelas


Saya seorang gadis bersekolah di SMA "XXX". Nama saya Shinta, saya anggota cheerleader PCT. Pada suatu hari, ada pertandingan basket antara anak "XXX" melawan anak SMA 8 di sekolahku. Saya sebagai anggota tim cheerleader PCT, berpakaian minim, memberi support kepada tim sekolahku. Di tengah-tengah pertandingan, salah satu pemain cadangan tim SMA 8 tersenyum pada saya, dia bukannya melihat teman-temannya bermain, melainkan memandangiku terus. Ketika babak pertama usai, dia datang menghampiriku, dan kami berkenalan sebut saja namanya Indra.

Setelah kami berkenalan, lalu kami bercakap-cakap sebentar di kantin SMA "XXX". Setelah tidak berapa lama, tiba-tiba dia berbisik di telinga saya, katanya, "Kamu cantik sekali deh Shinta..", sambil matanya tertuju pada belahan dada saya. Muka saya langsung merah, kaget dan dadaku berdetak kencang. Tiba-tiba terdengar suara "Pritt..!", tanda bahwa babak ke-2 akan dimulai, saya langsung mengajaknya balik ke lapangan.

Dalam perjalanan ke lapangan, kami melewati kelas-kelas kosong. Tiba-tiba dia menarik tanganku masuk ke dalam kelas 3 Fis 1, lalu dia langsung menutup pintu. Saya langsung bertanya padanya, " Ada apa Indra.., babak ke-2 sudah mau mulai nih.., kamu tidak takut dicariin pelatih kamu?".
Dia tidak membalas pertanyaanku, melainkan langsung memelukku dari belakang, dan dia berbisik lagi padaku, "Badan kamu bagus sekali ya Shin..".
Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain berbalik badan dan menatap matanya serta tersenyum padanya.

Dia langsung mencium bibirku dan saya yang belum pernah berciuman dengan cowok, tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Setelah kira-kira 5 menit bercumbu, mulai tangannya meraba dan meremas dadaku. Saya pasrah saja padanya, karena terus terang saya belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Tangannya masuk ke dalam baju cheers no.3-ku, dan mulai memainkan puting payudaraku, lalu dia menyingkapkan bajuku dan melepaskan rokku hingga saya tinggal mengenakan BH dan celana dalam saja.

Lalu ia membuka baju basket dan celananya, sehingga ia hanya mengenakan celana dalam saja. Tampak jelas di depanku bahwa "penis"-nya sudah tegang di balik celana dalamnya. Ia memegang tanganku dan menuntun tanganku ke dalam celana dalamnya. Saya merasakan "penis"-nya yang besar dan tegang itu dan ia memintaku untuk meremas-remas penisnya. Ia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, setelah saya membuka celana dalamnya, tampak jelas penisnya yang sudah ereksi. Besar juga pikirku, hampir sejengkal tanganku kira-kira panjangnya.
Baru kali ini saya melihat kemaluan cowok secara langsung, biasanya saya hanya melihat dari film biru saja kalau saya diajak nonton oleh teman-teman dekatku. Ketika saya masih terpana melihat penisnya, dia melepas BH dan celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku. Setelah ia menyingkirkan pakaian dalamku, badannya yang tinggi dan atletis layaknya sebagai seorang pemain basket itu, menindih badanku di atas meja kelas dan ia mulai menjilati puting payudaraku sampai saya benar-benar menggeliat keenakan, kurasakan basah pada bibir kemaluanku, saya baru tahu bahwa inilah yang akan terjadi padaku kalau saya benar-benar terangsang.

Lalu tangannya yang kekar itu mulai meraba bibir kemaluanku dan mulai memainkan clitorisku sambil sesekali mencubitnya. Saya yang benar-benar terangsang tidak bisa berbuat apa-apa selain mendesah dan menggeliat di atas meja. Cukup lama ia memainkan tangannya di kemaluanku, lalu ia mulai menjilati bibir bagian bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan clitorisku. Tidak lama saya bertahan pada permainannya itu, kira-kira 5 menit kemudian, saya merasakan darahku naik ke ubun-ubun dan saya merasakan sesuatu kenikmatan yang sangat luar biasa, badanku meregang dan saya merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku, Indra tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurnya saja yang membasahi kemaluanku. Badanku terasa lemas sekali, lalu Indra duduk di pinggir meja dan memandangi wajahku yang sudah basah bermandikan keringat.
Ia berkata padaku sambil tersenyum, "Kamu kelihatan capek banget ya Shin..". Saya hanya tersenyum.

Dia mengambil baju basketnya dan mengelap cucuran keringat pada wajahku, saya benar-benar kagum padanya, "Baik banget nih cowo", pikirku. Seperti sudah mengerti, saya jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus-ngelus penisnya, sambil sesekali menjilati dan menciuminya, saya juga tidak tahu bagaimana saya bisa bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku hanya membalas perbuatannya padaku, dan cara yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.
Indra hanya meregangkan badannya ke belakang sambil mengeluarkan suara-suara yang malah makin membuatku ingin memasukkan penisnya ke dalam mulutku, tidak berapa lama kemudian saya memegang pangkal kemaluannya itu dan mulai mengarahkannya masuk ke dalam mulutku, terasa benar ujung penisnya itu menyentuh dinding tenggorokanku ketika hampir semua bagian batang kemaluannya masuk ke dalam mulutku, lalu saya mulai memainkan penisnya di dalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan basah lagi, tanda kalau saya sudah benar-benar terangsang padanya.

Kira-kira 5 menit saya melakukan oral seks pada Indra, tiba-tiba badan Indra yang sudah basah dengan keringat itu mulai bergoyang-goyang keras sambil ia berkata, "aarghh.., Saya udah gak tahan lagi nih Shin.., Saya mau keluarr..".
Saya yang tidak benar-benar memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan penisnya, sampai kurasakan cairan hangat kental putih dan agak asin keluar dari lubang kemaluan Indra, saya langsung mengeluarkan penisnya itu dan seperti kesetanan, saya malah menelan cairan spermanya, dan malah menghisap penisnya sampai cairan spermanya benar-benar habis. Saya duduk sebentar di bangku kelas, dan kuperhatikan Indra yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan irama nafasnya yang terengah-engah.

Saya hanya tersenyum padanya, lalu Indra bangun dan menghampiriku, Dia juga hanya tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat.
"Kamu cantik dan baik banget Shin", katanya tiba-tiba. Saya hanya tertawa kecil dan mulai mencium bibirnya. Indra membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya ke dalam lubang kemaluanku. Cukup lama kami bercumbu, lalu ia berkata, "Shin.., boleh nggak Saya emm.., itumu..".
"Itu apa Ndra?", tanya saya.
"Itu.., masa kamu gak tahu sih?", balasnya lagi.
sebelun saya menjawab, saya merasakan kepala batang kemaluannya sudah menyentuh bibir kemaluanku. "Crestt.., creest", terasa ada yang robek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar.
Kemudian Indra berkata, "Shin kamu ternyata masih perawan!", saya hanya bisa tersenyum dan merasakan sedikit perih di kemaluanku terasa agak serat waktu setengah kemaluannya masuk ke vaginaku. Digerak-gerakan perlahan batang kemaluannya yang besar tapi setelah agak lama entah mengapa rasa sakit itu hilang dan yang ada hanya ada rasa geli, nikmat dan nikmat ketika Indra menggoyangkan badannya maju mundur pelan-pelan saya tidak tahan lagi seraya mendesah kecil keenakan. Kemudian semakin cepat saja Indra memainkan jurusnya yang maju mundur sesekali menggoyangnya ke kiri ke kanan, dan dipuntir-puntir putingku yang pink yang semakin membuatku menggelepar-gelepar seperti ikan yang dilempar ke daratan.

Keringat sudah membasahi badan kita berdua. Saya sadari kalau saat itu tindakan kita berdua bisa saja dipergoki orang, tapi saya rasa kemungkinanya kecil karena kelas itu agak terpencil. "Ahh.., ahh.., ahh", saya mendesah dengan suara kecil karena takut kedengaran orang lain. Kulihat wajah Indra yang menutup matanya dan terenggah-engah nafasnya.

Cukup lama juga Indra bermain denganku, memang benar kata orang kalau atlet itu kuat dalam bersenggama. "Ahh.., awww.., aww", geli dalam lubang kemaluanku tidak tertahankan. Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan keluar dari dalam vaginaku.
Oh, itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku. Badanku terasa rileks sekali dan mengejang. Mulutku ditutup oleh Indra mungkin ia takut kalau saya mendesah terlalu keras. Meja kelas yang agak tua itu bergoyang-goyang karena ulah kita berdua. Saya masih merasakan bagaimana Indra berusaha untuk mencapai puncak orgasmenya, lalu ia duduk di bangku dan menyuruhku untuk duduk di kemaluannya. Saya menurut saja dan pelan-pelan saya duduk di kemaluannya. Indra memegang pinggulku dan menaik-turunkan diriku. Saya belum pernah saya merasakan kenikmatan yang seperti ini. Saya mendesah-desah dan Indra semakin semangat menaik-turunkan diriku. Lalu badan Indra mengejang dan berkata, "Shin saya mau keluarr", sekarang malah giliranku yang semangat memacu gerakan tubuhku agar Indra bisa juga mencapai klimaksnya, tapi lama Indra mengeluarkan penisnya dan terdengar ia mendesah panjang, "Ahh Shin.., Saya keluar". Kulihat air maninya berceceran di lantai dan sebagian ada yang di meja. Lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. Ia berkata, "Kamu nyesel yah Shin?", saya menggeleng sambil berkata, "Nggak kok Ndra.., sekalian buat pengalaman bagiku."

Saya teringat kalau orang-orang di luar kelas sangat banyak yang menonton pertandingan, lalu saya buru-buru mengenakan pakaian dan menyuruh Indra juga untuk memasang pakaiannya. Sebelum keluar dia bertanya padaku, "Shin kapan kita bisa 'begituan' lagi?", dan saya menjawab "Terserah kamu Ndra".
"Tapi nanti setelah pertandingan selesai kamu tunggu Saya yah di pintu gerbang lalu nanti kita jalan jalan..", Ia tersenyum dan mengangguk lalu kami berdua keluar kelas dan sengaja berpisah.

TAMAT

Diperkosa Guru

Diperkosa Guru


Seperti biasa pada pagi yang cerah Lhian bersiap untuk berangkat sekolah. Lhian S, gadis cantik bertubuh tinggi, sexy dan putih mulus. Gadis berkacamata ini cukup pintar dan rajin dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dia dikenal sebagai gadis nomor satu disekolahnya. Sifatnya yang tomboy memudahkan para teman prianya untuk menikmati tubuh Lhian dengan memandangi payudara, paha, pinggul, ketiak dan pantatnya yang besar. Karena Lhian sangat mudah bergaul dengan anak cowok. Tinggi Lhian sekitar 168 cm, dan beratnya 55 kg.

Lhian memang mempunyai tubuh yang paling sempurna di sekolahnya. Dengan ukuran bra 36B, ia kadang tidak memakai bra untuk menyangga susunya ketika bermain dengan teman-temannya. Para teman cowoknya yang beruntung saat itu, akan dapat menikmati pemandangan yang membuat jakun pria naik turun. Mereka berharap bisa menjamah kantong susu itu, dan meminum susunya. Meskipun tidak mengenakan bra, susu Lhian yang hanya ditutupi kaos terlihat kencang dan tegak. Itu karena Lhian rajin berolahraga, baik itu push-up, sit-up, jogging, basket, dll. Sehingga susunya pun sangat padat dan kenyal. Tapi yang paling menonjol adalah buah pantatnya yang besar dan luar biasa montok. Lhian terpilih mempunyai pantat terindah oleh teman-teman cowoknya. Disamping itu Lhian selalu memakai rok birunya yang ketat, pantatnyapun bergantian naik-turun ketika ia berjalan. Garis celana dalamnya tercetak jelas di belakang roknya, menandakan betapa padat dan montoknya pantatnya.
Selama proses belajar mengajar, para guru laki-laki yang mengajarnya sering memperhatikan Belahan payudara Lhian yang kadang terlihat sedikit menyembul keluar, dan roknya yang tersingkap sehingga pahanya yang putih mulus terpampang jelas dimata gurunya. Lhian kadang sengaja membiarkan beberapa bagian tubuhnya diamati. Lhian mempunyai pinggul yang lebar, pantat yang sekal dan paha yang besar dan gempal menggairahkan. bahkan tidak jarang teman-teman cowok dikelasnya yang nekat masturbasi dikelas ketika sedang jam pelajaran, karena tidak tahan melihat paha atau pantat Lhian didepannya. Lhian sangat bersemangat disekolahnya. Ia aktif mengikuti kegiatan ekstra di sekolahnya seperti pramuka dan paskibraka. Lhian sekolah di sebuah SMU swasta yang terkenal dikotanya, sekarang ia kelas 3.

Pagi sekali sekitar pukul 06. 30 dia sudah menunggu angkutan kota menuju sekolahan nya, jarak sekolahnya tidak terlalu jauh sekitar 5 km. Apalagi nanti ada upacara. Tiba-tiba ketika Lhian sedang asyik-asyiknya jalan sendiri sambil baca buku pelajaran, ada seorang naik mobil menghampirinya.
“Halo Lhian kok jalan?”, tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.
“Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?” tanya Lhian spontan.
“Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja” ajak Pak Bambang.
Karena Lhian sudah kenal benar dgn yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Lhian nggak tahu disitulah awal bencana bagi Lhian.
“Dik Lhian nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?” Pak Bambang membuat alasan.
“Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat”
Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.
Sesampainya disitu Lhian ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Lhian yang sudah lama mengamati Lhian dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Dono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.
“Halo Lhian, sudah ditunggu dari tadi lho?”, seru salah seorang dari mereka.
“Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?”, Lhian mulai kebingungan.
Lhian menjerit karena dia mulai digerayangi.
“******* tua bangka jangan coba-coba sentuh saya”.
“Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah”, kata Pak Budi selaku guru Matematika.
Lhian mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Lhian kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan di gampar pipinya berkali-kali sampai Lhian kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Lhian meringis kesakitan.
“Nah sekarang emut dan hisep ****** saya, ****** Pak Andi, ****** Pak Joko dan Pak Dono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?”,
Karena ketakutan akhirnya Lhian mengulum ****** para gurunya. Lhian menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.
“Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter”, seru Pak Bambang.
“Mmmphh, slerrpp, mmhh” Dengan terpaksa Lhian menghisap ******-****** mereka sampe mereka semua pada orgasme.
“Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Lhian, lo pasti sudah sering nyepongin ****** temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha”.
Guru Lhian satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Lhian, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Lhian hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Lhian mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.
Setelah mereka puas memperkosa mulut Lhian ternyata mereka langsung menelanjangi Lhian. Pak Dono memegang kedua tangan Lhian, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Lhian.
“Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak” Pak Joko mengomentari payudara Lhian, sambil mulai meremas-remas payudara Lhian.
Dalam sekejap Lhian sudah dalam keadaan tanpa busana.
“Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi”, seru Lhian sambil teriak.
“Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus” Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Lhian.
Lhian sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.
Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, “karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya.”
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Lhian menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Lhian, dirasakan olehnya pantat Lhian yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Lhian dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak, Plak.”.
“Wah sekal sekali pantat kamu Lhian, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya” ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Lhian sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Lhian yang putih gempal itu.
Lhian mengaduh kesakitan.
“Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja.”
“Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi” sambil memijat pantat Lhian yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.
Pak Dono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Lhian.
“Aakhh, *******, keparat, jangan sentuh pantat gue”, Lhian membentak mereka.
“Plakk” sebuah tamparan sangat keras ke pipi Lhian.
“Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe”, Pak Dono balas membentak.
Lhian hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Lhian mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Lhian dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
“Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk”, Lhian teriak ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Lhian agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Lhian.
“Egghhmm, oohh, shitt, shitt”, Lhian menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu.
Badan Lhian pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Lhian. Nafas Lhian terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Lhian, sementara itu badan Lhian menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Lhian sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Lhian, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Lhian sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Lhian. Sementara Pak Dono meremas payudara kanan Lhian, dan mulutnya mengulum payudara Lhian satunya lagi.
“Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu”.
Pak Dono asyik menyantap payudara Lhian, yang ranum padat dan kenyal sekali.
“Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak”.
Lhian terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Lhianpun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.
Melihat Lhian yang meronta-ronta, Pak Bambang semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Lhian yang masih perawan. Walaupun vagina Lhian sudah basah oleh air liur Pak Bambang dan cairan vagina Lhian yang keluar, namun Pak Bambang masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Lhian yang perawan masih sangat sempit. Lhian hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini akan direnggut dengan paksa seperti itu oleh gurunya sendiri. Lalu dengan ngacengnya Pak Bambang memasukkan batang penisnya lagi.
“Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn”, terdengar suara dari mulut Lhian yang terlihat kesakitan.
Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati ****** Pak Bambang yang mengaduk-aduk liang peranakannya. Terlihat jelas raut wajah Lhian yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.
Lhian sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika penis disodok-sodokkan ke lubang memeknya.
“Huek, hek, hek aah oohh jangan, uh, duh, ampunn pakk”, ternyata Lhian telah orgasme.
Sungguh mengasyikan melihat expresi Lhian yang merem-merem sambil menggigit bibir bawahnya. Pak Bambang terus menggenjot memek Lhian. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Bambang terus menggenjot tubuh Lhian, Lhianpun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Bambang menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahh, ahh, oouuhh”.
Lalu Pak Bambang memposisikan tubuh Lhian menungging. Pantat Lhian sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang paha panjangnya yang putih dan tegak. Pak Bambang memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke vagina Lhian hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga vagina Lhian hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak disertai teriakan panjang.
“Aaahh, Stoop, kumohon jangan”.
Kedua tangan Pak Bambang memegang pantat Lhian, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Bambang mengelus-elus pantat Lhian dan sesekali meremas payudara Lhian dari belakang.
Beberapa menit kemudian, Pak Bambang kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Lhian. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tangan Lhian dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan penis Pak Bambang. Karena tidak disangga kedua tangannya lagi, kini buah dada Lhian tergencet di atas tikar tipis sebagai alas Lhian disetubuhi. Sedangkan wajah Lhian menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaan Lhian seperti itu, pak Bambang semakin bersemangat mengebor liang vagina Lhian.
“Anjingg, bangsaatt, perekk, loo, Lhian ngentoott, gue entotin loo”.
Pak Bambang merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Bambangpun berejakulasi di lobang kemaluan Lhian, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Lhian.
“Aa, aakkhh, oohh”, sambil mengejan Pak Bambang melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.
“Aoohh, oouuhh, bangsaatt, shitt, shitt”.
Lhian mengumpat sambil mendesah, tubuhnya mengejang merasakan air mani Pak Bambang membanjiri rahimnya. Puas sudah dia menyetubuhi Lhian, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhi Lhian, puas dalam merobek keperawanan Lhian dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis nomor satu di sekolah itu.
Lhian menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa gurunya telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Lhian sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Lhian yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.
Setelah itu Pak Andi maju untuk mengambil giliran. Kali ini Pak Andi mengangkat kedua kaki Lhian ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Lhian. Pak Andi masih mengalami kesulitan saat memasukkan penisnya, meskipun vagina Lhian kini sudah licin oleh sperma Pak Bambang dan juga cairan vagina Lhian. Vagina Lhian masih sangat sempit. Kembali vagina Lhian diperkosa secara brutal oleh Pak Andi, dan Lhian lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.
“Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh, keparaatt”
Namun kali ini Lhian tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat gurunya semakin bernafsu saja.
Sementara itu Pak Andi terus memompa vagina Lhian dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Lhian yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Lhian.
“Ooohh, makan nih pejuh gue”.
Lhian hanya dapat meringis kesakitan, tubuhnya telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Lhian dan sebagian sperma Pak Andi mengalir lagi keluar dari vaginanya.
“Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh”, Lhian menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Pak Budi mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Lhian.
Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Pak Budi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua penis tadi, usia Lhian juga masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit.
Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Pak Budi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Lhian. Tubuh Lhian berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun terus memohon kepada Pak Budi agar mau melepaskannya.
“Ahh, rasain loe, akhirnya aku bisa ngerasain jepitan memek kamu sayang”, bisiknya ketelinga Lhian.
“Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn”, rintih Lhian dengan suara yang megap-megap.
Jelas Pak Budi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Lhian.
“Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh”, Lhian merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot Oleh Pak Budi, badannyapun semakin menggeliat-geliat.
Otot-otot dinding vaginanya kuat mengurut-urut batang kemaluan Pak Budi yang tertanam didalamnya, karenanya Pak Budi merasa semakin nikmat. Sambil memukuli perut Lhian dengan tangannya, berharap agar vagina Lhian mencengkram penisnya dengan lebih erat karena lobang vagina Lhian semakin mengendur.
Tiba-tiba Pak Budi mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Lhian. Pak Budi mendempetkan kedua buah payudara Lhian yang kecil dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Lhian, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Lhian. Lhian gelagapan karena sperma Pak Budi mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Pak Budi masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Lhian dan ke puting susunya. Kemudian Pak Budi menampar payudara Lhian yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Lhian berwarna kemerahan dan membuat Lhian merasa perih dan kesakitan.
Selanjutnya dua orang, Pak Joko dan Pak Dono maju. Mereka kini menyuruh Lhian untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Pak Joko berlutut di belakang pantat Lhian dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Lhian yang sangat sempit.
“Gila nih cewek, bokongnya montok banget kenyal lagi, lihat nih Tin paha si Lhian. Gempal, gede, Putih banget. Bener kata Pak Bambang” Kata Pak Joko.
“Ampuunn, jangan sodomi saya paakk, saya mohoonn”.
Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Lhian mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Pak Dono yang segera mendorong wajah Lhian ke arah penisnya. Kini Lhian dipaksa mengulum dan menjilat penis Pak Dono. Penis Pak Dono yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Lhian.
Sementara itu, Pak Joko masih berusaha membesarkan lubang anus Lhian dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Lhian.
“Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk”
Sesekali Pak Joko menampar pantat Lhian dengan keras, sehingga Lhian merasakan pantatnya panas.
“Gila nih perek, bokongnya gede tapi lobangnya kecil banget” Kemudian Pak Joko juga berusaha melicinkan lubang anus Lhian dengan cara menjilatinya.
Lhian merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Pak Joko menjilati lubang anusnya. Ia berada dibelakang Lhian dengan posisi menghadap punggung Lhian.
Ketika lobang dubur Lhian agak terbuka, Pak Joko menuang sebotol minyak goreng kedalam lobang dubur Lhian. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Lhian selebar bahu, dan, “Aaakkhh.”, Lhian melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Pak Jokol menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lhian. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Pak Joko berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Lhian, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuh Lhian kembali disodok-sodok, kedua tangan Pak Joko meraih payudara Lhian serta meremas-remasnya.
Tidak lama kemudian Lhian kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusnya sudah jebol oleh penis Pak Joko yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini Pak Joko memperkosa anus Lhian perlahan-lahan, karena lubang anus Lhian masih sangat sempit dan kering. Ketika Pak Joko menarik penisnya, mulut dubur Lhian ikut tertarik sehingga terlihat monyong keluar. Lalu Pak Joko menyodokkan lagi penisnya, sehingga kini dubur pantat Lhian mengempot.
“Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt”.
Lhian menjerit keras sekali, ia baru saja merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakannya. Pak Joko merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Lhian. Pak Joko merasa penisnya lecet didalam pantat Lhian. Kenikmatan yang terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantat Lhian. Tak terbayang bagaimana wajah orang tua Lhian, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami putrinya. Anak perempuan yang mereka rawat dengan kasih sayang hingga remaja dan dibiayai, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh gurunya sendiri.
Seperempat jam lamanya Pak Joko menyodomi Lhian, waktu yang lama bagi Lhian yang semakin tersiksa itu.
“Eegghh, aakkhh, oohh”.
Dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok, Lhian merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Pak Joko. Saat Lhian berteriak, kembali Pak Dono mendorong penisnya ke dalam mulut Lhian, sehingga kini Lhian hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Pak Dono. Tubuh Lhian terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.
Kedua payudara Lhian yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya diremas-remas dengan brutal oleh Pak Joko. Lhian berteriak-teriak kesakitan.
“Aakkhh, oohh, oouhh, aammp, uunn, pakk”
Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Pak Joko dan Pak Dono mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Pak Joko yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya dubur Lhian menyemburkan spermanya di dalam anus Lhian, Lhian merasakan perih pada rongga duburnya yang lecet tersiram sperma Pak Joko. Dan Pak Dono menyemburkan spermanya di dalam mulut Lhian. Lhian terpaksa menelan semua sperma Pak Dono agar dia dapat tetap bernafas. Lhian hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Pak Dono masih berada di dalam mulutnya. Lhian membiarkan saja penis Pak Dono berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Pak Dono menarik keluar penisnya dari mulut Lhian. Sebagian sisi sperma Pak Dono yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liur Lhian.
Kemudian Pak Dono memaksa Lhian untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Pak Joko juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Lhian dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Lhian, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Lhian dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya. Perih yang luar biasa dirasakan lobang pantat Lhian yang lecet-lecet.
Setelah Pak Joko mencabut penisnya dari anus Lhian, lalu Pak Dion mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Lhian mendekati dan mengangkat tubuh Lhian lalu memposisikan mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Pak Dion kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Lhian, dan kemudian memaksa Lhian untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Pak Dion langsung masuk ke dalam vagina Lhian.
“Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk”, Lhian mengerang kesakitan.
Setelah itu, Lhian dipaksa bergerak naik turun, sementara Pak Dion meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Lhian. Sesekali Pak Dion menyuruh Lhian untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Pak Dion dapat merasakan vagina Lhian berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Lhian yang sudah basah.
Pak Dion masih belum puas. Dia memiringkan tubuh Lhian lalu mengangkat kaki kanan Lhian ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan penisnya di liang kemaluan Lhian. Lhian menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba gurunya itu. Pak Dion tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Lhian yang bergoyang-goyang akibat irama pinggul Pak Dion, lidahnya bermain-main di ujung putingnya yang sudah sangat keras. Pak Dion tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Lhian diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Lhian. Lhian kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.
Selanjutnya, Pak Gatot yang mengambil giliran untuk memperkosa Lhian. Dia menarik Lhian dari pangkuan Pak Dion, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Lhian disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Pak Gatot. Kemudian secara kasar Pak Gatot menarik pantat Lhian turun, sehingga vagina Lhian langsung terhunjam oleh penis Pak Gatot yang sudah berdiri keras.
“Akkhh, aakkhh, oogghh,”. teriakan memilukan keluar dari mulut Lhian.
Penis Pak Gatot, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya meskipun tubuhnya pendek yang memasuki vagina Lhian, masuk semuanya ke dalam vagina Lhian, membuat Lhian kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Lhian merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Pak Gatot. Pak Gatot memaksa Lhian untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Pak Gatot dapat bergerak keluar masuk vagina Lhian dengan leluasa. Kedua Payudara Lhian besar menggantung bebas, naik turun seirama tubuhnya.
Kemudian Pak Gatot menjepit kedua puting susu Lhian dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Lhian berhimpit dengan dada Pak Gatot. Pak Gatot benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Lhian yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Pak Joko melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantat Lhian beberapa kali.
“Akkhh, aakhh, damn, shitt”, Lhian kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahanya.
Cambukan Pak Joko sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan paha Lhian.
Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Lhian tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Lhian terhenti, Pak Gatot marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Lhian dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Lhian menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks. Pak Gatot mencengkram pinggul Lhian, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengebor Lhian itu.
“Oohh, sshh, shh”, Pak Gatot mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantat Lhian yang empuk basah menduduki selangkanganya.
Ketika Pak Gatot hampir mencapai klimaks, dia memeluk Lhian dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Lhian tidur di bawah dan Pak Gatot di atasnya. Sambil mencium bibir Lhian dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Lhian, Pak Gatot terus menggenjot vagina Lhian. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gatot terhenti. Pak Gatot mencabut penisnya keluar dari vagina Lhian dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Lhian. Kemudian dia menarik tangan kanan Lhian dan memaksa Lhian untuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.
Setelah itu Pak Heru, guru kimianya maju mengambil giliran memperkosa vagina Lhian. Ia mengangkat kedua kaki Lhian dan menyandarkannya diatas bahunya, Pak Heru menempelkan kepala penisnya di mulut vagina Lhian. Dengan kasar Pak Heru menyodokkan Penisnya dengan keras kedalam liang peranakan Lhian. Lalu ia mulai menggenjotnya. Hampir sepuluh menit Pak Heru memompa vagina Lhian dengan kasar, membuat vagina Lhian semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Pak Heru mencabut penisnya dari vagina Lhian dan memaksa Lhian untuk membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, Pak Heru memaksa Lhian untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua orang disitu tertawa senang melihat itu, sementara Lhian menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Lhian terlihat mBLenger oleh sperma milik Pak Heru.
Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para Guru Lhian terhadap tubuh Lhian. Kali ini Lhian tidak kuat lagi menahan orgasmenya yang ke 20, dan dia mengalami orgasme hebat, namun tidak sehebat yang pertama. Cairan Vaginanya sudah mulai habis. Rongga vaginanya mulai mengering, karena cairan vaginanya sudah hampir habis dkeluarkan. Lhian merasakan sakit luar biasa pada rongga vaginanya. Ditambah penis para gurunya yang tak henti-hentinya menyodok dan menggesek rongga vaginanya yang kering, sehingga membuat rongga vaginanya lecet dan sobek. Hanya darah dari luka di rongga vaginanya lah yang membasahi daging kemaluannya dan burung yang tengah bersarang didalamnya.
Setelah delapan gurunya selesai memperkosa dirinya untuk kesekian kalinya, Lhian akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Lhian telah diperkosa secara habis-habisan selama empat jam lebih oleh gurunya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Pak Bambang.
lebih-lebih ketika posisi kedua tangan Lhian yang terikat digantung keatas. Pak Andi menjilati dan menciumi ketik Lhian.
“Mmuuahh, ketek lo montok banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm”
Liur pak Andi membasahi ketiak Lhian. Lhian kembali disetubuhi dari 2 arah tentu saja lubang anus dan vaginanya. Lhian kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakinya menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.
“Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh”
Lhian terus berontak seperti orang kesetanan. Karena dubur Lhian mulai mengering, Pak Andi kembali membasahi dubur Lhian dan batang penisnya sendiri dengan minyak goreng agar licin. Pak Andi menyodomi Lhian untuk ke 4 kalinya. Dilanjutkan dengan Pak Joko lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat semontok pantat Lhian, ia semakin bernafsu menghancurkan anus Lhian (Anal Destruction).
Kemudian mereka kembali menelentangkan Lhian di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian tubuh Lhian yang bisa di gunakan untuk memuaskan penis mereka. Pak Joko memasukkan penisnya ke dalam mulut Lhian, dan memaksa mengulumnya. Pak Bambang menyarangkan Penisnya ke dalam memek Lhian yang berdarah-darah. Pak Andi melesakkan penisnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantat Lhian yang sudah hancur. Pak Gatot menjepitkan penisnya di antara belahan payudara Lhian, kemudian menggosok-gosoknya sambil memelintir dan menarik puting susu Lhian yang coklat mungil dan membengkak. Pak Dono menaruh penisnya di tengah-tengah ketiak kanan Lhian yang gemuk putih dengan beberapa helai rambutnya, lalu menjepitnya dan memaju mundurkan penisnya di dalam jepitan ketiak Lhian. Sedangkan Pak Budi melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pak Dono dengan Menjepitkan penisnya ke ketiak Lhian yang sebelah kiri. Sedangkan Pak Heru Meraih tangan kanan Lhian, kemudian memaksa tangannya mencengkram penisnya lalu membantu tangan Lhian untuk mengocoknya. Yang terakhir yaitu Pak Dion, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Heru dengan tangan Kiri Lhian.
Akhirnya Lhian yang sudah tidak kuatpun pingsan, dengan Vagina dan anusnya yang dalam keadaan rusak parah, dan terus mengeluarkan darah, sisa sperma, dan sisa cairan vagina dan duburnya. Kedua payudaranya bengkak memerah dan lecet-lecet, puting susunya yang coklat mungil sobek. Darah dan sperma berceceran dimana-mana. Sudah puas para guru tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan tubuh Lhian yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan.
******
Setelah para guru Lhian pergi, muncullah beberapa siswa pria di sekolah Lhian yang diam-diam mengikuti gurunya. Ketika menemui tubuh Lhian yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mulai memperkosa tubuh Lhian yang masih tidak sadar. Satu diantara mereka menelepon teman-temannya di sekolah. Sekitar 20 menit kemudian datanglah sekitar 40 siswa laki-laki di sekolah Lhian. Lalu mereka mulai menikmati tubuh Lhian secara bergantian ataupun bersama-sama. Ketika sadar, Lhian hanya bisa teriak dan memohon, ia tidak punya cukup tenaga untuk melawan. Ia hanya bisa menyaksikan dirinya diperkosa oleh teman-temannya sendiri. Teman-temannya yang sudah lama bermimpi bisa menyetubuhi Lhian, akhirnya tercapai juga.
Setelah puas semua, mereka meninggalkan tubuh Lhian yang pingsan lagi untuk kesekian kalinya itu. Liang vaginanya sudah menganga sangat lebar, merah membengkak, dan sudah tidak berbentuk lagi. Dengan darah segar yang terus mengalir dari lobang vaginanya. Lobang duburnya pun sudah sangat lebar dengan keadaan rusak parah dengan bentuk berantakan, dengan darah, sperma dan cairan kekuningan yang keluar terus menerus dari liang duburnya. Dan dari sela-sela bibirnya mengalir sperma dan air liur dari dalam mulutnya. Wajahnya tetap cantik dengan masih mengenakan kacamata selama ia diperkosa. Tetapi menampakkan penderitaan yang begitu berat.
Karena merasa kasihan, beberapa temannya mengantarkan Lhian ke kostnya. Lhian selalu merasakan perih dan rasa sakit yang teramat sangat ketika ia harus buang air kecil. Karena liang pengeluaran air seninya masih bengkak dan agak tertutup lipatan daging mulut vaginanya yang sobek. Dan juga ketika buang air besar, karena lobang duburnya membuka sangat lebar dan belum mau menutup kembali. Jadi setiap saat, anusnya mengeluarkan kotorannya tanpa Lhian sadari.
******
Setelah peristiwa tersebut, Lhian terus mengunci diri dalam kamar dan diam membisu ketika ditanyai oleh teman ataupun keluarganya. Beberapa hari kemudian Lhian pulang ke asalnya, dan tinggal dengan ortunya. Lhian mengalami shock berat, dan tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Sementara para guru yang memperkosa Lhian, bebas beraktivitas karena Lhian tidak berani memberi kesaksian. Lhian terperangkap dalam trauma perkosaan itu untuk selama hidupnya. Sedangkan para guru yang memperkosanya masih sibuk mencari mangsa siswinya yang lain.