RATU NGENTOT

RATU NGENTOT 


Kisah ini sengaja aku samarkan baik itu tokoh maupun tempat kejadiannya.Memang sih kejadiannya sudah cukup lama ya sekitar empat tahun yang lewat dikala aku masih suka dengan jiwa petualang dalam hal mengejar nafsu sex untuk lebih jelasnya silahkan kalian ikuti alur  ini. Saat ini aku kuliah di kota Bandung disitu aku menyewa sebuah rumah kecil dengan perabot lengkap dan untuk pengawasannya aku dititipkan kepada Oom Rony sepupu ayahku yang juga pemilik rumah untuk memperhatikan segala kebutuhanku Oom Rony adalah seorang pejabat perbankan di kota kembang. Dia kuanggap sebagai wali orang tuaku sekalipun aku sadar ketampanan dan segala kelebihanku digila gilai banyak perempuan namun aku masih belum mencari pacar tetap.Untuk menyalurkan hobby isengku saat sekarang ini aku lebih senang dengan cewek cewek yang berstatus freelance atau cewek bayaran yang kunilai tidak akan membawa tuntutan apa apa di belakang hari.Begitulah pada tahun keempat masa kuliahku secara kebetulan aku mendapat seorang teman yang cocok dengan seleraku seorang gadis berstatus pembantu rumah tangga keluargaku tapi penampilannya cantik berkesan gadis kota.Jadinya konyol di luaran aku terkenal sebagai pemuda mahalan kelas atas tapi tanpa ada yang tahu justru partner tetap untuk mainanku sendiri adalah seorang gadis kampung yang status sosialnya jauh di bawahku. Sriwasti nama asli si cantik anak bekas pembantu rumah tangga orangtuaku tapi lebih akrab dipanggil dengan Wasti Sewaktu mula-mula hadir di tempatku ini dia memang meringankan aku tapi juga membuat aku jadi panas dingin berada di dekatnya.Pasalnya dulu aku pernah punya skandal hampir menggagahi dia sehingga dengan kembalinya dia kali ini dalam status istri orang tapi tinggal kesepian ini tentunya menggali lagi gairah rangsanganku kepadanya.Usianya dua setengah tahun lebih muda dariku dia dulu dibiayai sekolahnya oleh orangtuaku dan ketika tamat SMA dia pernah beberapa bulan bekerja membantu-bantu di rumahku sambil berusaha masuk Akademi Perawat sayang dia gagal dan kemudian pulang kampung lagi untuk menerima lamaran seorang pemuda di tempat asalnya itu.Waktu masih di rumah orangtuaku itulah aku yang tertarik kecantikannya kalau pulang dari Bandung sering iseng menggoda dia suatu kali sempat kelewatan nyaris merenggut kegadisannya.Sebab di suatu kesempatan Wasti yang memang kutahu menaruh hati padaku sudah pasrah kugeluti dalam keadaan bugil hanya saja karena aku masih tidak tega dan juga masih takut sehingga urung aku menodai dia Kuingat waktu itu secara iseng iseng aku sengaja ingin menguji kesediaannya yaitu ketika ada kesempatan dia kuajak ke dalam kamarku.Beralasan meminta dia memijati aku tapi sambil begitu kugerayangi dia di bagian bagian sensitifnya Ternyata dia diam saja tidak berusaha untuk menolakku sehingga aku meningkat lebih terang terangan lagi Susunya memang menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal tapi aku masih mengincar lebih ke bawah lagi. Was gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu  Mas Dony pengen gosok gosokin yang enak di punyamu bujukku dengan tangan sudah meraba-raba di selangkangannya. Wasti tersipu-sipu dengan gugup ragu ragu meskipun begitu menurut saja dia untuk membuka celana dalamnya yang kumaksudkan itu Ta tapi nggak apa apa ya Mass kali ini terdengar nada tanya kuatirnya. Aku yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkan dia Oo tenang aja nggak Mas masukin inimu cuma sekedar ditempel tempelin aja kok jawabku sambil juga menurunkan celana dalamku memamerkan batangku yang sudah setengah tegang terangsang. Kuambil tangannya dan meletakkan di batang kemaluanku meminta dia memainkan batang itu dengan genggaman mengocok ini diikuti  mulanya dengan wajah kikuk malu tapi toh dia mulai terbiasa juga.Nampak tidak ada tanda tanda risih karena baru kali ini dia melihat batang telanjang seorang laki laki Layap layap keenakan oleh kocokannya sambil begitu sebelah tanganku juga ikut meremasi susu bergantian dengan bermain di liang kemaluannya.Lama lama terasa menuntut kuminta Wasti merubah posisi bertukar tempat dia yang berbaring setengah duduk tersandar di kepala tempat tidur dari situ aku pun masuk duduk berlutut di tengah selangkangannya. Dalam kedudukan ini tangan Wasti bisa mencapai batanganku dan mengocoknya tepat di atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari kedua susu sampai ke liang kemaluannya.Lagi lagi Wasti memperlihatkan air muka khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan menyuruh dia terus mengocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya.Cukup terasa enak buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh tapi begitupun aku bisa menahan emosiku sampai kemudian kocokannya berhasil membuatku berejakulasi Menyembur nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak mengangkang tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu. Huffhh pinterr kamu Was besok besok bikinin lagi kayak gini ya kataku memberi pujian ketika permainan usai Wasti mengangguk malu malu bangga dan sejak itu setiap ada kesempatan aku ingin beriseng dia yang kuajak dan kugeluti sekedar menyalurkan tuntutanku Memang sampai dengan saat itu aku masih bertahan untuk tidak mengambil keperawanannya karena masih terpikir status kami yang berbeda.Aku majikan dan dia pembantu padahal dalam segalanya Wasti betul betul seorang gadis yang mulus kecantikannya Dibandingkan dengan wanita wanita cantik yang Cerita Dewasa kukenal belakangan Wasti pun tidak kalah indahnya Tapi itulah yang namanya pertimbangan status padahal akhirnya aku toh bertemu lagi dan membuat hubungan yang lebih jauh dengannya.Di kampungnya Wasti dinikahi Ardi seorang pemuda tetangganya dia sempat beberapa bulan hidup bersama tapi ketika Ardi yang lulusan Akademi Teknik minta ijin selama setahun karena mendapat pekerjaan sebagai TKI di suatu negara Arab Wasti praktis hidup sebagai janda sendirian.Begitu untuk mengisi waktunya dia juga meminta ijin agar bisa mencari pekerjaan tambahan dan dia pun teringat kepadaku karena aku memang pernah menjanjikan hal itu kalau dia ingin mendapat tambahan pencaharian.Ardi setuju karena aku sudah bukan asing bagi mereka maka sesaat sebelum Ardi berangkat ke Arab dia ikut mengantar Wasti meminta pekerjaan padaku. Kedatangan Wasti untuk menawarkan tenaganya tentu saja tidak bisa kutolak tapi untuk tinggal bersama di rumah sewaanku jelas akan mengundang kecurigaan orang dia pun kutawarkan tinggal sambil bekerja di sebuah tempat usahaku.Kebetulan aku memang mengusahakan sebuah Panti Pijat yang sebetulnya dimodali Oom Rony sehingga kehadiran Wasti bisa membantu mewakili aku sebagai orang kepercayaanku dalam mengawasi tempat pijat itu Wasti langsung setuju tapi waktu suaminya sudah berangkat meninggalkan dia barulah dia berkomentar bingung soal pekerjaan itu. tapi aku bener nggak disuruh kerja mijet Mas katanya agak keberatan dengan tugas yang belum dimengertinya itu Ya enggak dong kamu disana Mas kasih tugas utama sebagai pengawas tempat itu.Kalau soal mau belajar mijet sih boleh boleh aja malah bagus supaya Mas bisa kebagian rasanya juga kataku sambil tersenyum menggoda Ngg gitu nanti ada yang ngajakin tidur aku gimana Mas. Boleh tapi minta ijin Mas dulu Yang jelas Mas dulu yang pakai baru boleh dikasih yang lain kataku tambah menggoda lebih jauh Di sini Wasti langsung mesem malu-malu tapi begitupun senang dengan tawaranku untuk mewakili aku mengawasi usaha tempat pijatku Dia kuberi kamar di rumah yang kukontrak untuk usaha pijat itu tapi secara rutin seminggu dua kali dia datang membantu membersihkan rumahku dan mengambil baju baju kotorku untuk dicucikannya. Begitulah dengan adanya Wasti yang seolah olah membawa keberuntungan bagiku usahaku pun semakin bertambah ramai Apalagi dia yang semula hanya bertindak sebagai tuan rumah setelah mulai belajar teknik memijat dan mulai mempraktekkan kepada tamunya semakin banyak saja mereka yang datang membooking Wasti Antri para tamu itu hadir dengan niat ingin mencicipi asyiknya pijatan sambil tentunya berusaha merayu agar bisa menikmati lebih dari sekedar pijatan si manis Wasti ini.Tetapi mereka belum sampai ke situ karena di bulan kedua kehadiran Wasti baru kepadakulah yang paling dekat dengannya saat ini dia memberikan keistimewaannya Karena sudah pernah ada hubungan sebelumnya maka mudah saja bagiku untuk membuat kelanjutan intim dengannya cuma saja setelah beberapa lama baru terpikir olehku untuk mencicipi dia.Waktu itu aku terserang muntaber dan sempat seminggu aku terbaring di rumah sakit dengan Cerita Dewasa ditunggui bergantian oleh Wasti dan Indri kakak perempuanku yang sengaja datang dari Banjarmasin untuk mengurusi sampai dengan kesembuhanku.Keluar dari rumah sakit dan setelah melihat aku sudah mendekati pulih kesembuhanku Indri pun kembali lagi ke Jakarta dengan meninggalkan pesan pada Wasti untuk tetap mengurusi sampai aku betul-betul sembuh Lewat lagi dua hari tenagaku kembali pulih seperti semula tapi seiring dengan itu mulai timbul lagi tuntutan kejantananku dan kali ini aku berencana akan menyalurkannya pada Wasti Ratu  sebagai sasaranku yang paling dekat denganku saat itu Ini karena aku selama dirawat olehnya merasa lebih akrab perasaanku dan berhutang budi sekali padanya. Tau nggak Was Apa yang pertama-tama mau Mas bikin kalau udah sembuh bener dari sakit ini tanyaku mengajak dia ngobrol menjelang kesembuhanku. Apa tuh kira kira Mas Mas kepengen begini kataku sambil memberi tanda ibu jari dijepit telunjuk dan jari tengahku Wasti langsung ketawa geli mendengarnya Hik hik hik Mas Dony yang dipikir kok itu dulu Emang puasa berapa hari ini udah kepengen banget sih Justru itu kepingin sih jangan bilang lagi tapi coba tebak siapa nanti yang bakal Mas ajak tidur Hmmm siapa ya Mas sih banyak ceweknya mana Wasti tau siapa orangnya Orangnya ya kamu Was. Nggg kok malah aku kan masih banyak yang cakep lainnya Mas Wasti kontan tersipu sipu malu seolah tidak percaya denganku Yang Mas pilih emang kamu kok sementara jangan dulu dikasih ke yang lainnya ya kataku sambil menarik dia mendekat kepadaku Kasih siapa Mas kan katanya harus ijin Mas dulu. Makanya itu nanti Mas yang pakai dulu Kasih Mas ya Kali ini kususupkan tanganku ke selangkangannya mengusap usap bukit kemaluannya dan diterima Wasti dengan mengangguk sambil menggigit bibir malu malu. Dia sudah bersedia dan ketika tiba saatnya aku sengaja mengajaknya keluar menginap di hotel karena aku ingin betul-betul bebas berdua dengan dia Maklum di rumah sewaanku masih kukhawatirkan Indri ataupun keluargaku dari  akan muncul sewaktu waktu sehingga tidak terlalu aman rasanya.Segera aku pun bersiap siap dan membuka lemari untuk mengambil uang tapi ide nyentrikku mendadak timbul ketika terpandang sweaterku yang tergantung di situ Kuminta dia memakai sweater itu tapi tanpa mengenakan apa apa lagi di balik itu ini memang diturutinya tapi sambil meringis geli ketika sudah naik ke mobil duduk di sebelahku. Mas ini ada ada aja masak aku cuma disuruh pakai kayak gini sih. Kamu biar cuma pakai gini tetep keliatan manis kok Was kataku membesarkan hatinya. Tapi kan lucu Mas di atasnya anget tapi di bawahnya bisa masuk angin. Maksud Mas Donny begini supaya pemanasannya bikin cepet tambah kepengennya Sambil nyupir gampang megang-megangin kamu jelasku dengan menjulurkan tangan ke selangkangannya sudah langsung merabai liang kemaluan telanjangnya.Wasti tersipu sipu tapi toh menurut juga ketika aku meminta dia menaikkan kedua kakinya ke atas jok sehingga liang kemaluannya lebih terkangkang lebar lebih leluasa tanganku bermain disitu Dia dari sejak dulu memang tidak pernah membantah apapun permintaanku Mengusap-usap bukit yang cuma sedikit ditumbuhi bulu bulu kemaluannya serta meremas remas pipi menggembung dari bagian kewanitaannya yang menggiurkan ini terasa kenyal daging mudanya itu.Dipermainkan begitu tangannya otomatis terjulur ke kemaluanku membalas memegang seperti dulu ketika dia masih sering bermain main dengan milikku tapi cuma sebentar karena segera dicabut lagi. Lho kenapa nggak diterusin.Nggak ah nanti keburu muncrat duluan Mas kan udah puasa beberapa hari pasti sekarang udah kentel susunya kan sayang kalau keburu tumpah di luar nanti Wasti nggak kebagian.Lho kan dipanasin dulu botolnya nggak apa apa Siapa tau kelewat kentel malah nggak mau netes airnya nanti Masak nggak mau keluar Mas.Oh iya lupa kalau diperes-peres pakai lubang sempit ini memang pasti keluar sih Tapi sambil dikocokin yang enak nanti ya Rangsangan selama perjalanan sudah mulai memanaskan gairah birahi kami ketika tiba di hotel kelanjutannya semakin membara lagi. Di hotel yang kupilih Wasti sudah kusuruh masuk ke kamar duluan sementara aku masih menutup pintu mobil sebelum kususul dia disitu Kubuka sekalian bajuku hingga telanjang bulat sementara dia masih berlutut di sofa yang menempel dekat jendela pura pura memandang ke luar mengintip lewat gordyn jendela Segera aku merapat dari belakangnya langsung membuka sweater satu satunya penutup tubuhnya begitu sama telanjang bulat kupeluk dia merapatkan punggungnya ke dadaku dan mulai mengecupi lembut lehernya dengan diikuti kedua tanganku bermain masing masing meremasi susu dan bukit kemaluannya.Cerita Dewasa  maass botolnya kerasa udah keras bener katanya mengomentari kemaluanku yang sudah mengencang menempel di atas pantatnya Iya udah ngerti dia sebentar lagi bakal ditumpahin isinya ke lobang ini jawabku singkat. Kupondong dia dan membaringkan di atas tempat tidur langsung kudekap dan mencumbui dengan kecupan-kecupan seputar wajahnya dan usapan usapan tangan di sekujur tubuhnya Kenangan lama terungkit gemas gemas sayang rasanya dengan tubuhnya yang mulus lagi cantik ini Ingin kulampiaskan emosi nafsuku tapi seperti takut dia kesakitan oleh tenagaku jadinya setengah keras setengah tertahan serbuanku Remasan tangan kuganti saja dengan permainan mulutku tanpa menghentikan kecupanku yang mulai kujalari menurun ke leher menuju ke buah dadanya Wasti selain mulus bersih juga tidak berbau keringatnya sehingga enak untuk kucium ciumi dan kujilat jilati.Tiba di bagian susunya kedua bukit daging yang putih membulat bagus lagi kenyal ini segera kukecap dengan mengisap berganti ganti masing-masing pentilnya Mengenyoti bagian puncaknya kungangakan lebar lebar mulutku serasa ingin memasukkan banyak-banyak daging menonjol itu agar dapat kusedot sepuas puasnya Di dalam mulutku lidahku berputaran menjilati pentilnya menggigit gigit kecil membuat dia mengerang dalam geli geli senang. Ssh ahngg geli Masss suaranya merengek manja membuat aku semakin gemas bergairah Air mukanya mulai merah terangsang karena sambil begitu aku juga menambahi dengan mempermainkan liang kemaluannya.Menggosok gosok klitorisnya dan mulai mencucukkan satu jariku mengoreki bagian mulut lubangnya Ada satu yang istimewa dan menyenangkan itu dia mempunyai klitoris jenis besar yang jarang kujumpai pada kebanyakan kemaluan-kemaluan perempuan Aku sudah lama mengenal bagian ini tapi masih juga seperti penasaran membawa aku merosot ke bawah untuk memperhatikannya lebih jelas. Ihhh Mas ini mau ngeliat apa sih Wasti rupanya kikuk malu dengan perobahan mendadakku Tangannya bergerak ingin menutup bagian itu tapi cepat kusingkirkan. Kok mau ditutup sih kan Mas kangen pengen ngeliat itil gedemu kayak dulu Was Hngg punyaku jelek kok mau-maunya diliat sih Mas. Kamu keliru justru yang begini disenengin orang laki soalnya jarang ada Aaah Mas Dony menghibur aja Apanya disenengin jadi ketawaan malah Lho Mas sendiri udah keliling banyak cewek belum pernah dapet yang gini Udah denger cerita dari orang orang baru Mas penasaran lagi sama kamu Was. Nggg abiiss Mas nggak dulu dulu ngambilnya Sekarang udah keburu diambil Kang Ardi duluan baru Mas minta kan Wasti nggak tega ngasihnya kalau udah bekas bekas Mas timpal Wasti dengan air muka membayangkan kecewa. Melihat ini buru-buru aku menghibur Tapi nggak apa biarpun gitu Mas Dony juga tetep seneng sama kamu kok Sini Mas bikinin buat kamu Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menunduk dan menyosorkan mulutku di celah itu. Adduh Mass Wasti nggak mau gitu Kaget dia ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu kupegangi masing-masing tanganku Ngentot. Sesaat dia membelalak seolah tidak percaya aku mau bermain begini dengannya tapi sebentar kemudian terhempas kepalanya mendongak dengan dada membusung kejang ketika tersengat geli kelentitnya kujilat dan kugigit gigit kecil Sebentar kubiarkan dia tenggelam dalam nafsu birahinya sampai terasa cukup baru kulepas permainan mulutku Karena sudah lebih dulu kuhisap kemaluannya maka ketika aku meminta dia sekarang menghisap batang kemaluanku langsung diikutinya dengan senang hati. Nggak usah lama lama Was kasih ludah aja biar Mas masukin sekarang kataku untuk tidak berlarut larut dulu dalam permainan pembukaan ini. Wasti cepat mengikuti permintaanku dan sebentar kemudian dengan bantuan tangannya aku sudah menyusupkan batang kemaluanku masuk di liang kemaluannya.Begitu terendam kutahan dulu untuk menurunkan tubuhku menghimpit mendekapnya mengawali dengan kecupan mesra di bibirnya untuk mengembalikan rangsang nafsunya yang sempat menurun oleh suasana tegang sewaktu menyambut batangku Memang baru pertama kali buat dia tapi terasa ada kerinduan yang dalam baginya sehingga terasa hangat sambutannya. Nikmatnya jepitan Liang Kemaluan Wasti mulai terasa meresap maklum biasanya belum sampai tiga hari saja aku pasti sudah ngeluyur untuk mencari partner isengku.Dengan sendirinya senggama penyalur kerinduanku saat ini ingin kurasakan dengan senikmat nikmatnya tanpa perlu terburu buru.Kebetulan lagi partnerku ini termasuk barang baru yang muda lagi menggiurkan jadi harus kuresapi asyiknya detik demi detik agar betul-betul mendapatkan kepuasan penyaluran yang maksimum Setelah merasa cukup meresap asyiknya rendaman batang kemaluan dalam hangat liang kemaluannya aku pun mulai memainkan batangku memompa pelan pelan mencari nikmatnya gesekan batang. Ssshh Waaas enak sekali memekmu sempitt rasanyaa Baru dua tiga gesekan saja aku sudah gemetar memuji rasa yang kuterima Mukaku jadi tegang serius saking asyik diresap nikmat bertatapan sayu dengan matanya yang sama mesra namun tergambar sinar senang dan bangga di situ. Makin kupompa makin meluap nikmatnya apalagi Wasti mulai menambahi dengan memainkan liang kemaluannya mengocok lewat putaran pinggulnya. Adduu Waass pinterr kammu ngocokknyaa tapi Mas kepengenn cepet keluarr diginiinn ssh mmm Sudah terbata bata suara gemetarku bukan asal memuji tapi memang cepat saja aku dibuat tidak tahan oleh bantuan putaran kemaluannya. Cairan mani terkumpul disitu tinggal menunggu waktu untuk disemburkan saja Segera Wasti kudekap lagi dengan sebelah lengan di lehernya sedang Cerita Dewasa sebelah lagi menahan pantatnya aku pun mengganti gerakan tidak lagi menggesek tapi memutar batanganku dan menekan dalam dalam sambil mengajak dia bercium melumat hangat.Wasti menyambut ajakanku dengan balas mendekap kedua kakinya naik membelit pinggangku erat erat Seperti mengerti kalau batang kemaluanku sudah dikorek dalam-dalam berarti aku ingin mengajak dia berorgasme bersama-sama Dia pun tidak menahan-nahan lagi. Ayyo Wass Mass keluarinn yaaa. Iyya iyaa Mas sama sama Hhaaghh dduhhss adduhh Wass Mass kelluarr sshhgh ahhgh hghhh aaah aaahshg duuuh hoh hnggg hmmm Baru saja ajakan berorgasmeku disahut Wasti aku pun sudah meledak mengaduh tiba di puncak kepuasanku. Bukan main Semprotan cairan maniku serasa dahsyat menyembur nyembur menumpahkan seluruh kerinduanku sepertinya panjang dan lama sekali diperas peras oleh pijatan kemaluannya sampai dengan tetesan yang terakhir Aku sendiri tidak memperhatikan lagi. bagaimana partnerku ini ikut berorgasme karena bola mataku sudah terbalik saking nikmatnya aku berejakulasi Luar biasa jujur kukatakan bahwa inilah saat orgasme yang paling enak sejak aku mulai bisa bersetubuh dengan perempuan.Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Wasti masih tetap kupeluki dan kukecupi bertubi tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku. Was kamu kok enak sekali sih Mas Dony rasanya puas bener numpahin kepengennya sama kamu. Enak nggak main sama Wasti Mas masih dia bertanya manja namun dengan nada bangga di situ. Hmmsshh eenaak bener deh Ini ibarat lagi laper lapernya dikasih kue enak langsung pas bener kenyangnya. Wasti tertawa senang Wasti sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony katanya sambil membalas mengecupi bibirku Berlanjut lebih jauh tentang Wasti ada suatu pengalaman Wasti yang ingin kuceritakan di sini sejak dia bekerja di panti pijatku yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti panti pijat selain itu.Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya Maka ketika suatu kali dia kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi sembunyi Oom Rony langsung ketagihan Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah panti pijat milik temanku yang hampir bangkrut Oom Rony segera setuju menyertakan modalnya atas namaku Dengan begitu dia bisa menyalurkan kesenangannya dipijati gadis gadis muda karena cuma beralasan pergi denganku saja baru Oom Rony bisa aman tidak dicurigai Tante Yosi Kami berdua diketahui Tante Yosi sering pergi memancing sebagai salah satu hobby kami.Dari mulai sekedar dipijat ternyata mulai meningkat kepingin beriseng dan gadis pemijat yang diincarnya justru Wasti Alasannya karena.Wasti sudah dikenalnya sebagai orang dalam di rumahku sehingga dia yakin Wasti tidak akan menuntut apa apa padanya Aku sendiri semula tidak mengira kalau perkembangan pijat memijat itu jadi semakin jauh Hal ini baru kuketahui ketika suatu sore Mas Didik sopir sekaligus orang kepercayaan Oom Rony datang menjemput   Wasti yang kebetulan sedang membersihkan rumahku kudapati Wasti gelisah dan kurang enak air mukanya. Mas bilang aja aku sekarang udah nggak bisa udah pulang kampung lalu Mas nawarin temen temen lain aja katanya membujuki aku di kamar sementara Mas Didik menunggu di ruang tamu. Lho tadi Mas ditelepon Bapak memang bilang kamu ada disini kok emang kamu kenapa Lagi capek ya mijetin Bapak sekarang Kalau capek nanti Mas yang ngomongin kataku menawarkan Bapak adalah menurut sebutan Wasti kepada Oom Rony. Nggak gitu Mas tapi disini dia berat untuk meneruskan dan memandangiku dengan malu malu takut. Aku paham ada sesuatu yang disembunyikan dan kubujuk dia dengan lembut sampai akhirnya Wasti pun mengaku bahwa meskipun sudah sering memijat tapi baru belakangan ini Oom Rony terangsang untuk mengajak Wasti beriseng.Permintaan ini berat karena Wasti merasa kikuk dan sungkan sekali kepada Oom Rony dan untuk itu dia berusaha menolak dengan yang terakhir kali dia memberi alasan sedang haid Jelas alasan yang begini cuma mengulur waktu saja sehingga untuk yang berikut ini Wasti merasa tidak bisa menolak lagi.Itu sebabnya dia jadi gelisah serba salah terhadapku Mendengar sampai di sini aku cuma tersenyum membuat Wasti jadi lega Memang baik aku maupun dia sebenarnya sama mengerti bahwa Oom Rony sebagai lakilaki wajar kalau sesekali kepengen beriseng di luaran Cuma saja bagi Wasti dia berat karena dia takut aku tersinggung dan marah kepadanya Begitu agak beberapa saat kami terdiam mencari jalan keluar tapi akhirnya kuanjurkan Wasti untuk memberi saja. Iddihh Mas Dony kok malah nyuruh ngasih gimana sih nadanya terdengar agak kurang enak dengan usulku Gini Was kamu kan ngerti kalau Bapak susah mau ngiseng begini di luaran Kebetulan bisa ketemu kamu yang udah dianggap deket bisa nyimpan rahasia kan nggak apa apa kalau diikutin sekali sekali Dijamin deh Mas Dony nggak marah soal ini. Mendengar dari aku sendiri yang berbicara seperti itu hanya membuat dia terdiam berpikir sebentar tapi kemudian menyetujui anjuranku Setelah mendapat ijin khusus dariku Wasti pun bersedia untuk pergi memijat Oom Rony di hotel tempatnya menginap Hotel itu adalah tempat rahasia Oom Rony dan tidak ada yang tahu kecuali Mas Didik yang membawa ke situ. Kami bertemu lagi keesokkan harinya di panti pijat rasa penasaran kubawa dia ke sebuah kamar untuk mendengarkan pengalamannya dengan Oom Rony sambil meminta dia memijati aku Wasti yang ditanya soal semalam langsung menyembunyikan muka malunya di dadaku belum langsung menjawab. Lho kok masih berat nyeritainnya kan Mas udah ngasih ijin Gimana kesannya asik atau nggak kan Mas kepengen tau tanyaku mendesak terus kesannya aaaaa maluu aku Maaass Wasti menjerit malu makin membenamkan wajahnya ke dadaku Kutunggu beberapa saat sampai malunya mereda barulah dia mau bercerita pengalamannya malam tadi. Seperti yang sudah dibayangkan Wasti baru saja memijat sebentar bagian punggung Oom Rony sudah berbalik minta dipijat bagian depan.Disitu sambil mengambil tangan Wasti untuk memijati seputar selangkangannya dia mulai memancing mancing jawaban Wasti tentang kesediaannya untuk memenuhi ajakan ber isengnya waktu itu Wasti meskipun merasa sudah tidak ada yang diberati tapi masih kikuk untuk mengiyakan langsung Dia hanya menggigit bibir malu malu meskipun begitu tangannya bekerja juga menyusup di balik handuk yang dikenakan Oom Rony dan segera memijat daerah selangkangan yang dimaksud untuk merangsang kejantanannya Jelas cepat saja batang itu naik menegang. Ihhhng cepet bener bangunnya Bapak punya katanya mengomentari batang kemaluan kencang Oom Rony di genggamannya Makanya itu biar nggak tambah penasaran sebaiknya diselesaikan sama kamu Was jawab Oom Rony sambil merayapkan tangannya dari belakang pantat Wasti menyusup mengusapi tengah selangkangannya. Mmm tapi mesti dilicinin dulu Pak lagi lagi Wasti tidak menjawab langsung hanya mengambil cream pemijit dan melumuri seputar batang itu agar menjadi licin. Sekarang Oom Rony mengerti bahwa Wasti sudah bersedia menyambut ajakan berisengnya dia beraksi lebih dulu membuka belitan handuk yang dipakainya. Kalau gitu ke sini aja supaya nggak habis waktunya Ayo buka dulu bajumu terus naik sini Nduk kata Oom Rony terburu buru saking senangnya. Wasti berhenti dan mengikuti permintaan Oom Rony untuk segera membuka bajunya Tapi meskipun sudah terbiasa bertelanjang bulat di depan lelaki tidak urung dengan majikan besarnya ini.Wasti merasa kikuk sekali Lebih lebih waktu ditarik berbaring bersebelahan disambut masuk dalam pelukan Oom Rony yang langsung menyerbu dengan remasan gemas dan ciuman bernafsu di seputar lehernya Wasti jadi risih karena merasa tidak pantas dengan besarnya perbedaan status di antara kedua mereka. Sekalipun sudah dicoba memejamkan mata dan menghayalkan dia sedang digeluti salah seorang langganan Oom Senang nya tapi tetap saja terbawa  sebagai majikan besar ini sulit hilang sehingga.Wasti seperti kaku tidak berani bergaya manja manja genit Padahal Oom Rony sudah tidak perduli soal status dan jabatannya juga tidak perduli dengan status lawan mainnya Yang dia tahu saat itu ialah si gadis pembantu yang cantik ini begitu menggiurkan dalam penampilan polosnya sehingga Oom Rony yang sedang mendapat kesempatan menggelutinya pun tambah lebih bersemangat lagi. Dari mulai kedua susunya sudah habis habisan masing masing daging kenyal yang bulat montok itu diremasi dan disosor rakus mulut Oom Rony Disedot-sedot bagian puncaknya sambil dikulum pentilnya digigit gigiti kecil membuat Wasti menggelinjang kegelian begitu juga seputar tubuh si cantik sudah rata dijelajahi rabaan tangan Oom Rony yang sibuk penasaran Mendarat di selangkangannya bukit daging setangkup tangan itu pun diremasi gemas jarinya mengukiri celah hangat mengiliki kelentit dengan gemetar bernafsu Semakin.Wasti meliuk erotis semakin merangsang nafsu Oom Rony sampai akhirnya dia tidak tahan berlama-lama lagi. Dia pun berhenti dan segera mengambil ancang-ancang untuk mulai menyetubuhi Wasti Menangkap bahwa Wasti mungkin masih kikuk dengannya Oom Rony meminta Wasti berbalik agar dia bisa memasuki dari arah belakang Ini diikuti Wasti tapi belom Oom Rony sudah merapat menepatkan sendiri ujung batang kemaluannya dan langsung menekan masuk. Tapi lho lhoo lhooo Wasti sampai menjengkit dengan meringis bengong karena dia merasakan suatu kesalahan tusuk pada lubangnya Bukan di lubang kemaluan tapi justru lubang anusnya yang disodok batang itu Dan konyolnya baru saja dia akan memperbaiki sudah keburu keluar komentar Oom Rony Ssshhmmm enakk Waass sempit sekali punyakmuu hhhshh baru terjepit sudah langsung dipuji rasanya Wasti jadi urung membetulkan karena dia kuatir Oom Rony tersadar dan malu hati malah hilang selera nafsunya dan batal meneruskan permainan.Biar saja mumpung suasana kamar remang remang gelap mudah mudahan sampai dengan selesai Oom Rony tidak menyadari kekeliruannya Syukur Oom Rony memang kelihatan bernafsu sekali terasa dari sodokannya yang gencar dengan tubuh gemetaran persis seperti anjing sedang dalam siklus birahinya Maklum dia betul-betul lapar sekali menyetubuhi partner muda seperti ini Dan melihat ini.Wasti menambahi dengan bantuan goyangan pinggulnya mengocok batang itu, maka tidak berlama-lama lagi sebentar kemudian terdengar tenggorokan Oom Rony menggeros tersendat sendat ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan maninya Itulah apa yang dialami Wasti ketika melayani Oom Rony semalam. Tapi urusannya sekarang gimana nih semalem yang ini dipakai juga nggak Kalau nggak biar Mas Dony yang ngisi sekarang tanyaku menggoda sambil menyusupkan tanganku meremas langsung kemaluan telanjangnya Wasti memang selalu bertelanjang bulat jika memijati aku. Main yang keduanya memang dipakai juga tapi biarpun gitu asal yang mau ngasih lagi Mas Dony sendiri tetep aja Wasti penasaran Mas jawabnya dengan mulai bermain di kemaluanku. Kalau gitu pertamanya pakai yang depan dulu ya Abis itu baru masukin yang di belakang soalnya Mas Dony juga jadi nafsu deh denger ceritamu barusan. Wasti hanya mengangguk tersipu sipu menyetujui permintaanku Memang permainan anus ini dipelajarinya dariku jadi meskipun awalnya dulu dia kerepotan dengan batang kemaluanku tapi sekarang sudah terbiasa dengan ukuranku Tanpa menunggu lagi dia pun segera mengencangkan batang kemaluanku.Dengan tekniknya yang terlatih dia pun mengerjai batangku Mula mula dikocoki pelan dengan genggaman tangannya sampai setengah menegang setelah itu diteruskan dengan kerja mulutnya yang mengulum dan mengisap baru setelah tegang kaku dia pun memasang dirinya untuk siap kusetubuhi.Kalau sudah sampai disini permainan asyik pun berlangsung sebagaimana yang sering kami lakukan berdua Yaitu seperti keinginanku mula-mula kuresapi pijatan lubang kemaluannya di batang kemaluanku tapi ketika menjelang tiba ejakulasiku barulah kupindahkan ke lubang anus untuk menyelesaikan permainan dengan menyembur-nyemburkan cairan maniku disitu. Rupanya Oom Rony setelah mendapatkan Wasti bukan sekedar ketagihan lagi tapi lebih dari itu dia ingin berlanjut memelihara Wasti sebagai gendak peliharaannya Kedengarannya enak buat  Wasti tapi begitupun dia selalu minta pendapatku dulu Setelah berunding denganku akhirnya kuberi jalan bahwa.Wasti bersedia tapi hanya selagi suaminya masih belum pulang saja Syarat ini disetujui Oom Rony dan begitulah Wasti langsung menghilang dari Panti Pijat tanpa ada yang tahu karena sebenarnya dia sedang bersembunyi di rumah yang disewakan Oom Rony untuknya Akan tetapi sekalipun suaminya sudah ada hubungan Oom Rony dengan Wasti tetap berlanjut yaitu Oom Rony secara rutin memanggil Wasti dengan alasan minta dipijati Pasalnya Wasti semenjak dipelihara sebagai langganan kesayangan Oom Rony kehidupannya bisa terjamin dimana.Wasti diberi modal untuk membuka sebuah usaha percetakan Ini dianggap hutang budi bagi Ardi karena setelah pulang dari Arab Ardi tidak medapat pekerjaan lagi sehingga keluarga ini tergantung nafkahnya dari usaha percetakan itu. Berlanjut pada hubungan itu mulanya Wasti dipanggil ke hotel seperti biasa tapi karena yang begini lama-lama justru mengundang kecurigaan Ardi maka Wasti mengusulkan sebaiknya Oom Rony datang ke rumahnya saja.Dengan berlaku seolah betul-betul akan dipijati tapi diam diam berhubungan badan cara begitu malah aman tidak akan dicurigai siapapun Oom Rony menimbang nimbang ternyata usul Wasti benar dan begitulah hubungan unik ini berlangsung justru seperti dilindungi oleh Ardi.Awalnya waktu siang itu sementara kedua suami istri sibuk melayani percetakan di bangunan sebelah Wasti memberitahu Ardi bahwa hari ini adalah jadwal pertama kedatangan Oom Rony dia pun meminta tolong suaminya meneruskan pekerjaannya sendirian karena dia sebentar lagi akan menerima langganan tetapnya itu Ardi pun mengangguk dan mengambil alih tugas itu. Udah tinggal aja Was biar Mas yang ngurus Kamu cepet aja ganti baju nanti Oom Rony keburu dateng begitu jawab Ardi Wasti pun bergegas masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri dia bisa lega untuk menerima Oom Rony yang datang sesuai jam yang dijanjikan.Singkatnya begitu Oom Rony muncul sudah langsung diajak ke kamar tidurnya disini mau tak mau perasaannya agak kurang tenang juga karena baru pertama inilah dia berterang terangan melakukan kegiatan di rumahnya sendiri tapi perasaan ini mulai terlupa ketika sebentar kemudian Oom Rony mulai sibuk merangsang mengecapi sekujur tubuhnya Terus terang kalau bukan karena uangnya sebenarnya bagi Wasti dari penampilannya laki laki gemuk pendek lagi botak ini sama sekali tidak menarik ataupun menerbitkan seleranya.Tapi untungnya selain uangnya cukup royal juga cara bermain seksnya bisa juga memuaskan Wasti sehingga Wasti cukup senang melayaninya.Cara merangsang mulutnya yang rakus diikuti menjilat jilat rata sekujur tubuhnya mula mula memang kurang sreg bagi Wasti kalau masih memulai pembukaan dari bagian atas Agak jijik rasanya dengan ludah Oom Rony yang melengket di seputar wajahnya Tapi kalau sudah menurun ke bawah baru terasa ada keasyikan yang membawa dia naik dalam birahinya Cuma perlu sering diingatkan karena laki-laki ini suka kelewat gemas. Aahss Paakk jangan digigit keras keras sakitt merintih Wasti tapi dengan muka geli senang menahan kepala Oom Rony kalau terasa puting susunya tergigit agak sakit. Oom Rony sadar lagi buru buru menekan emosinya untuk mencoba lebih halus tapi biasanya tidak lama karena sebentar kemudian sudah terlupa lagi dia untuk kembali menggigiti gemas sekujur tubuh Wasti Wasti sering kewalahan biarpun sudah merengek rengek dia dengan menggeliat geliat meronta ronta menolaki kepala botak Oom Rony dengan maksud ingin menghindari tapi Oom Rony malah tambah bernafsu kepada perempuan yang gayanya makin genit merangsang ini.Tambah bertubi tubi dia menyerbu Wasti Mau tak mau Wasti mengalah sudah hafal dia kalau belum puas membuat mengenyoti gemas di bagian susunya belum berpindah Oom Rony dari situ Tapi kalau sudah bergeser ke bawah caranya pun serupa juga.Tidak hanya di atas yang di bawah inipun dia sama rakusnya Malah lebih lagi Sebab tidak perduli kemaluan Wasti entah berapa orang yang sudah memakai dia tetap bernafsu sekali menghisap dan menjilat jilat sambil menyosorkan mukanya tersembunyi di selangkangan Wasti. Wasti sendiri memang senang dirangsang begini cuma lagi lagi kalau terasa geli menyengat membuat dia refleks menolaki kepala Oom Rony akibatnya sama gigitan gigitan gemas langsung mendarat di bagian seputar bukit kemaluannya.Malah lebih bertubi tubi karena Oom Rony lebih bernafsu dengan bukit kemaluan Wasti yang baginya begitu menggiurkan sekali karena Wasti sering mencukuri bulu-bulu kemaluannya agar lebih merangsang langganannya.Jadi kalau bisa digabungkan suara suara yang sedang terjadi maka di bangunan sebelah suara riuh pegawai pegawai percetakan yang sedang sibuk bekerja sambil bercanda akan berpadu rengekan manja sang majikan perempuan dalam kamar yang sedang merasa keenakkan bercanda dengan kemaluannya dikerjai mulut Oom Rony. He hehngg aahsss diapain gittu gellii iihhh merengek rengek kegelian dia kalau terasa ujung lidah Oom Rony berputaran menjilati klitoris sesekali menyodok nyodok pendek di pintu lubang kemaluannya atau juga kalau gigitan gigitan kecil Oom Rony di bibir dalam kemaluannya terasa seperti ditarik-tarik ke atas Kepala botak Oom Rony yang menempel di selangkangannya dipermainkan seperti bola kadang didekap diusap-usap kalau merasa keenakkan atau kadang ditolaki kalau geli terlalu menyengat. Tapi Wasti tidak hanya bisa menerima dia juga pintar memberi asyik pada lawan mainnya karena inilah salah satu yang membuat dia juga jadi perempuan kesayangan langganannya itu.Sebentar kemudian bertukar permainan dengan sekarang yang ganti menghisap batang kemaluan Oom Rony Dengan pengalamannya yang banyak Wasti tahu persis bagaimana menyenangkan lelaki lewat permainan mulutnya.Teliti dan cukup lama dia menjilati sepanjang batang menghisap-hisap kepala bulatnya melocoknya sekaligus dan mengenyot ngenyot kantung zakarnya membuat batang kemaluan Oom Rony yang tadi setengah mengeras sekarang bangun mengencang. Merasa sudah cukup barulah keduanya tiba di babak senggama.Kembali Wasti mulai merasakan asyiknya bagian lubang kemaluannya dikerjai kali ini disogok sogok batang kemaluan Oom Rony Ini yang dibilang meskipun tampangnya tidak sreg tapi Oom Rony cukup menyenangkan Wasti Memang tidak besar tapi batang kemaluan lawannya ini cukup bisa bertahan lama kerasnya untuk Wasti terikut sampai di kepuasannya Itu juga sebabnya meskipun di babak awal pembukaan rangsangan Oom Rony kurang disukai Wasti tapi kalau sudah sampai di bagian ini Wasti cukup senang bersetubuh dengan langganannya yang royal memberi uang itu Terbukti mimik mukanya berseri cerah memainkan kocokan lubang kemaluannya mengimbangi tarik tusuk batang kemaluan Oom Rony menggesek ke luar masuk lubangnya. Seirama dengan bunyi mencicit putaran roda mesin cetak yang seolah kurang pelumasan di bangunan sebelah di kamar ini papan tempat tidur pun bergerit oleh gerak putaran kemaluan Wasti mengocok batang kemaluan Oom Rony Keduanya justru kebanyakan dilumas karena semakin lancar saja beradunya kedua kemaluan terasa dengan semakin cepatnya goyangan keduanya tanda sudah akan mencapai akhir permainan. Hshh ayyo Was Bapakk keluarr di ujungnya Oom Rony segera memberi tanda tiba di ejakulasinya. Ayyo Pakk sama sama hhoghh dduhh Wasti cepat menyahut dia pun segera menyusuli dengan orgasmenya. Berpadu kejang tubuh mereka ketika masing-masing mencapai puncak permainan secara bersamaan Oom Rony merasa puas dengan pelayanan Wasti begitu juga Wasti terikut merasa puas dalam permainan seks bersama langganan tetapnya ini. Akan tetapi bukan hanya Oom Rony saja yang bisa bercinta dengan Wasti di rumahnya itu tapi aku sendiri pernah mengambil bagian seperti itu dengannya Sudah dua kali aku bertandang ke rumahnya sekedar untuk ngobrol ngobrol tapi pada kali ketiga aku datang bertepatan Ardi sedang keluar rumah saat itulah kesempatan baik ini ingin dimanfaatkan Wasti Ceritanya waktu aku menumpang buang air kecil Wasti menunjukkan kamar mandi yang berada di kamar tidurnya tapi rupanya dia menunggu dengan tidak sabaran lagi Karena baru saja ke luar kamar mandi aku langsung ditubruk pelukan rindunya. Duh Mas Dony Was kangen banget deh Mas nggak kangen ya sama aku katanya membuka serangan dengan menciumi seputar wajahku Sama aja Was tapi kan nggak enak masa dateng dateng lalu minta gitu sama kamu Lama nggak perginya Mas Ardi Dia lagi ngurus ke kantor pajak pasti lama pulangnya kok. Sebentar pembicaraan terputus sampai disini karena kami memuasi diri dulu dengan saling melepas rindu lewat ciuman bibir yang saling melumat hangat dengan posisi masih berdiri berdekapan di ruang tengah itu.Disitu rupanya kami sudah tidak sabaran menunggu karena sambil mulut tetap sibuk kuikuti dengan tanganku langsung bekerja melepas penutup badannya ini dituruti Wasti bahkan sampai lolos hingga bertelanjang bulat di pelukanku Begitu terpandang tubuh mulusnya darah pun langsung panas menggegelegak Hmmm kuakui lekuk liku tubuhnya yang indah dan tetap tidak berubah sejak dulu nampak begitu menggiurkan dan memompa darah birahiku menaikkan rangsanganku.Masih ingin kunikmati pemandangan indah ini tapi Wasti yang sudah bertelanjang bulat di depanku seperti kuatir aku batal berubah pikiran dia segera menarik aku lagi dalam pelukan untuk melanjutkan berciuman sambil dia juga membalas membantu membukai bajuku Kali ini jelas lebih asyik bergelut lidah bertempelan hangat kedua dada telanjang cepat saja membawa nafsu birahi naik menuntut sehingga tidak bermesra-mesraan lebih lama lagi kami pun bersiap masuk di babak utama. Ayo Mass buka juga ininya berdesis suaranya sambil tangannya ingin melorot celanaku tampak dia seperti ingin terburu buru Kuturuti permintaannya sebentar kemudian kami sudah sama telanjang masih melanjutkan berciuman merangsang nafsu yang tentu saja naik dengan cepat.Sekarang baru nyata kerinduan Wasti karena sambil masih sibuk bergelut lidah bertukar ludah sebelah tangannya yang terjulur ke bawah sudah langsung beraksi meremas remas gemas jendulan batanganku  diserang begini ganti aku juga membalas Kedua tanganku yang semula merangkul pinggangnya kuturunkan meremasi kedua pantatnya dan memainkan jariku menggaruki bibir luar kemaluannya mengukiri celah hangatnya membuat Wasti mulai menggelinjang terangkat angkat pantatnya menempelkan jendulan kemaluannya ke jendulan batanganku.Lama lama tidak tahan Wastipun tidak membuang buang waktu untuk merendahkan tubuhnya dan langsung mencaplok kepala batangku dilocoknya beberapa lama dengan mulutnya sekaligus membasahi dengan ludahnya Setelah terasa basah licin barulah dia menegakkan lagi tubuhnya dan menunggu aku berlanjut untuk berusaha memasukkan di lubang kemaluannya Kuteruskan sesaat ciumanku dengan kembali mengiliki klitorisnya sementara Wasti menyambut dengan juga melocok menarik narik batang kemaluanku.Saling merangsang begini tentu saja membuat tuntutan birahi jadi naik tinggi Merasa cukup kutunda ciuman sebentar untuk membawa dia bersandar ke dinding di belakangnya Wasti menurut hanya memandangi aku agak bingung Nggak di tempat tidur aja Mas tanyanya seperti kurang cocok dengan tempat yang kupilih. Di sini dulu sekali-sekali kita main berdiri kan bisa juga begitu jawabku menentukan keputusanku Meskipun agak kurang sreg tapi dia juga sudah kepingin berat jadinya menurut saja ketika setelah kusandarkan ke dinding kulanjutkan dulu dengan mengecupi mesra seputar wajahnya sambil tetap menghangatkan bara nafsu dengan bermain sebentar mengusapi kemaluannya menggaruki klitorisnya. Dia kuserbu dengan membuat tidak sempat protes lebih jauh karena segera ujung jariku merasakan licin basah liang kemaluannya Batang kemaluan yang sudah dibubuhi ludah kudekatkan masuk terjepit di selangkangannya menempel ketat di lubang kemaluannya. Begitu kena mimik mukanya langsung tegang rahang setengah menganga karena jika dua kemaluan yang sama telanjang sudah ditempel begini hangatnya mau tidak mau menuntut untuk melibat lebih dalam Sinar matanya makin sayu meminta dan ini kupenuhi dengan mulai berusaha memasukkan batang kemaluanku Kedua lutut kutekuk agak merendah dari situ kutekan membor ke depan ujung batangku sampai terasa menyusup masuk di jepitan lubang kemaluan Wasti ini karena dia juga menyambut dengan menjinjit dan membuka lebar lebar pahanya. Ahngg Mass Doonyy keluar erang senangnya sambil menyebut namaku. Seperti biasa dia selalu terlihat repot jika dimasuki batangku tegang serius mukanya sambil sesekali melirik ke arah pintu seperti masih kuatir kalau ada yang masuk mendadak sementara dia sedang sibuk dalam usahanya ini.Begitupun pelan pelan tenggelam juga batangku ditelan lubang kemaluannya masuk dan sebentar kemudian terendam habis seluruh panjangnya Aku berhenti sebentar untuk dia menyesuaikan ukuranku baru setelah itu aku pun mulai menikmati jepitan asyik kemaluannya di batangku Lepas dari sini kami berdua sudah langsung meningkat meresap nikmat senggama tanpa perduli suasana sekitar lagi.Aku mengawali dengan memainkan batangku menusuk tarik ke luar masuk sebentar kemudian diimbangi Wasti dengan memainkan pinggul mengocokkan lubang kemaluannya Masing-masing sama berkonsentrasi pada rasa permainan cinta dengan di atas kembali saling melumat bergelut lidah kali ini untuk melengkapi gelut dua kemaluan yang mengasyikan dalam posisi senggama berdiri ini Sambil begitu kedua tanganku pun meremasi sekaligus kedua susunya menambah enaknya permainan. Wasti baru sekali kuajak main gaya begini tapi sudah langsung tenggelam dalam kelebihan rasanya Terbukti baru disogok sogok beberapa saat saja dia sudah tegang serius mukanya tapi sebelum sampai ke puncaknya segera kuangkat dia berpindah posisi ke tempat yang lebih santai buat dia dan baru sekarang kubaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Wiihhss Mas Donny kangen aku kontolmu Mass ssshh mantepp rasanya komentar pertama dengan nada suara bergetar terdengar senang seperti anak kecil baru diberi mainan Saking rindu dan senangnya sampai mengalir keluar air mata bahagianya. Tidak kusahut kata katanya tapi dengan gemas gemas sayang aku menindih untuk mengecup menggigit bibirnya dan dari situ kusambung dengan mulai memainkan batangku keluar masuk memompa di jepitan lubang kemaluannya Inipun masih pelan saja tapi reaksinya sudah terasa banyak buat kami.Pinggulnya dimainkan membuat lubang kemaluannya berputaran memijati batanganku, hanya tempo singkat kami sudah meningkat dalam serius tegang dilanda nikmatnya gelut kedua kemaluan Air muka kami sama tegang dan sinar mata sama sayu masing masing hanyut meresapi jumpa mesra yang baru ini lagi kami lakukan setelah lewat cukup lama perpisahan keintiman kami.Menatap wajah si manis sedang hanyut begini tentu saja menambah rangsangan tersendiri yang membuatku makin meningkatkan tempo sambil tetap meresapi asyik yang sama pada gelut dua kemaluan kami. Enak nggak Was rasanya punya Mas bisikku menguji di tengah kesibukanku sekedar ingin tahu komentarnya Hsh iya ennak sekalli Mass kontol Mas Donny palingg ennak dari semuanya hhssh wihh kerras sekalli ennaakk adduuuh Maas iya ditekenn gittu dalem bbanget hhshh Mass Donyy ennaak sekalii Maaas. Wasti kuhapal memang tipe spontan terbuka dipancing sedikit saja langsung keluar suaranya mengutarakan apa yang sedang dirasakannya.Jelas menyenangkan mendapat partner bercinta seperti ini segera kutenggelamkan juga perasaanku menyatu dalam asyik senggama sepenuh perasaan dengannya Makin lama gelut kami makin berlomba hangat tanda bahwa masing masing mulai menuju ke puncak permainan sampai tiba di batas akhir kuiringi saat orgasme kami dengan menempel ketat bibirnya saling menyumbat dengan lumatan hangat. Hhrrh hghh nghhorrh ssshghh hoorrhgh hhhhng hngnhfffgh ngmmgh suara tenggorokan kami saling menggeros bertimpal seru mengiringi saat ternikmat dalam senggama ini. Mengejut-ngejut batang kemaluanku menyemburkan cairan maniku yang juga terasa seperti diperas peras oleh pijatan dinding kemaluannya Sampai terbalik kedua bola mata kami saking enak dirasa tapi begitupun sumbatan mulutku belum kulepas menunggu sentakan-sentakan ekstasinya melemah Baru ketika helaan nafas leganya ditarik tanda kenikmatan berlalu aku pun melepas tempelan bibirku menyambung dengan kecupan kecupan lembut seputar wajahnya. Hhahhmmhh Mas Ddony assyiknyaaa keturutan kangenku sama Mas kembali terdengar komentarnya dengan masih saling berpelukan mesra Mas sendiri juga kangen sekali sama kamu Was kataku jujur membalas perasaan hatinya. Bener tanyanya menguji dengan nada manja Tapi tetap menjepitkan otot-otot lubang kemaluannya di batanganku menunggu sampai terlihat aku mulai mengendor menghela nafas legaku di situ baru dia berhenti dan membiarkan aku melepaskan batanganku dari lubang kemaluannya Aku lega dan puas tapi air mukanya juga tampak berseri tanda senang telah berhasil memuaskan kerinduannya denganku. Sejak dari hari itu berlanjut lagi hubungan lamaku dengan Wasti di setiap kedatanganku ke rumahnya tapi dengan alasan yang sama seperti Oom Rony yaitu pura pura minta dipijat oleh  Hari itu aku datang ke rumahnya bertemu dengan Ardi yang sedang sibuk mencetak di bangunan sebelah dia mempersilakan aku menemui Wasti di rumah induk.Aku pun mengiyakan dan waktu masuk ke rumah kudapati Wasti di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas bekas makan siang mereka Wasti menoleh dan tersenyum manis menyambut kehadiranku serta meminta aku menunggu dulu di ruang tamu.Timbul niat isengku menggoda kurapati dia yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring langsung memeluk dari belakang mencumbui dia Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya.Karuan Wasti menggeliat geliat dengan muka malu malu geli ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini. Mas Dony ini nggodain aku aja paling paling Mas juga udah ngiseng sama yang lain sekarang kayak sudah kepengen lagi Lha memang kepengen kok sama kamu kan belum jawabku sambil mengangkat rok belakangnya langsung melorotkan celana dalamnya Tentu saja Wasti jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul betul serius meminta. Heh Mas Dony Ngawur ah ini kan masih di dapur nanti aja di kamar Mas kalau di sini nanti ada yang liat gimana Wasti masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batanganku di selangkangannya. Kasih sebentar aja kan bisa Was dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada yang datang kataku meminta sambil menenangkan dirinya. Kebetulan di dekat meja cucian piring itu ada jendela kaca dimana kami bisa melihat keadaan bangunan percetakan di sebelah. Ahhs Maaass Wasti kontan menjengkit ketika terasa batang telanjangku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya Wasti jadi tidak tega juga langsung melunak suaranya berbisik Wih wih Masss kok cepet banget sih keras bangunnya. Makanya itu Mas Dony masukin ya. Iya tapi aku belum basah Mas. Nanti Mas basahin sebentar. Tapi jangan lama lama ya nanti keburu ada yang dateng malah tambah penasaran. Tanpa membuang-buang waktu aku berjongkok di belakang Wasti dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya.Sambil begitu Wasti sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke luar jendela kaca itu.Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik Cepat cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sesewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku. Betul juga tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya Segera kubawa batanganku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyusupkan masuk dari arah belakang langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku sebagai cara untuk mengerem kalau sodokanku dirasa terlalu kuat.Tapi rupanya tidak Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu Selalu hati hati sewaktu membor batangku masuk meskipun seperti biasa Wasti selalu menunggu dengan muka tegang Dia baru melega kalau batangku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya. Keras sekali rasanya Mas komentar pertamanya sambil menoleh tersenyum kepadaku di belakangnya Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman. Kalau ketemu lubangmu memang jadi cepet kerasnya jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan dengan aku menarik tusuk batang kemaluan sedang Wasti memutar mutar pantatnya mengocoki batanganku di liang kemaluannya.Inipun niat semula masih sekedar memberi bagiku saja tapi tidak bisa dicegah dia pun dilanda nikmat senggama yang sama yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku. Dari semula gerak senggama kedua kami masih berputaran pelan semakin lama semakin meningkat hangat karena masing masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek sudah bersiap siap akan melepaskannya sesaat lagi Wasti tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya.Di situ tubuhnya meliuk liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak tolak oleh sogokan sogokan batanganku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging Masing masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya hanya tinggal menunggu kata sepakat saja Aahs yyohh Wass Mass sudah mau samppe. Iya Mass sama samaa sshhhah-hhgh dduhh oohgsshh hrrh hheehh Wass ayyoo dduuh Maass aaddusssh hrhh. Pembukaan orgasme ini masing-masing saling mengajak dan berikutnya saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan Jika dihitung secara waktu maka permainan kali ini relatif cepat namun bisa juga membawa Wasti pada kepuasannya Memang hampir saja terlambat karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah. terdengar langkah kaki seseorang akan masuk ke rumah induk.Ternyata memang Ardi yang datang Wasti sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya buru buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu. Itulah sepengkal kisahku yang sampai kini masih terbayang dalam benak serta khayalku terima kasih semuanya yang sudah membaca kisahku tentang

Semprotan .....k

Semprotan .....k

Suatu ketika waktu aku dan istriku pindah ke sebuah rumah kontrak atau bisa juga disebut dengan rumah kos di sebuah kota besar, sebut saja kota X, dimana aku harus pindah ke kota itu karena tempat kerjaku menugaskan aku untuk menjadi kepala cabang di kantor yang baru. Kost yang kami tempati ini memang khusus untuk karyawan dan juga keluarga oleh sebab itu kost ini sangat lengkap mulai dari dapur hingga kamar mandi dalam semua ada. Sudah sebulan kami tinggal disini, aku dan istriku sudah mulai terbiasa bergaul dengan para tetangga kost kami.
cewek seksi
“Pagi mas Ridwan. Berangkat kerja?” sapa seorang perempuan. Dia adalah istri tetangga kost kami yang bernama Susno, perempuan ini sendiri bernama SaFarah. “Iya nih mbak. Mau bareng?” tanyaku kepada SaFarah atau mbak Farah begitu kami biasa menyapanya. Memang lokasi kerjanya berdekatan dengan kantorku. Mbak Farah lalu mengangguk tanda setuju, “Boleh mas. Tapi nggak apa-apa nih nebeng di mobilnya mas Ridwan? Ntar mbak Nia marah lagi.” Kata mbak Farah kepadaku. Aku hanya tertawa karena saat itu Nia, istriku juga berada disampingku. Nia ikut tertawa mendengar candaan mbak Farah.
Aku dan Nia memang pasangan baru. Kami baru menikah 1 tahun lalu dan belum dikaruniai seorang anak. Istriku Nia berusia 27 tahun, 2 tahun lebih muda dariku. Sementara itu pasangan Susno dan SaFarah berusia sekitar 32 tahun dan 29 tahun. Jadi bisa dibilang mbak Farah itu seumuran denganku. Suaminya, Susno memang tidak bekerja karena sudah satu tahun ini dia di PHK, makluk sedang krisis ekonomi jadi banyak PHK dimana-mana. Dulunya dia bekerja di perusahaan plastik sementara istrinya bekerja sebagai pegawai perusahaan keuangan yang cukup terkenal di Indonesia walaupun dia hanya sebagai bawahan. Sesampainya di kantor aku berpisah dengan mbak Farah yang memang berjalan kaki dari kantorku menuju kantor tempat dia bekerja.
Cerita Dewasa - Beberapa karyawan melirik kearah kami dan aku yakin mereka bertanya-tanya siapa sebenarnya perempuan yang dibawa atasannya itu. Aku sih tidak ambil pusing karena memang pada dasarnya SaFarah memang cukup cantik walaupun tidak secantik istriku. Namun body nya memang lebih yahud dan berisi.
Terutama buah dadanya yang sedari tadi kuperhatikan sekitar F-Cup jauh lebih besar dibandingkan istriku yang cuman C-Cup. Ah ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku malah kepikiran mengenai tubuh istri orang. Akhirnya aku masuk juga ke gedung kantorku sambil berusaha melepaskan pikiran mesum itu dari otakku. Hari demi hari berlalu dan aku sering sekali berangkat bareng dengan mbak Farah, memang sih baik istriku maupun suami mbak Farah tidak pernah cemburu atau keberatan. “Kasihan mbak Farah mas kalau sendirian jalan.” Kata istriku saat aku bilang apa dia keberatan kalau aku berangkat bareng dengan mbak Farah. Memang sih dari tempat kost kami untuk mencapai daerah tempat kerjaku harus jalan sekitar 100 meter menuju jalan besar yang kemudian harus naik angkot sebanyak dua kali agar bisa sampai ke daerah tujuan kami. Aku bisa membayangkan kalau Mbak Farah berangkat kerja sebelum ada aku dulu seperti apa susahnya. Pagi hari itu aku seperti biasa bersiap untuk ke kantor dan istriku membawakan aku bekal makan siang.
Nia memang juru masak yang handal. Selama ini aku tidak menolak tiap kali dia membawakan bekal karena memang masakannya luar biasa enak, maklum setahun kursus masak waktu kuliah dulu. “Mas, maaf udah nungguin lama yah? Habisnya mas Susno tadi rewel terus minta dilayanin sih. Maaf ya kalo kelamaan nunggunya.” Kata mbak Farah ramah. Aku kaget juga melihat penampilan mbak Farah kali ini. Memang dia mengenakan pakaian kerja tetapi rok nya kulihat lebih pendek dari biasanya begitu juga dengan kerah bajunya seperti lebih lebar dan terkesan lebih turun. Mbak Farah lalu mengenakan sepatunya dengan posisi setengah menungging. Aku yang saat itu sedang berdiri didepannya, kontan saja melihat pemandangan aduhai dari depan. Sepasang payudara mbak Farah seperti menggelantung seolah ingin melepaskan dirinya dari bra warna ungu yang membungkusnya. Besar dan bentuknya indah sekali, batinku dalam hati. Mas Susno benar-benar beruntung memiliki istri seperti mbak SaFarah.
Sudah cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat saat bermain diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalan muncul dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri orang lain sementara aku sendiri sudah beristri dan istrikupun juga selalu setia terhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setidaknya seminggu belakangan ini istriku terasa lebih hangat dari sebelumnya. Kami menjadi seperti pasangan suami istri baru lagi. Tadi malam saja dia minta untuk bercinta sampai dua kali padahal sebelumnya paling tiga atau empat hari sekali. Entah apa yang mempengaruhi hasrat seksualnya sekarang ini. “Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat jalan ini nggak macet tuh jam segini.” Celetukku pelan. Mbak Farah tersenyum terus meneruskan membaca buku laporan keuangan yang dia pegang. Sesekali aku melirik kearah pahanya yang tersingkap karena mobilku ini memang tempat duduknya cukup rendah jadi aku bisa melihat paha mulus mbak Farah dengan jelas.
“Eh mas. Sepertinya ada demo deh disana? Waduh bakalan telat kalo gini.” Mbak Farah kelihatan mulai khawatir. Memang benar ada demo di persimpangan jalan didepan kami. Entah apa topik demonya karena aku juga tidak begitu peduli lagi, yang kupedulikan hanyalah pekerjaanku di kantor dan kesempatan lirik-lirik paha mbak Farah. Lumayan buat selingan, batinku. Habis sudah rasa penyesalanku tadi. Untungnya kami sampai kantor tepat pada waktunya. Kali ini sampai di kantor ada kejutan yaitu temanku waktu kuliah dulu yang sekarang bekerja sebagai manager sebuah perusahaan kimia swasta berkunjung. “Wah, Rid, sekarang kamu udah sukses ya. Sudah jadi pimpinan cabang sekarang. Hahaha…” seloroh sobatku yang satu ini. Aku hanya membalasnya ringan, aku memang bukan tipe orang yang suka memamerkan prestasi sih. “Eh, cewek yang tadi bareng sama kamu itu siapa sih? Kece juga tuh cewek. Bodynya keren dan wajahnya juga mantap punya tuh. Siapa sih? Kenalin donk!” goda Iwan temanku ini.
Aku hanya tersenyum simpul saja tapi dia malah semakin penasaran dan membombardirku dengan berbagai pertanyaan susulan. “OK, OK, gua jawab. Dia tuh tetangga kost gua. Dia tinggal di kamar sebelah kamar kost gua. Lagian dia kerja didekat sini maka dari itu gua anterin dia kesini barengan ma gua. And sekedar informasi, dia udah punya suami bro.” kataku menjelaskan daripada nanti di berondong pertanyaan lagi. “Heh? Emangnya istrimu nggak cemburu tuh? Kalian khan pasangan muda, biasanya istri suka cemburu kalau suaminya bareng cewek lain yang cantik. Khan bawaan dari masa pacaran masih ada hahaha…” Iwan kembali menggodaku sambil melihat-lihat foto-foto di dinding ruang kantorku. Aku hanya menghela nafas saja, “Istriku nggak seperti itu lagi. Dia orangnya kagak pencemburu. Dia juga yang nyuruh gua buat nganterin mbak Farah dari pada ntar dia jalan sendiri khan kasihan.” Kataku padanya. Iwan tertawa lagi, “Wah boleh juga tuh. Kalo ntar aku punya istri aku pengin kaya istrimu tuh, orangnya nggak cemburuan.
Nggak kaya pacarku sekarang ini, cemburuannya minta ampun. Tiap jam telepon terus kalau nggak ya sms. Dikira aku pembantunya apa yah…” selorohnya sambil tertawa. Memang sih pacar Iwan pencemburu berat padahal sudah pacaran selama 3 tahun lebih. “Tapi Rid…” Iwan menimpali lagi, “Memangnya kamu nggak ada rasa tertarik sama mbak Farah itu? Dia cantik lho dan seksi lagi. Bayangin aja kalau kamu di ranjang dilayanin dia sama istrimu…pasti seru tuh…hahahaha….threesome gitu.” Katanya lagi. Aku memang tidak kaget dengar ucapan itu dari Iwan karena sejak waktu kuliah dulu memang mulutnya sering mengeluarkan ucapan-ucapan seronok apa adanya. Dia paling gemar berbicara soal seks walaupun tidak pernah berhubungan seks dengan perempuan manapun selama ini. “Halah…lo ini ngomong apaan sih. Mana mau istri gua diajakin threesome. Dia orangnya konvensional kok.” Kataku pada Iwan. Memang selama ini istriku selalu konvensional dalam bermain cinta. Selama satu tahun ini kami hanya bermain cinta menggunakan gaya-gaya yang itu-itu saja.
Kecuali dua hari terakhir ini dimana kami berdua menggunakan gaya baru sama sekali dalam bercinta dan memang efeknya dahsyat. Aku sendiri tidak tahu dari mana dia mendapatkan gaya tersebut. Sesiang ini aku memikirkan ucapan sahabatku itu. Threesome, sepertinya menarik tapi mana mau istriku melakukannya. Lagipula mana mau mbak Farah melakukannya karena didekat kami juga terdapat suaminya. Tentu saja resiko sangat tinggi jika suaminya sampai tahu mengenai hal ini. Sore harinya aku mendapat kejutan keduaku. Mbak Farah datang berkunjung ke kantorku. Memang kala itu kantorku sudah tutup dan tinggal aku bersama dengan dua orang satpam diluar dan dua orang petugas cleaning service. “Lho, mbak Farah belum pulang? Ini khan sudah jam 5 sore. Bukannya mbak Farah selesai kerja jam 4 tadi?” kataku sambil mempersilakan perempuan cantik ini masuk kantor kerjaku. Mbak Farah tersenyum manis, “Iya nih mas. Tadi saya telat pulang karena pembukuan akhir bulan masih menumpuk lalu saya kerjain aja sekalian biar besok lebih senggang waktunya. Kirain mas Ridwan belum selesai kerjanya ternyata sudah ya…”
“Akh, ini mbak, biasa tender dengan klien sudah selesai dan rapatnya diundur tiga hari lagi karena klien yang satunya berhalangan hadir. Sebenarnya sih jadwalnya pulang jam 6 nanti tapi kalau sudah tidak ada yang dikerjakan ya mau apalagi.” Kataku menjelaskan. Memang para karyawan sudah pulang sejak jam 4 tadi sementara aku tetap disini karena menghindari macet dan biasa mulai pulang jam 7 atau setengah 7 untuk menghindari kemacetan. “Ohh gitu. Kirain sedang ada apa. Wah berarti saya mujur dong karena nggak ketinggalan hehehe…” kata mbak Farah bercanda. Dalam hatiku sih aku senang-senang saja malam ini dia pulang bareng denganku karena malam ini dia pakai pakaian yang sangat seksi. Kenapa harus dilewatkan, iya khan? Kami lalu ngobrol berdua di ruangan kantorku sambil minum sereal hangat yang kubuat. Sesekali mbak Farah mengalihkan silangan kakinya dari kiri ke kanan saat itulah aku bisa melihat jelas celana dalam mbak Farah karena kami duduk berhadap-hadapan.
Pahanya yang mulus putih itu semakin lama membuatku semakin tak kuasa menahan rasa ingin memeluknya dan mencumbu perempuan cantik ini dan mengabaikan kalau dia ini istri orang lain. Jam sudah menunjukkan pukul 6 malam. Masih tersisa waktu setengah jam lagi untuk kami berduaan. Serasa hatiku ini tidak rela untuk pulang dan ingin berlama-lama dengan wanita didepanku ini. Aku tahu ini salah tetapi hasrat sebagai seorang lelaki membuatku tak dapat berpikir jernih. “Mas, gimana kalau sambil menunggu jam tujuh kita makan dulu. Didepan kantor ada warung makan yang enak.” Usul mbak Farah kepadaku. Aku sih setuju-setuju saja. Lagipula perutku juga sudah mulai lapar. Padahal biasanya aku betah-betahin untuk menahan lapar sehingga sampai dirumah nanti bisa makan masakan istriku. Tetapi kali ini berbeda. Jadi juga akhirnya kami berdua makan di warung makan itu. Walaupun tidak begitu besar tetapi bersih dan masakannya juga enak walaupun tidak seenak masakan istriku tentunya. “Sudah jam 7 kurang 15 menit.
Kita masuk mobil saja dulu sepertinya jalanan sudah mulai longgar tuh.” Kataku pada Mbak Farah. Perempuan ini mengangguk setuju dan akhirnya kami masuk ke mobil sedanku. Sebuah peristiwa tak terduga terjadi secara tak sengaja. Mbak Farah tersandung saat akan masuk kedalam mobil. Tubuhnya terhempas kedepan dan menindih aku yang sudah duduk di kursi. Untung saja kepalanya tidak terantuk setir mobilku. Namun yang membuatku gugup adalah kepalanya pas sekali ambruk di atas selangkanganku. Tanganku juga tak sengaja tertindih payudaranya yang besar itu. Entah apa yang merasukiku, tanganku tanpa dapat kukendalikan lagi meremas payudara perempuan ini. Mbak Farah melenguh pelan lalu bangkit dari terpuruknya. Wajahnya memerah sepertinya menahan malu. Aku sendiri juga malu setelah sadar kalau batang kemaluanku ternyata sudah tegang saat wajah mbak Farah tanpa sengaja menyentuh selangkanganku ini. Kami berdua terdiam cukup lama di dalam mobil ini. Aku mencoba membuka percakapan dan saat itulah kami bertatapan muka. Pandangan kami beradu cukup lama.
Cerita Dewasa - Entah apa yang mempengaruhiku, aku mulai berani mendekatkan wajahku kepadanya. Sesaat kemudian bibir kami saling bersentuhan. Setan apa yang mendorongku aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas selang beberapa detik saja kami sudah saling melumat bibir satu sama lain. Mobil itu menjadi saksi betapa panasnya ciuman kami berdua, diluar dugaan Mbak Farah sangat mahir dalam berciuman. Dia juga tidak sungkan ketika aku menggunakan lidahku dalam berciuman. Tidak cukup hanya itu, tanganku sudah mulai meraba payudara Mbak Farah lagi yang saat itu masih berbalutkan pakaian kerja. Aku copot jas kerjanya lalu satu demi satu kancing kemeja Mbak Farah aku lepaskan hingga sekarang tinggal bra warna krem-lah yang menjadi penghalang mataku dengan payudara indah wanita cantik ini. Remasan-remasan tanganku sepertinya sudah berhasil membangkitkan gairah terpendam milik Mbak Farah. Dia semakin liar saja. Bahkan tangannya sudah berani mengusup kedalam celana panjangku dan hanya butuh waktu beberapa detik saja sebelum akhirnya dia berhasil menemukan batang penisku yang memang bukan hanya sudah tegang tetapi sudah basah.
Mbak Farah tersenyum begitu tahu kalau aku juga terangsang berat. Lalu dia merebahkan kursinya dan mencopot bra yang dia pakai sehingga aku bisa dengan leluasa menikmati pemandangan indah tersebut. Buah dada Mbak Farah memang benar-benar besar. Sesuai dengan dugaanku yaitu F-Cup. Aku tak sabar ingin meremas dan menciumi payudara indah tersebut beserta puting susunya yang sudah tegang menantang itu. Sesekali tubuh Mbak Farah membusung tiap kali aku menghisap puting susunya yang mancung itu. Tanganku meraba vagina wanita cantik ini dan ternyata celana dalamnya sudah basah sekali. Tanpa pikir panjang segera ku singkap rok mininya itu sehingga tersingkap keatas lalu kutarik celana dalamnya hingga lepas. Sekarang bukan cuma payudara Mbak Farah yang terlihat jelas tetapi juga vaginanya dapat jelas kulihat. Perempuan ini masih sedikit malu-malu ketika aku berhasil melucuti celana dalamnya. Sebelah tangannya berusaha untuk menutupi vaginanya yang tercukup rapi itu. Namun aku tak ambil pusing, jemariku segera bekerja disana.
Jari telunjuk dan jari kelingkingku membuka bibir vagina Mbak Farah yang sudah basah itu sementara jaru tengan dan jari manisku kuarahkan kedalam vaginanya. Dengan gerakan menusuk-nusuk membuat mbak Farah semakin kalang kabut dibuatnya. Desahan demi desahan tak terhindarkan lagi keluar dari mulutnya. “Akhh..Mas..jangan disitu…akhhh…” desahnya lagi saat jemariku berkarya di liang kewanitaannya. Cairan pelumas segera kembali meluber membasahi bibir vagina wanita cantik ini. Memang soal permainan jari aku sudah ahli. Istriku saja sampai kubuat orgasme dengan jari saja. Klitorisnya mulai menegang dan tanda dia akan orgasme semakin dekat saja. Beberapa menit kemudian berkat permainan jemariku di vaginanya ditambah dengan cumbuan tangan dan bibir beserta lidahku di sepasang payudaranya, Mbak Farah mencapai klimaksnya. Dia mendesah cukup keras sambil menahan jeritan nikmat. Bibir bawahnya dia gigit sendiri menahan sensasi kenikmatan yang meluap dari dalam dirinya. Tubuhnya mengejang sesaat lalu setengah menit kemudian dia lemas.
Peluh membasahi tubuh seksi dan montok wanita ini. Mbak Farah akhirnya mencapai klimaksnya hanya dengan petting saja. Aku tersenyum melihatnya terduduk lemas di bangku mobilku yang sudah disandarkan. “Mbak Farah benar-benar hebat. Mas Susno beruntung punya istri secantik dan seseksi mbak Farah.” Pujiku. “Aku sebenarnya sudah lama suka dengan mbak Farah hanya saja selalu kutahan, sekarang aku sudah puas bisa bermesraan dengan wanita secantik mbak ini.” Pujiku lagi. Wajah mbak Farah memerah entah karena pergumulan tadi atau karena menahan malu karena sudah menyerahnya separuh dirinya padaku padahal dia punya seorang suami yang menunggunya dirumah. “Mas Ridwan ini memujinya kok tinggi banget sih? Ntar aku jadi ke ge-er-an lho. Lagian mas Ridwan khan juga punya istri cantik. Pasti mbak Nia juga setiap malam merasakan keahlian tangan mas Ridwan ini, beruntungnya mbak Nia ya…” ujar Mbak Farah. Aku tersanjung dibuatnya karena dia mengakui kehebatan jemariku ini. Belum sempat aku bicara tiba-tiba tangan Mbak Farah menyentuh penisku lalu dengan cekatan dia mengocoknya perlahan.
Batang kejantananku yang sebelumnya sudah setengah tiang sekarang kembali perkasa hanya dengan sedikit sentuhan dan rangsangan dari Mbak Farah. Lalu tanpa kuduga Mbak Farah mengarahkan bibirnya ke ujung penisku dan menciumnya perlahan lalu lidahnya bermain di ujung penisku itu dan pada akhirnya seluruh batang kemaluanku itu dilumatnya masuk kedalam mulut wanita cantik ini. Rasanya bagaikan di awang-awang. Disertai dengan rangsangan tangannya pada buah zakarku, mulut Mbak Farah maju mundur seolah mengocok penisku sembari dari dalam, lidahnya tak henti-hentinya melumat batang kemaluanku ini. “Mbak Farah…akhhh…” desahku menahan rasa nikmat. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya aku merasa akan mencapai klimaks. Lalu Mbak Farah mencabut penisku dari mulutnya begitu dia tahu kalau aku sudah nyari ejakulasi. Aku lalu mengarahkan penisku ke belahan payudaranya.
Mbak Farah lalu menggunakan himpitan sepasang payudaranya untuk mengocok batang penisku ini. “Keluarin aja semua mas. Aku pengen mas Ridwan juga merasakan nikmat seperti yang aku rasakan tadi.” Kata Mbak Farah sambil sesekali menjilati ujung kemaluanku.
“Akhh..mbak…aku keluar…akhhh…” racauku sambil kedua tanganku menekan pundak Mbak Farah. Batang kemaluanku berdenyut sangat cepat lalu cairan putih kental menyembur membasahi sepasang buah dada wanita cantik ini bahkan beberapa sempat menyemprot kearah wajah Mbak Farah. “Maaf mbak. Tadi nggak sempet aku kontrol. Wajah mbak jadi kotor deh.” Kataku meminta maaf. Mbak Farah hanya tersenyum sambil membersihkan wajahnya dengan tissue sementara aku membantu membersihkan payudaranya dengan tissue juga. “Nggak apa-apa kok. Kalau mas Susno sering nakal sih menyemprotkan didalam mulut tanpa bilang-bilang padahal saya nggak suka dengan rasanya, jadi pengen muntah mas.” Sahutnya pelan. “Mungkin karena belum biasa aja kali mbak.” Kataku. Padahal istriku sendiri juga tidak pernah mau menelan spermaku. Dia selalu marah-marah ketika aku tanpa sengaja atau sengaja menyemprotkan cairan maniku kedalam mulutnya ketika melakukan oral seks. Akibatnya dia sering kali menolak melakukan oral seks tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.
Kami lalu merapikan diri dan bergegas pulang. Sepanjang perjalanan aku tak henti-hentinya meraba-raba payudara Mbak Farah yang sudah terbungkus oleh bra itu. Wanita cantik itu hanya tersenyum melihat ulahku. Dia sempat membalas dengan meraba dan mengocok kembali penisku namun karena aku nyaris kehilangan kendali atas setir mobilku maka niatan itu dia hentikan. Sesampainya dirumah, Mbak Farah langsung masuk kamarnya sementara aku sudah ditunggu istriku. “Mas, kok baru pulang? Macet ya?” tanya istriku, aku hanya mengiyakan saja. Seandainya dia tahu kalau aku habis petting habis-habisan dengan Mbak Farah entah apa yang akan dia lakukan. Malam itu istriku tumben tidak meminta jatah malamnya. Tapi bagiku tidak masalah karena aku sudah mendapatkan dari Mbak Farah walaupun hanya sebatas blow job saja. Dua hari kemudian, tepat akhir pekan, pekerjaanku sepertinya sudah selesai semua dan aku mempunyai waktu luang cukup banyak. Semua laporan dan pembukuan sudah ditangani dan sejak jam 12 siang aku sudah bebas dari pekerjaan.
Sebenarnya aku bisa saja pulang namun aku iseng ingin kembali mengulang kebersamaanku dengan mbak Farah tempo hari. Iseng-iseng aku telepon Mbak Farah lewat telepon kantorku dan dia menyahutnya. Ternyata Mbak Farah juga sedang senggang. Lalu kami makan siang berdua. “Wah kebetulan mas, saya juga sedang nggak ada kerjaan. Maklum selama dua hari terakhir ini selalu lembur jadi semua laporan sudah selesai. Mas sendiri habis ini mau kemana?” tanya Mbak Farah diselang makan siang kami. “Hmmm, nggak tahu yah. Tapi kalau Mbak Farah memang udah nggak ada kerjaan gimana kalau kita keluar aja. Kebetulan tadi ada selebaran promo mengenai tempat karaoke yang baru. Tempatnya nggak begitu jauh dari sini dan katanya sih lumayan eksklusif gitu.” Ajakku. Dalam hati aku berharap agar dia setuju. Mbak Farah menghabiskan minumannya lalu beranjak berdiri. “Boleh juga tuh mas. Ayo! Lagi pula dari pada bengong di kantor.” Dia setuju dan dengan hati gembira penuh pengharapan aku melajukan mobilku kearah tempat tujuan kami. Ternyata tempat karaoke itu benar-benar eksklusif, jadi wajar saja kalau promonya juga besar-besaran di perkantoran.
Aku lalu memesan kamar untuk kami berdua selama dua jam. Pelayan disana lalu menyajikan menu minuman dan makanan ringan untuk teman karaoke kami. Setelah selesai administrasinya kami langsung menuju ke kamar yang di maksud. “Wah, gede juga yah. Ini sih bisa untuk delapan sampai sepuluh orang mas.” Kata Mbak Farah kepadaku. Memang sih kamarnya cukup besar dengan televisi LCD ukran 30 Inchi dan sound lengkap. Sofanya yang besar juga empuk bahkan pas buat tidur sekalipun….tidur? Ya, pikiran itu terbersit di otakku baru saja. Selama lima belas menit pertama kami hanya berkaraoke berdua sambil sesekali menenggak minuman dalam botol. Aku tahu minuman itu mengandung alcohol sekitar 5% namun Mbak Farah sepertinya tidak sadar dan menganggap kalau muniman itu hanyalah soft drink biasa. Setelah hampir dua botol minuman itu habis kami tenggak, aku mulai melihat Mbak Farah sudah mulai tipsy walaupun belum sepenuhnya mabuk. Bicaranya mulai sedikit ngelantur. Aku mempergunakannya untuk mendekatinya.
Sengaja aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya dan sesuai dugaanku tak butuh waktu lama untuk akhirnya kami berdua berciuman dengan mesra atau lebih tepatnya dengan panas. Nafsu sudah sampai diujung kepala dan tak tertahankan lagi. Baik aku maupun Mbak Farah masing-masing saling melucuti baju pasangannya. Sejak awal memang aku sudah mengunci pintu kamar ini sehingga aku sudah bebas kekhawatiran jika ada orang masuk. Sekarang dihadapanku adalah Mbak Farah yang sudah bugil total. Dia tidak mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya begitu juga denganku. Kami lalu berpagutan mulut kembali. Lidah kami berdua saling melilit dan menjilat satu sama lain sementara kedua tangan kami bergerilya ke area rawan pasangan masing-masing. Tangan Mbak Farah mulai mengocok penisku sementara tangan yang satunya mengelus dadaku yang bidang ini. Sementara itu dia membiarkan kedua payudaranya aku mainkan malah dengan tangannya dia mengarahkan sebelah tanganku yang satu lagi untuk menstimulsi vaginanya yang sangat basah itu. Kembali Mbak Farah merasakan kenikmatan permainan tanganku yang memang pernah membuatnya orgasme dua hari lalu. Sekarang tidak ada lagi bunyi orang bernyanyi yang ada hanya bunyi desahan kami berdua yang sedang berpacu dengan kenikmatan.
Aku lalu merebahkan tubuh Mbak Farah ke sofa yang lebar itu lalu mengangkat kedua tungkai kakinya dan menyandarkan kedua tungkai kakinya tersebut ke pundakku. Perlahan aku mengarahkan penisku kearah vagina Mbak Farah namun Mbak Farah sepertinya sadar hal tersebut dan dengan kedua tangannya berusaha untuk menutupi vaginanya agar aku tidak bisa penetrasi. “Mas Ridwan, jangan! Aku masih belum siap. Aku nggak mau mengkhianati mas Susno lebih dari ini.” Ujar Mbak Farah sambil berusaha mencegahku. Namun nafsuku sudah sampai di ubun-ubun membuatku tidak peduli lagi. Aku lalu menindih tubuhnya sambil kedua tanganku menarik tangannya keatas kepala Mbak Farah dan mencekalnya supaya tidak berontak lagi sambil bibirku terus menjelajah bibir, leher dan payudara wanita cantik ini. Akhirnya Mbak Farah kehabisan tenaga untuk melawan, mungkin juga karena dia sudah tipsy sebelumnya. Wanita cantik itu hanya menyerah begitu saja ketika ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya yang merah merekah itu. Dengan sedikit dorongan akhirnya kepala penisku masuk juga kedalam liang senggamanya diiringi dengan desahan yang keluar dari mulut perempuan seksi ini. “Mas Ridwan…akhhh…” desahnya sambil memalingkan mukanya kesamping mungkin Mbak Farah malu karena penisku sekarang sudah menjebol batas kesetiaannya kepada suaminya. Sekarang penis pria yang bersarang di vaginanya bukanlah milik suaminya melainkan milik orang lain.
“Mbak Farah, ternyata vagina mbak Farah masih sempit ya. Mas Susno pasti senang tiap hari dapat jatah dari Mbak Farah.” Ujarku dan Mbak Farah semakin malu dibuatnya. Wajahnya memerah dan tak ada satu patah katapun terucap dari bibir manisnya itu. “Akhhh…pelan mas…” ujar Mbak Farah ketika aku mulai kembali mendorong masuk batang penisku yang tersisa. Apa mungkin penisku ini lebih besar dari milik Mas Susno atau memang vagina Mbak Farah yang memang sempit. Perlahan tapi pasti akhirnya aku berhasil melesakkan seluruh bagian penisku kedalam vagina Mbak Farah. Pelan-pelan aku mulai menyodok-nyodok penisku yang bersarang di liang kewanitaan perempuan cantik ini. Sekarang Mbak Farah seolah tergolek tak berdaya di depanku. Aku menindihnya dengan nafsu yang terus bertambah. Pompaanku yang semula pelan sekarang sudah mulai cepat. Entah berapa kali pompaanku berhasil membuat ujung penisku menyodok dinding rahim Mbak Farah. “Akhh..mas..pelan-pelan!” ucap Mbak Farah lirih diiringi desahan suaranya.
Suara seksi desahan yang keluar dari mulut wanita ini bercampur dengan bunyi kecipak cairan kedua kemaluan kami yang saling beradu. Suara khas orang bercinta ini memenuhi seluruh ruangan. Untungnya ruangan ini kedap suara karena jika tidak maka bisa terdengar diluar sana. Aku mengangkat tubuh Mbak Farah hingga kami sekarang duduk berhadap-hadapan sementara tubuhnya aku pangku dengan pahaku. Aku tak henti-hentinya mengangkat-angkat pantatnya agar penisku tetap bisa memompa vagina Mbak Farah sambil sesekali menggoyangnya kekiri dan kekanan sehingga ujung penisku ini bisa menelusuri dinding liang senggama istri Mas Susno ini. Namun tak butuh waktu lama sampai Mbak Farah mulai terhanyut dalam permainanku dan dia dengan sukarela menaik turunkan selangkangannya sendiri sehingga sekarang aku tinggal menikmati pelayanan Mbak Farah ini. Dengan gaya women on top perempuan ini semakin beringas saja. Aku bisa melihat payudaranya bergoyang kesana kemari karena ukurannya yang besar sehingga menjadikan pemandangan seksi sekali bagiku karena milik istriku tidak sampai sehebat itu berguncangnya.
Cerita Dewasa - Sambil tanganku meremas-remas buah dadanya aku ikut membombardir vagina Mbak Farah dari bawah. Cairan kemaluan keluar deras dari vagina Mbak Farah disertai tubuhnya yang mengejang. Ternyata Mbak Farah sudah mencapai klimaksnya kali ini. Namun aku masih belum puas, lalu aku kembali menindih wanita cantik ini dan kembali menumpangkan kedua tungkai kakinya di bahuku dan menindih tubuh seksinya itu sehingga lutut Mbak Farah sekarang menyentuh buah dadanya sendiri. Lalu dengan tak kalah beringas aku memompa penisku didalam vaginanya dengan cepat hingga beberapa menit kemudian aku merasakan penisku mulai berkedut keras dan akhirnya menyemburkan cairan putih kental di dalam rahim Mbak Farah. Tak ada nada protes dari mulut Mbak Farah walaupun kala itu dia tahu kalau didalam rahimnya telah penuh cairan spermaku. Beberapa bahkan mengalir keluar lewat bibir vaginanya. Tak ada pikiran takut akan resiko hamilnya Mbak Farah nanti. Kami berdua hanya memikirkan kepuasan hasrat kami saja.
Sepuluh menit kemudian kami lalu merapikan diri dan menyudahi acara karaoke ini walaupun baru satu jam kurang lebih kami menggunakan ruangan tersebut. Setelah menyelesaikan urusan administrasi kami segera cabut dari tempat itu dan pulang kerumah. Hanya ada diam selama di dalam mobil yang melaju kala itu. Mbak Farah terdiam begitu juga dengan aku. Mungkin Mbak Farah menyesali semua keputusannya yang menyerahkan kesetiaan cintanya akan sang suami dengan hasrat seksualnya denganku. Aku sendiri diam karena bingung harus ngomong apa dengannya. Sesampainya dirumah kost, sepertinya rumah masih sepi dan seluruh penghuni kost tidak ada dirumah. Maklumlah karena semua penghuni kost merupakan karyawan dan jika ada pasangan suami istri tinggal disana juga adalah pasangan muda yang baik lelaki maupun perempuannya bekerja dan pulang biasanya jam 5 sore atau malam malahan. Berarti tinggal ada istriku Nia dan suami Mbak Farah, batinku dalam hati. Ketika kami berdua melangkah dan mendekati kamar kami yang bersebelahan, aku mendengar suara rintihan dan desahan dari kamar Mas Susno dan Mbak Farah.
Sepertinya Mbak Farah juga mengetahui hal tersebut dan memintaku agar berjalan perlahan. Bagaikan maling yang mengincar barang berharga, kami berdua mengendap-endap mendekati jendela kamar Mbak Farah. Karena jendela bagian depan kamar tertutup rapat maka kami memutuskan untuk mengintip dari bagian belakang. Bagian belakang kamar mereka memang terdapat lubang kecil dengan ukuran sekitar 30cm-40cm yang dulu merupakan bekas exhause fan namun sekarang hanya tinggal lubangnya saja. Semakin dekat dengan lubang itu aku semakin mendengar jelas desahan yang keluar dari kamar itu. Itu jelas-jelas desahan seorang wanita tetapi siapa? Semakin dekat aku semakin jelas dan tiba-tiba terbersit dalam benakku kalau desahan dan rintihan wanita itu seperti milik istriku, Nia. Desahan tersebut sangat mirip sekali dan begitu aku mengintip lewat lubang tersebut benar saja aku kaget bukan kepalang. Aku melihat Nia, istriku sedang disetubuhi oleh Mas Susno. Keduanya sudah dalam keadaan telanjang. Suara televisi yang di nyalakan tidak dapat mengelabui suara desahan yang keluar dari mulut mereka berdua. Mereka sedang bercinta.
Istriku dengan posisi merangkak sedang Mas Susno dibelakangnya terus membombardir vagina istriku dengan sodokan-sodokan penisnya. Tubuh istriku yang langsing dan putih mulus berkebalikan dengan tubuh Mas Susno yang cokelat kehitaman dan sedikit gemuk. Mbak Farah menahan rasa terkejutnya melihat suaminya bermain cinta dengan wanita lain. “Akhh…mas Susno…terusss…masss..” desah istriku. Aku tak percaya istriku meminta Mas Susno agar terus menyetubuhinya. “Enak ya dik dientotin sama mas Susno? Kalau sampai Mas Ridwan tahu gimana coba…hehe…” ujar Mas Susno sambil menyodok vagina istriku dengan keras. Istriku menjerit kecil, “Akhh…nggak apa-apa. Mas Ridwan juga jarang dirumah pulang baru…akhhh…nanti malam…” ujarnya kemudian keduanya berciuman hangat. Brak!!! Keduanya kaget ketika pintu dibuka oleh Mbak Farah. Memang Mbak Farah mempunyai kunci duplikat untuk jaga-jaga seandainya dia pulang pas Mas Susno sedang pergi. Keduanya kelimpungan mencari kain untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang. Namun selimut yang diraih Mas Susno sudah buru-buru di serobot oleh Mbak Farah.
Dalam kebingungan, istriku hanya menangis lalu menghambur kearahku dan bersujud dikakiku sambil berlinang air mata. Segala macam ucapan permintaan maaf keluar dari bibirnya. Dadaku sesak melihat istriku yang telanjang ini telah habis di garap oleh orang lain selain diriku. Namun terbersit ucapan Iwan tempo hari mengenai variasi seks lalu aku mencegah saat Mbak Farah akan melabrak suaminya. Lalu meng-kode-nya agar dia tenang dan sepertinya dia tahu maksudku. Lalu setelah menutupi tubu bugil Mas Susno dan istriku kami menutup pintu kamar dan menanyai hubungan mereka berdua. Dari semua pengakuan mereka ternyata hubungan Mas Susno dengan istriku baru berlangsung dua hari yang lalu ketika aku telat pulang kantor. Sementara itu istriku sudah terlanjur minum obat perangsang. Itu menjelaskan mengapa hari-hari sebelumnya dia begitu hangat, ternyata dia meminum obat perangsang dosis tinggi sehingga dia selalu minta jatah berulang kali padaku dan dua hari lalu dia malah tidak minta sama sekali, ternyata dia sudah memperoleh jatahnya dari Mas Susno, suami Mbak Farah. Bahkan sampai 4 kali dalam dua jam.
Aku lalu bertanya apakah mereka menggunakan pelindung waktu itu dan mereka menjawab tidak karena istriku mengatakan dia sudah meminum pil KB sebelum dan sesudah berhubungan intim tersebut. Dia sama sekali tidak sengaja bercinta dengan Mas Susno jika bukan karena pengaruh obat tersebut. Karena waktu itu Mas Susno sedang datang untuk meminjam tang untuk memotong kawat sementara istriku tidak tahu tempat penyimpanannya sehingga mereka berdua dikamar mencarinya. Kala itu istriku hanya mengenakan daster untuk tidur karena memang dia rencananya akan menyambut kepulanganku. Tak disangka yang menuai malah Mas Susno. Sore itupun mereka berdua bercinta habis-habisan. Dan peristiwa barusan juga karena istriku dan Mas Susno berunding agar hal itu tidak terjadi lagi namun karena rayuan Mas Susno akhirnya istriku takluk juga untuk kedua kalinya. Dan mereka berdua bercinta habis-habisan lagi, hanya saja kali ini sudah ketahuan terlebih dahulu. Dengan berlagak marah aku dan Mbak Farah menghakimi mereka. Baik istriku maupun Mas Susno sama-sama meminta maaf berulang kali dan tidak ingin bercerai.
Bahkan Mas Susno sampai menyembah-nyembah kami berdua agar memaafkannya. Sebuah ide yang sudah lama tertanam diotakku langsung kukeluarkan. “OK kalau begitu. Karena kalian berdua sudah sering bercinta maka sebagai balasannya aku dan Mbak Farah akan bercinta juga. Bukan cuman itu tapi kami akan berhubungan intim didepan kalian berdua.” Ucapku. Mas Susno protes namun karena Mbak Farah kembali menakannya maka dia hanya pasrah. Akhirnya jadi juga aku bercinta dengan Mbak Farah. Siang itu aku kembali memompa vagina Mbak Farah kali ini dengan posisi doggy style seperti yang dilakukan istriku dengan Mas Susno. Aku sengaja memeperlihatkan ekspresi wajah Mbak Farah didepan suaminya yang masih bugil itu (baik Mas Susno maupun Nia tidak diijinkan untuk memakai pakaian mereka kala itu). Aku tertawa dalam hati melihat penis Mas Susno yang menegang melihat istrinya aku kerjai. Tak puas hanya menggarap Mbak Farah sekarang aku memanggil Nia agar bergabung. Sekarang Nia, istriku aku minta untuk berbaring terlentang sementara diatasnya aku minta Mbak Farah dalam posisi merangkak.
Sekarang didepanku terpampang dua vagina siap sodok. Di bagian atas Mbak Farah vaginanya yang sempit dan basah itu sementara itu di bawahnya terdapat bibir vagina Nia istriku yang berbulu agak lebat itu. “Akkhhh…mas Ridwan…ekkhhh…” desah Mbak Farah ketika aku menusukkan lagi batang penisku kedalam vaginanya. Lalu setelah beberapa kali pompaan aku lalu mencabutnya dan mengarahkan penisku ke vagina Nia istriku dan melesakkannya kedalam vaginanya. Bergantian istriku dan Mbak Farah merasakan kenikmatan sodokan penisku. Mungkin karena aku sudah berejakulasi sebelumnya sehingga permainanku kali ini jauh lebih lama. Bergantian kedua perempuan ini mencapai klimaks mereka. Istriku mencapai orgasmenya lebih dulu lalu setelah beberapa detik kemudian segera aku alihkan sodokanku ke vagina Mbak Farah dan kami berdua mencapai orgasme bersama. Sebagian spermaku menyembur di vagina mbak Farah lalu dengan cepat kucabut dan kumasukkan kedalam liang kemaluan Nia istriku dan menghabiskan sisa spermaku disana. Mbak Farah lalu terkulai lemas di atas tubuh istriku.
Aku puny ide tambahan lagi meminta mereka berdua berciuman. Adegan lesbi yang menggairahkan lalu aku minta supaya keduanya kembali melayaniku walaupun kali ini aku tidak sampai orgasme. Aku melihat Mas Susno yang termenung melihat polah istrinya yang disetubuhi orang lain. Aku kemudian menghentikan gerakan sodokanku di vagian Mbak Farah. “Mas. Kalau mas Susno mau silakan pakai aja Nia untuk sementara ini. Dari pada bengong, aneh juga kalau pas ngentotin cewe ada yang nonton.” Ujarku kepadanya. Mas Susno bingung tapi setelah itu sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Akhirnya kami menutup tragedy itu dengan sebuah swing party antara aku, istriku, Mbak Farah dan Mas Susno. Sesekali aku melihat Mas Susno yang sedang asik menggarap tubuh molek istriku yang dibaringkan terlentang disamping tubuh Mbak Farah yang memang sedang kutindih. Kami berdua berlomba mengerjai istri lawan kami masing-masing. Sengaja atau tidak tapi aku melihat istriku mencium mesra mas Susno lalu Mbak Farah membalasnya dengan menciumku lebih panas lagi.
Seperti lomba saja jadinya, hanya saja lomba kali ini adalah lomba seks.
Cerita Dewasa - Entah sudah berapa kali sperma tumpah di tubuh istriku atau di tubuh Mbak Farah. Baik vagina maupun bagian perut mereka berdua sudah diselimuti cairan sperma baik dari milikku maupun Mas Susno. Beberapa kali aku bertukar posisi dengan Mas Susno, dan baik Mbak Farah maupun Nia sepertinya merasakan kenikmatan tersendiri ketika pergantian penis tersebut. Percintaan itu kami akhiri dengan pasangan resmi kami masing-masing. Mas Susno menyemprotkan hasil ejakulasinya yang ketiga sore itu di dalam vagina istrinya, Mbak Farah. Sementara itu aku menumpahkan sisa spermaku yang mulai encer itu kedalam rahim Nia, istriku. Lalu kami berpelukan dengan pasangan masing-masing. Walaupun beberapa kali tangan Mas Susno mencoba bermain-main dengan puting istriku. Entah petualangan kali ini apakah akan berlanjut ke hal yang lebih seru atau tidak karena aku dan Mbak Farah jelas tidak ingin menyudahi kenikmatan ini.

Istri sang dokter

Istri sang dokter

Dalam sebuah seminar sehari di hall Hotel Hilton International di Jakarta, tampak seorang wanita paruh baya berwajah manis sedang membacakan sebuah makalah tentang peranan wanita modern dalam kehidupan rumah tangga keluarga bekerja. Dengan tenang ia membaca makalah itu sambil sesekali membuat lelucon yang tak ayal membuat para peserta seminar itu tersenyum riuh. Permasalahan yang sedang dibahas dalam seminar itu menyangkut perihal mengatasi problem perselingkuhan para suami yang selama ini memang menjadi topik hangat baik di forum resmi ataupun tidak resmi.
cewek seksi
Beberapa peserta seminar yang terdiri dari wanita karir, ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar wanita itu tampak serius mengikuti jalannya seminar yang diwarnai oleh perdebatan antara pakar sosiologi keluarga yang sengaja diundang untuk menjadi pembicara. Hadir juga beberapa orang wartawan yang meliput jalannya seminar sambil ikut sesekali mengajukan pertanyaan ke arah peserta dan pembicara. Suasana riuh saat wanita pembicara itu bercerita tentang seorang temannya yang bersuamikan seorang pria mata keranjang doyan main perempuan. Berbagai pendapat keluar dalam perdebatan yang diarahkan oleh moderator.
Diakhir sesi pertama saat para peserta mengambil waktu istirahat selama tiga puluh menit, tampak wanita pembicara itu keluar ruangan dengan langkah cepat seperti menahan sesuatu. Ia berjalan dengan cepat menuju toilet di samping hall tempat seminar. Namun saat melewati lorong menuju tempat itu ia tak sadar menabrak seseorang, akibatnya ia langsung terhenyak.
“Oh, maaf, saya tidak melihat anda, maaf ya?”, seru wanita itu pada orang yang ditabraknya, namun orang itu seperti tak mengacuhkan.
“Oke”, sahut pria muda berdasi itu lembut dan berlalu masuk ke dalam toilet pria.
Wanita itupun bergegas ke arah toilet wanita yang pintunya berdampingan dengan pintu toilet pria. Beberapa saat lamanya wanita itu di sana lalu tampak lelaki itu keluar dari toilet dan langsung menuju ke depan cermin besar dan mencuci tangannya. Kemudian wanita tadi muncul dan menuju ke tempat yang sama, keduanya sesaat saling melirik. “Hai”, tegur pria itu kini mendahului.
“Halo, anda peserta seminar?”, tanya si wanita.
“Oh, bukan. Saya bekerja di sini, maksud saya di hotel ini”, jawab pria itu.
“Oh…, kalau begitu kebetulan, saya rasa setelah seminar ini saya akan kontak lagi dengan manajemen hotel ini untuk mengundang sejumlah pakar dari Amerika untuk seminar masalah kesehatan ibu dan anak. Ini kartu namaku”, kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya pada pria itu. Lelaki itu mengambil secarik kartu dari dompetnya dan menyerahkannya pada wanita itu.
“Dokter Miranti Pujiastuti, oh ternyata Ibu ini pakar ilmu kedokteran ibu dan anak yang terkenal itu, maaf saya baru pertama kali melihat Ibu. Sebenarnya saya banyak membaca tulisan-tulisan Ibu yang kontroversial itu, saya sangat mengagumi Ibu”, mendadak pria itu menjadi sangat hormat.
“Ah kamu, jangan terlalu berlebihan memuji aku, dan kamu…, hmm…, Edo Prasetya, wakil General Manager Hilton International Jakarta. Kamu juga hebat, manajer muda”, seru wanita itu sambil menjabat tangan pemuda bernama Edo itu kemudian.
“Kalau begitu saya akan kontak anda mengenai masalah akomodasi dan acara seminar yang akan datang, senang bertemu anda, Edo”, seru wanita itu sambil kemudian berlalu.
“Baik, Bu dokter”, jawab sahut pria itu dan membiarkan wanita paruh baya itu berlalu dari ruangan di mana mereka berbicara.
Sejenak kemudian pemuda itu masih tampak memandangi kartu nama dokter wanita itu, ia seperti sedang mengamati sesuatu yang aneh.
“Bukankah dokter itu cantik sekali?”, ia berkata dalam hati.
“Oh aku benar-benar tak tahu kalau ia dokter yang sering menjadi perhatian publik, begitu tampak cantik di mataku, meski sudah separuh baya, ia masih tampak cantik”, benaknya berbicara sendiri.
“Ah kenapa itu yang aku pikirkan?”, serunya kemudian sambil berlalu dari ruangan itu.
Cerita Dewasa - Sementara itu di sebuah rumah kawasan elit Menteng Jakarta pusat tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Wanita paruh baya bernama dokter Miranti itu turun dari sedan Mercy hitam dan langsung memasuki rumahnya. Wajah manis wanita paruh baya itu tampaknya menyimpan sebuah rasa kesal dalam hati. Sudah seminggu lamanya suami wanita itu belum pulang dari perjalanan bisnis keluar negeri. Sudah seminggu pula ia didera isu dari rekan sejawat suaminya tentang tingkah laku para pejabat dan pengusaha kalangan atas yang selalu memanfaatkan alasan perjalanan bisnis untuk mencari kepuasan seksual di luar rumah alias perselingkuhan.
Wanita itu menghempaskan badannya ke tempat tidur empuk dalam ruangan luas itu. Ditekannya remote TV dan melihat program berita malam yang sedang dibacakan penyiar. Namun tak berselang lama setelah itu dilihatnya di TV itu seorang lelaki botak yang tak lain adalah suaminya sedang berada dalam sebuah pertemuan resmi antar pengusaha di Singapura. Namun yang membuat hati wanita itu panas adalah saat melihat suaminya merangkul seorang delegasi dagang Singapura yang masih muda dan cantik. Sejenak ia memandang tajam ke arah televisi besar itu lalu dengan gemas ia membanting remote TV itu ke lantai setelah mematikan TV-nya.
“Ternyata apa yang digosipkan orang tentang suamiku benar terjadi, huh”, seru wanita itu dengan hati dongkol.
“Bangsaat..!”, Teriaknya kemudian sambil meraih sebuah bantal guling dan menutupi mukanya.
Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal. Ia menangis sejadi-jadinya, bayang-bayang suaminya yang berkencan dengan wanita muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Hatinya semakin panas sampai ia tak sanggup menahan air matanya yang kini menetes di pipi.
Tiga puluh menit ia menangis sejadi-jadinya, dipeluknya bantal guling itu dengan penuh rasa kesal sampai kemudian ia jatuh tertidur akibat kelelahan. Namun tak seberapa lama ia terkulai tiba-tiba ia terhenyak dan kembali menangis. Rupanya bayangan itu benar-benar merasuki pikirannya hingga dalam tidurnyapun ia masih membayangkan hal itu. Sejenak ia kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar tidur itu menuju sebuah ruangan kecil di samping kamar tidurnya, ia menyalakan lampu dan langsung menuju tumpukan obat yang memenuhi sebagian ruangan yang mirip apotik keluarga. Disambarnya tas dokter yang ada di situ lalu membuka sebuah bungkusan pil penenang yang biasa diberikannya pada pasien yang panik. Ditelannya pil itu lalu meminum segelas air.
Beberapa saat kemudian ia menjadi tenang kemudian ia menuju ke ruangan kerjanya yang tampak begitu lengkap. Di sana ia membuka beberapa buku, namun bebarapa lamanya kemudian wanita itu kembali beranjak menuju kamar tidurnya. Wajahnya kini kembali cerah, seberkas senyuman terlihat dari bibirnya yang sensual. Ia duduk di depan meja rias dengan cermin besar, hatinya terus berbicara.
“Masa sih aku harus mengalah terus, kalau bangsat itu bisa berselingkuh kenapa aku tidak”, benaknya sambil menatap dirinya sendiri di cermin itu. Satu-persatu di lepasnya kancing baju kerja yang sedari tadi belum dilepasnya itu, ia tersenyum melihat keindahan tubuhnya sendiri. Bagian atas tubuhnya yang dilapisi baju dalam putih berenda itu memang tampak sangat mempesona. Meski umurnya kini sudah mencapai empat puluh tahun, namun tubuh itu jelas akan membuat lelaki tergiur untuk menyentuhnya.
Kini ia mulai melepaskan baju dalam itu hingga bagian atas tubuhnya kini terbuka dan hanya dilapisi BH. Perlahan ia berdiri dan memutar seperti memamerkan tubuhnya yang bahenol itu. Buah dadanya yang besar dan tampak menantang itu diremasnya sendiri sambil mendongak membayangkan dirinya sedang bercinta dengan seorang lelaki. Kulitnya yang putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan.
“Kalau bangsat itu bisa mendapat wanita muda belia, kurasa tubuh dan wajahku lebih dari cukup untuk memikat lelaki muda”, gumamnya lagi.
“Akan kumulai sekarang juga, tapi..”, tiba-tiba pikirannya terhenti.
“Selama ini aku tak pernah mengenal dunia itu, siapakah yang akan kucari? hmm..”.
Tangannya meraih tas kerja di atas mejanyanya, dibongkarnya isi tas itu dan menemukan beberapa kartu nama, sejenak ia memperhatikannya.
“Dokter Felix, lelaki ini doyan nyeleweng tapi apa aku bisa meraih kepuasan darinya? Lelaki itu lebih tua dariku”, katanya dalam hati sambil menyisihkan kartu nama rekan dokternya itu.
“Basuki Hermawan, ah…, pejabat pajak yang korup, aku jijik pada orang seperti ini”, ia merobek kartu nama itu.
“Oh ya…, pemuda itu, yah…, pemuda itu, siapakah namanya, Dodi?.., oh bukan. Doni?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..”, ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya namun belum juga ia temukan.
“Bangsat! Aku lupa di mana menaruhnya”, sejenak ia berhenti mencari dan berpikir keras untuk mencoba mengingat di mana kartu nama pemuda gagah berumur dua puluh limaan itu. Ia begitu menyukai wajah pemuda yang tampak polos dan cerdas itu. Ia sudah terbayang betapa bahagianya jika pemuda itu mau diajak berselingkuh.
“Ahaa! Ketemu juga kau!”, katanya setengah berteriak saat melihat kartu nama dengan logo Hilton International. Ia beranjak berdiri dan meraih hand phone, sejenak kemudian ia sudah tampak berbicara.
“Halo, dengan Edo…, maaf Bapak Edo?”.
“Ya benar, saya Edo tapi bukan Bapak Edo, anda siapa”, terdengar suara ramah di seberang.
“Ah maaf…, Edo, saya Dokter Miranti, kamu masih ingat? Kita ketemu di Rest Room hotel Hilton International tadi siang”.
“Oooh, Bu dokter, tentu dong saya ingat. Masa sih saya lupa sama Bu dokter idola saya yang cantik”.
“Eh kamu bisa saja, Do”.
“Gimana Bu, ada yang bisa saya bantu?”, tanya Edo beberapa saat setelah itu.
“Aku ingin membicarakan tentang seminar minggu depan untuk mempersiapkan akomodasinya, untuk itu sepertinya kita perlu berbicara”.
“No problem, Bu. Kapan ibu ada waktu”.
“Lho kok jadi nanya aku, ya kapan kamu luang aja dong”.
“Nggak apa-apa Bu, untuk orang seperti ibu saya selalu siap, gimana kalau besok kita makan siang bersama”.
“Hmm…, rasanya aku besok ada operasi di rumah sakit. Gimana kalau sekarang saja, kita makan malam”.
“Wah kebetulan Bu, saya memang lagi lapar. baiklah kalau begitu, saya jemput ibu”.
“Oohh nggak usah, biar ibu saja yang jemput kamu, kamu di mana?”.
“wah jadi ngerepotin dong, tapi oke-lah. Saya tunggu saja di Resto Hilton, okay?”.
“Baik kalau begitu dalam sepuluh menit saya datang”, kata wanita itu mengakhiri percakapannya.
Cerita Dewasa - Lalu dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian yang dikenakannya dengan gaun terusan dengan belahan di tengah dada. Dengan gesit ia merias wajah dan tubuh yang masih tampak menawan itu hingga tak seberapa lama kemudian ia sudah tampak anggun.
“Mbok..!”, ia berteriak memanggil pembantu.
“Dalem…, Nyaah!”, sahut seorang yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
“Malam ini ibu ndak makan di rumah, nanti kalau tuan nelpon bilang saja ibu ada operasi di rumah sakit”.
“Baik, Nyah..”, sahut pembantunya mengangguk.
Sang dokter itupun berlalu meninggalkan rumahnya tanpa diantar oleh sopir.
Kini sang dokter telah tampak menyantap hidangan makan malam itu bersama pemuda tampan bernama Edo yang berumur jauh di bawahnya. Maksud wanita itu untuk mengencani Edo tidak dikatakannya langsung. Mereka mula-mula hanya membicarakan perihal kontrak kerja antara kantor sang dokter dan hotel tempat Edo bekerja. Namun hal itu tidak berlangsung lama, dua puluh menit kemudian mereka telah mengalihkan pembicaraan ke arah pribadi.
“Maaf lho, Do. Kamu sudah punya pacar?”, tanya sang dokter.
“Dulu pernah punya tapi…”, Edo tak melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kenapa, Do?”, sergah wanita itu.
“Dia kawin duluan, ah…, Emang bukan nasib saya deh, dia kawin sama seorang om-om senang yang cuma menyenangi tubuhnya. Namanya Rani..”.
“Maaf kalau ibu sampai membuat kamu ingat sama masa lalu”.
“Nggak apa-apa kok, Bu. Toh saya sudah lupa sama dia, buat apa cari pacar atau istri yang mata duitan”.
“Sukurlah kalau begitu, trus sekarang gimana perasaan kamu”.
“Maksud ibu?”.
“Perasaan kamu yang dikhianati, apa kamu masih dendam?”, tanya sang dokter seperti merasa ingin tahu.
“Sama si Rani sih nggak marah lagi, tapi sampai sekarang saya masih dendam kesumat sama om-om atau pejabat pemerintah yang seperti itu”, jelas Edo pada wanita itu sembari menatapnya.
Sejenak keduanya bertemu pandang, Edo merasakan sebuah perasaan aneh mendesir dadanya. Hanya beberapa detik saja keduanya saling memandang sampai Edo tersadar siapa yang sedang dihadapinya.
“Ah, ma.., ma.., maaf, Bu. Bicara saya jadi ngawur”, kata pemuda itu terpatah-patah.”Oh nggak…, nggak apa-apa kok, Do. Aku juga punya problem yang serupa dengan kamu”, jawab wanita itu sambil kemudian mulai menceritakan masalah pribadi dalam keluarganya. Ia yang kini sudah memiliki dua anak yang bersekolah di Amerika itu sedang mengalami masalah yang cukup berat dalam rumah tangganya. Dengan penuh emosi ia menceritakan masalahnya dengan suaminya yang seorang pejabat pemerintah sekaligus pengusaha terkenal itu.
“Berkali-kali aku mendengar cerita tentang kebejatan moralnya, ia pernah menghamili sekertarisnya di kantor, lalu wanita itu ia pecat begitu saja dan membayar seorang satpam untuk mengawini gadis itu guna menutupi aibnya. Dasar lelaki bangsat”, ceritanya pada Edo.
“Sekarang dia sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita pengusaha di luar negeri. Baru tadi aku melihatnya bersama dalam sebuah berita di TV”, lanjut wanita itu dengan raut muka yang sedih.
“Sabar, Bu. Mungkin suatu saat dia akan sadar. Masa sih dia nggak sadar kalau memiliki istri secantik ibu”, ujar Edo mencoba menghiburnya.
“Aku sudah bosan bersabar terus, hatiku hancur, Do. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Dibohongi?”, sengitnya sambil menatap pemuda itu dengan tatapan aneh. Wanita itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Edo.
Beberapa menit keadaan menjadi vacum. Mereka saling menatap penuh misteri. Dada Edo mendesir mendapat tatapan seperti itu, pikirannya bertanya-tanya.
“Ada apa ini?”, gumamnya dalam hati. Namun belum sempat ia menerka apa arti tatapan itu, tangannya tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut menyentuh, ia terhenyak dalam hati. Desiran dadanya kini berubah menjadi getaran keras di jantungnya. Namun belum sempat ia bereaksi atas semua itu tangan sang dokter itu telah meremas telapak tangan Edo dengan mesra. Kini ia menatap wanita itu, dokter Miranti memberinya senyuman, masih misteri.
“Edo…., kamu dan aku memiliki masalah yang saling berkaitan”, katanya perlahan.
“Ma…, maksud ibu?”, Edo tergagap.
“Kehidupan cinta kamu dirusakkan oleh generasi seumurku, dan rumah tanggaku rusak oleh kehidupan bejat suamiku. Kita sama-sama memiliki beban ingatan yang menyakitkan dengan musuh yang sama”.
“lalu?”.
“Kenapa tak kamu lampiaskan dendam itu padaku?”.
“Maksud ibu?”, Edo semakin tak mengerti.
“Aku dendam pada suamiku dan kaum mereka, dan kau punya dendam pada para pejabat yang telah mengecewakanmu. Kini kau menemukan aku, lampiaskan itu. Kalau mereka bisa menggauli generasimu mengapa kamu nggak menggauli kaum mereka? Aku istri pejabat, dan aku juga dikecewakan oleh mereka”.
“Saya masih belum mengerti, Bu”.
“Maksudku, hmm…, kenapa kita tidak menjalin hubungan yang lebih dekat lagi”, jelas wanita itu.
Edo semakin penasaran, ia memberanikan dirinya bertanya, “Maksud ibu…, mm…, ki…, ki…, kita berselingkuh?”, ia berkata sambil memberanikan dirinya menatap wanita paruh baya itu.
“Yah…, kita menjalin hubungan cinta”, jawab dokter Miranti enteng.
“Tapi ibu wanita bersuami, ibu punya keluarga”.
“Ya…, tapi sudah hancur, tak ada harapan lagi. Kalau suamiku bisa mencicipi gadis muda, kenapa aku tidak bisa?”, lanjutnya semakin berani, ia bahkan merangkul pundak pemuda itu. Edo hanya terpaku.
“Ta…, tapi, Bu…”.
“Seumur perkawinanku, aku hanya merasakan derita, Do. Aku ingin kejantanan sejati dari seorang pria. Dan pria itu adalah kamu, Do”, lalu ia beranjak dari tempat duduknya mendekati Edo. Dengan mesra diberinya pemuda itu sebuah kecupan. Edo masih tak bereaksi, ia seperti tak mempercayai kejadian itu.
“Apakah saya mimpi?”, katanya konyol.
“Tidak, Do. Kamu nggak mimpi, ini aku, Dokter Miranti yang kamu kagumi”.
“Tapi, Bu.., ibu sudah bersuami”.
“Tolong jangan katakan itu lagi Edo”.
Kemudian keduanya terpaku lama, sesekali saling menatap. Pikiran Edo berkecamuk keras, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya ia begitu gembira, tak pernah ia bermimpi apapun. Namun ia masih merasa ragu.
“Apakah segampang ini?”, gumamnya dalam hati.
“Cantik sekali dokter ini, biarpun umurnya jauh lebih tua dariku tapi oh tubuh dan wajahnya begitu menggiurkan, sudah lama aku memimpikan bercinta dengan wanita istri pejabat seperti dia. Tapi…”, hatinya bertanya-tanya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Kini mereka duduk dalam posisi saling bersentuhan. Baru sekitar tiga puluh menit kemudian dokter Miranti tiba-tiba berdiri.
“Do, saya ingin ngobrol lebih banyak lagi, tapi nggak di sini, kamu temui saya di Hotel Hyatt. Saya akan memesan kamar di situ. Selamat malam”, serunya kemudian berlalu meninggalkan Edo yang masih terpaku.
Pemuda itu masih terlihat melamun sampai seorang pelayan restoran datang menyapanya.
“Pak Edo, bapak mau pesan lagi?”.
“Eh…, oh nggak…, nggak, aduh saya kok ngelamun”, jawabnya tergagap mengetahui dirinya hanya terduduk sendiri.
“Teman Bapak sudah tiga puluh menit yang lalu pergi dari sini”, kata pelayan itu.
“Oh ya?”, sahut Edo seperti orang bodoh. Pelayan itu mengangkat bahunya sambil berlalu.
“Eh…, billnya!”, panggil Edo.
“Sudah dibayar oleh teman Bapak”, jawab pelayan itu singkat.
Kini Edo semakin bingung, ia masih merasakan getaran di dadanya. Antara percaya dan tidak. Ia kemudian melangkah ke lift dan turun ke tempat parkir. Hanya satu kalimat dokter Miranti yang kini masih terngiang di telinganya. Hotel Grand Hyatt!
Dengan tergesa-gesa ia menuju ke arah mobilnya. Perjalanan ke hotel yang dimaksud wanita itu tak terasa olehnya, kini ia sudah sampai di depan pintu kamar yang ditanyakannya pada receptionis. Dengan gemetar ia menekan bel di pintu kamar itu, pikirannya masih berkecamuk bingung.
Cerita Dewasa - “Masuk, Do”, sambut dokter Miranti membuka pintu kamarnya. Edo masuk dan langsung menatap dokter Miranti yang kini telah mengenakan gaun tidur sutra yang tipis dan transparan. Ia masih tampak terpaku.
“Do, ini memang hari pertemuan kita yang pertama tapi apakah salahnya kalau kita sama-sama saling membutuhkan”, kata dokter Miranti membuka pembicaraan.
“Cobalah realistis, Do. Kamu juga menginginkan ini kan?”, lanjut wanita itu kemudian mendudukkan Edo di pinggir tempat tidur luas itu.
Edo masih tampak bingung sampai sang dokter memberinya kecupan di bibirnya, ia merasakan seperti ada dorongan untuk membalasnya.
“Oh…, Bu”, desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Miranti. Dadanya masih bergetar saat merasakan kemesraan wanita itu. Dokter Miranti kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian pemuda itu. Dengan perlahan Edo juga memberanikan diri melepas ikatan tali gaun tidur sutra yang dikenakan sang dokter. Begitu tampak buah dada dokter Miranti yang besar dan ranum itu, Edo terhenyak.
“Oh…, indahnya susu wanita ini”, gumamnya dalam hati sambil lalu meraba payudara besar yang masih dilapisi BH itu. Tangan kirinya berusaha melepaskan kancing BH di punggung dokter Miranti. Ia semakin terbelalak saat melihat bentuk buah dada yang kini telah tak berlapis lagi. Tanpa menunggu lagi nafsu pemuda itu bangkit dan ia segera meraih buah dada itu dan langsung mengecupnya. Dirasakannya kelembutan susu wanita cantik paruh baya itu dengan penuh perasaan, ia kini mulai menyedot puting susu itu bergiliran.
“Ooohh…, Edo…, nikmat sayang…., mm sedot terus sayang ooohh, ibu sayang kamu, Do…, ooohh”, desah dokter Miranti yang kini mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulut Edo yang menggilir kedua puting susunya. Tangan wanita itupun mulai meraih batang kemaluan Edo yang sudah tegang sedari tadi, ia terhenyak merasakan besar dan panjangnya penis pemuda itu.
“Ohh…, besarnya punya kamu, Do. Tangan ibu sampai nggak cukup menggenggamnya”, seru dokter Miranti kegirangan. Ia kemudian mengocok-ngocokkan penis itu dengan tangannya sambil menikmati belaian lidah Edo di sekitar payudara dan lehernya.
Kemaluan Edo yang besar dan panjang itu kini tegak berdiri bagai roket yang siap meluncur ke angkasa. Pemuda yang sebelumnya belum pernah melakukan hubungan seks itu semakin terhenyak mendapat sentuhan lembut pada penisnya yang kini tegang. Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh wanita itu, Edo merasakan sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Ia tak pernah membayangkan akan dapat menikmati hubungan seks dengan wanita yang sangat ia kagumi ini, ia yang sebelumnya bahkan hanya menonton film biru itu kini mempraktekkan semua yang ia lihat di dalamnya. Hatinya begitu gembira, sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus dokter Miranti membuatnya semakin terlena.
Dengan mesra sekali wanita itu menuntun Edo untuk menikmati sekujur tubuhnya yang putih mulus itu. Dituntunnya tangan pemuda itu untuk membelai lembut buah dadanya, lalu bergerak ke bawah menuju perutnya dan berakhir di permukaan kemaluan wanita itu. Edo merasakan sesuatu yang lembut dan berbulu halus dengan belahan di tengahnya. Pemuda itu membelainya lembut sampai kemudian ia merasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan dokter Miranti. Ia menghentikan gerakannya sejenak, lalu dengan perlahan sang dokter membaringkan tubuhnya dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yang basah itu terlihat seperti menantang Edo. Pemuda itu terbelalak sejenak sebelum kemudian bergerak menciumi daerah itu, jari tangan dokter Miranti kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding vaginanya. Edo semakin terangsang, dijilatinya semua yang dilihat di situ, sebuah benda sebesar biji kacang di antara dinding vagina itu ia sedot masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuat dokter Miranti menarik nafas panjang merasakan nikmat yang begitu hebat.
“Ohh…, hmm…, Edo, sayang, ooohh”, desahnya mengiringi bunyi ciplakan bibir Edo yang bermain di permukaan vaginanya.
Dengan gemas Edo menjilati kemaluan itu, sementara dokter Miranti hanya bisa menjerit kecil menahan nikmat belaian lidah Edo. Ia hanya bisa meremas-remas sendiri payudaranya yang besar itu sambil sesekali menarik kecil rambut Edo.
“Aduuuh sayang, ooohh nikmaat…, sayang…, oooh Edo…, ooohh pintarnya kamu sayang…, ooohh nikmatnya…, ooohh sedooot teruuusss…, ooohh enaakkk…, hmm…, ooohh”, jeritnya terpatah-patah.
Puas menikmati vagina itu, Edo kembali ke atas mengarahkan bibirnya kembali ke puting susu dokter Miranti. Sang dokterpun pasrah saja, ia membiarkan dirinya menikmati permainan Edo yang semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sedotan mulut Edo.
“ooohh, Edo sayang. Berikan penis kamu sama ibu sayang, ibu ingin mencicipinya”, pinta wanita itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluan Edo. Tangannya tampak bahkan tak cukup untuk menggenggamnya, ukurannya yang super besar dan panjang membuat dokter Miranti seperti tak percaya pada apa yang dilihatnya. Wanita itu mulai mengulum penis Edo, mulutnya penuh sesak oleh kepala penis yang besar itu, hanya sebagian kecil saja kemaluan Edo yang bisa masuk ke mulutnya sementara sisanya ia kocok-kocokkan dengan telapak tangan yang ia lumuri air liurnya. Edo kini menikmati permainan itu.
“Auuuhh…, Bu, ooohh…, enaakk aahh Bu dokter…, oooh nikmat sekali…, mm…, oooh enaknya…, ooohh…, ssstt…, aahh”, desah pemuda itu mulai menikmatinya.
Sesaat kemudian, Dokter Miranti melepaskan kemaluan yang besar itu lalu membaringkan dirinya kembali di pinggiran tempat tidur. Edo meraih kedua kaki wanita itu dan langsung menempatkan dirinya tepat di depan selangkangan dokter Miranti yang terbuka lebar. Dengan sangat perlahan Edo mengarahkan kemaluannya menuju liang vagina yang menganga itu dan, “Sreett.., bleeesss”.
“Aduuuhh…, aauuu Edooo…, sa.., sa.., sakiiittt…, vaginaku robeeek aahh…, sakiiit”, teriak dokter Miranti merasakan vaginanya yang ternyata terlalu kecil untuk penis Edo yang super besar, ia merasakan vaginanya robek oleh terobosan penis Edo. Lebih dahsyat dari saat ia mengalami malam pertamanya.
“Edo sayang, punya kamu besar sekali. Vaginaku rasanya robek do, main yang pelan aja ya, sayang?”, pintanya lalu pada Edo.
“Ouuuhh…, ba.., ba.., baik, Bu”, jawab Edo yang tampak sudah merasa begitu nikmat dengan masuknya penis ke dalam vagina dokter Miranti.
Kini dibelainya rambut sang dokter sambil menciumi pipinya yang halus dengan mesra. Pemuda itu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina dokter Miranti dengan perlahan sekali sampai beberapa menit kemudian rasa sakit yang ada dalam vagina wanita itu berubah menjadi nikmat, barulah Edo mulai bergerak menggenjot tubuh wanita itu dengan agak cepat. Gerakan tubuh mereka saling membentur mempertemukan kedua kemaluan mereka. Nafsu birahi mereka tampak begitu membara dari gerakan yang semakin lama semakin menggairahkan, teriakan kecil kini telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks itu.
Keduanya tampak semakin bersemangat, saling menindih bergilir menggenjot untuk meraih tahap demi tahap kenikmatan seks itu. Edo yang baru pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks itu benar-benar menikmati keluar masuknya penis besar itu ke dalam liang vagina sang dokter yang semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yang muali melumasi dindingnya. Demikian pula halnya dengan dokter Miranti. Ia begitu tampak kian menikmati goyangan tubuh mereka, ukuran penis Edo yang super besar dan terasa merobek liang vaginanya itu kini menjadi sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya, namun bukan lagi karena merasa sakit tapi untuk mengimbangi dahsyatnya kenikmatan dari penis pemuda itu. Tak pernah ia bayangkan akan dapat menemukan penis sebesar dan sepanjang milik Edo, penis suaminya yang bahkan ia tahu sering meminum obat untuk pembesar alat kelamin tak dapat dibandingkan dengan ukuran penis Edo. Baru pertama kali ini ia melihat ada kemaluan sebesar itu, panjang dan keras sekali.
Bunyi teriakan nyaring bercampur decakan becek dari kedua alat kelamin mereka memenuhi ruangan luas di kamar suite hotel itu. Desahan mereka menahan kenikmatan itu semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar.
“Ooohh…, ooohh…, ooohh…, enaak…, oooh…, enaknya bu…, ooohh nikmat sekali ooohh”, desah Edo.
“mm…, aahh…, goyang terus, Do…, ibu suka sama punya kamu, ooohh…, enaknya, sayang ooohh…, ibu sayang kamu Edo…, ooohh”, balas dokter Miranti sambil terus mengimbangi genjotan tubuh pemuda itu dengan menggoyang pinggulnya.
Cerita Dewasa - Lima belas menit lebih mereka melakukannya dengan posisi itu dimana Edo menindih tubuh sang dokter yang mengapit dengan pahanya. Kini saatnya mereka ingin mengganti gaya.
“Ouuuhh Edo sayang, ganti gaya yuuuk?”, ajak sang dokter sambil menghentikan gerakannya.
“Baik, Bu”, jawab pemuda itu mengiyakan.
“Kamu di bawah ya sayang? Ibu pingin goyang di atas tubuh kamu”, katanya sambil menghentikan gerakan tubuh Edo, pemuda itu mengangguk sambil perlahan melepaskan penisnya dari jepitan vagina dokter Miranti. Kemudian ia duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh wanita itu.
“uuuh, cantiknya wanita ini”, ia bergumam dalam hati lalu berbaring menunggu dokter Miranti yang sudah siap menungganginya.
Kini wanita itu berjongkok tepat di atas pinggang Edo, ia sejenak menggenggam kemaluan pemuda itu sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam liang vaginanya dengan perlahan dan santai. Kembali ia mendesah merasakan penis itu masuk menembus dinding kemaluannya dan menerobos masuk sampai dasar liang vagina yang terasa sempit oleh Edo.
“Ooouuuhh…”, desahnya memulai gerakan menurun-naikkan pinggangnya di atas tubuh pemuda itu.
Edo meraih payudara montok yang bergantungan di dada sang dokter, sesekali ia meraih puting susu itu dengan mulutnya dan menyedot-nyedot nikmat.
Keduanya kembali terlibat adegan yang lebih seru lagi, dengan liar dokter Miranti menggoyang tubuh sesuka hati, ia tampak seperti kuda betina yang benar-benar haus seks. Ia yang baru kali ini menikmati hubungan seks dengan lelaki selain suaminya itu benar-benar tampak bergairah, ditambah dengan ukuran kemaluan Edo yang super besar dan panjang membuatnya menjadi begitu senang. Dengan sepenuh hati ia raih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun ia lewatkan kenikmatan penis Edo yang menggesek dinding dalam kemaluannya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya.
“Aahh…, ooohh…, aahh…, ooohh…, ooohh…, enaak…, ooohh…, nikmaatt…, sekali…, Edo sayaanngg…, ooohh Edo…, Do…, enaak sayang ooohh”, teriaknya tak karuan dengan gerakan liar di atas tubuh pemuda itu sembari menyebut nama Edo. Ia begitu menyukai pemuda itu.
“Ooohh Bu dokter…, ooohh…, ibu juga pintar mainnya…, ooohh, Bu dokter cantik sekali”, balas Edo.
“Remas susu ibu, Do. ooohh…, sedot putingnya sayang…, ooohh pintarnya kamu, oooh…, ibu senang sama punya kamu, ooohh…, nikmatnya sayang, ooohh…, panjang sekali, ooohh…, enaak”, lanjut sang dokter dengan gerakan yang semakin liar. Edo mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha dokter Miranti yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sedotan mulut Edo yang bertubi-tubi.
Namun beberapa saat kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat dari penis pemuda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati permainan itu dengan garang, kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri buah dada montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada penis Edo hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh pemuda itu.
“Ooohh…, ooohh…, aauu, aku keluarr…, Edo…, aahh…, aah…, aku, nggak kuat lagi aku…, Do…, ooohh…, enaaknya…, sayang, ooohh…, Edo sayang…, hhuuuh…, ibu nggak tahan lagi”, jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edo, cairan kelamin dalam rahimnya muncrat memenuhi liang vagina di mana penis Edo masih tegang dan keras.
“Ooohh nikmat bu…, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat…, ooohh…, nikmat Bu dokter, ooohh…, semakin nikmat sekali Bu dokter, ooohh…, enaak, mm…, ooohh…, uuuhh…, ooohh…, ooohh, nikmat sekali…, uuuhh…, Bu dokter cantik…, aauuuhh…, ssshh nikmat bu”, desah Edo merasakan kenikmatan dalam liang vagina sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi, vagina itu terasa makin menjepit penisnya yang terus saja menggesek dinding vagina itu. Kepala penisnya yang berada jauh di dalam liang vagina wanita itu merasakan cairan hangat menyembur dan membuat liang vagina sang dokter terasa semakin nikmat dan licin.
Pemuda itu membalas pelukan dokter Miranti yang tampak sudah tak sanggup lagi menggoyang tubuhnya di atas tubuh Edo. Sejenak gerakan mereka terhenti meski Edo sedikit kecewa karena saat itu ia rasakan vagina sang dokter sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan memberi ciuman mesra pada wanita cantik itu.
“Oh Edo sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago”, katanya pada Edo sambil memandang wajah pemuda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Edo untuk menahan goyangan penis di selangkangannya.
Sejenak Dokter Miranti beristirahat di pelukan pemuda itu, ia terus memuji kekuatan dan kejantanan Edo yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
“Edo..”, sapanya memecah keheningan sesaat itu.
“Ya, bu?”, jawab Edo sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang dokter yang begitu ia senangi.
“Sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do”, lanjutnya terheran-heran.
“Saya baru sekali ini melakukannya, Bu”, jawab Edo.
“Ah masa sih, bohong kamu, Do”, sergah dokter Miranti sambil membalas ciuman Edo di bibirnya.
“Benar kok, Bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya”, Edo bersikeras.
“Tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi kita lakukan”, lanjut sang dokter tak percaya.
“Saya hanya menonton film, Bu”, jawab pemuda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi permainannya. Dirasakannya dinding vagina yang tadinya merasa geli saat mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edopun merasakan gejala itu dari denyutan vagina sang dokter. Edo melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung sang dokter, tangannya nenuntun penis besar itu ke arah permukaan lubang kemaluan dokter Miranti yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka hati. Pemuda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter, lalu perlahan sekali ia memasukkan penis besarnya ke dalam liang sang dokter dari arah belakang pantatnya.
“Ooohh, pintarnya kamu Edo…, oooh ibu suka gaya ini, mm…, goyang teruuuss…, aahh, nikmat do, ooohh…, sampai pangkalnya terusss, ooohh…, enaak..tarik lagi sayang ooohh, masukin lagii ooohh, sampai pangkal nya Edo…, ooohh, sayang nikmat sekali, ooohh…, oohh Edo…, ooohh…, mm…, Edo…, sayang”, desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu dengan sangat sempurna. Tangan Edo meremas susunya sementara penis pemuda itu tampak jelas keluar masuk liang vaginanya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan. Demikian juga dengan Edo yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Miranti yang sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta Edo semakin membara. Dengan sepenuh hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.
Sekitar dua puluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan permainannya secara bersamaan.
“Huuuh…, ooohh…, ooohh…, aahh…, ooohh…, nikmat sekali Do, goyang lagi sayang, ooohh…, ibu mau keluar sebentar lagi sayang, ooohh…, goyang yang keras lagi sayang, ooohh…, enaknya penis kamu, ooohh…, ibu nggak kuat lagi oooh”, jerit dokter Miranti.
“Uuuhh…, aahh…, ooohh, mm…, aah…, saya juga mau keluar Bu, ooohh…, dokter Miranti sayaang, ooohh…, mm…, enaakk sekali, ooohh…, ooohh, dokter sayang, ooohh…, dokter cantik, ooohh…, enaakk…, dokter dokter sayang, ooohh…, vagina dokter juga nikmat sekali, oooh”, teriak Edo juga.
“Ooohh enaknya sayang, ooohh…, pintar kamu sanyang, ooohh…, kocok terus, oooh…, genjot yang keraass, ooohh”.
“Ooohh dokter, susunya…, ooohh…, saya mau sedot, ooohh”, Edo meraih susu sang dokter lalu menyedotnya dari arah samping.
“Oooh Edo pintarnya kamu sayang, ooohh…, nikmatnya, ooohh…, ibu sebentar lagi keluar sayang, ooohh…, keluarin samaan yah, ooohh”, ajak sang dokter.
“Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter, ooohh…, vagina ibu nikmat sekali, ooohh…, mm…, enaknya, ooohh”, teriak Edo sambil mempercepat lagi gerakannya.
Namun beberapa saat kemudian dokter Miranti berteriak panjang mengakhiri permainannya.
“Aauuuwww…, ooohh…, Edooo, ibu nggak tahan lagiii…, keluaar…, aauhh nikmatnya sayang, ooohh”, jeritnya panjang sambil membiarkan cairan kelaminnya kembali menyembur ke arah penis Edo yang masih menggenjot dalam liang kemaluannya. Edo merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya keluar juga, beberapa saat ia merasakan vagina sang dokter menjepit kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras ke arah penisnya. Dan beberapa saat kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih klimaks permainan.
“Ooohh…, aahh…, oooww…,aahh, dokter…, Miranti…, sayyaang…, oooh…, enaak sekalii…, ooohh saya juga keluaarr, ooohh”, jeritnya panjang sesaat setelah sang dokter mengakhiri teriakannya.
“Edo sayang, ooohh…, jangan di dalam sayang, ooohh…, ibu nggak pakai alat kontrasepsi, ooohh…, sini keluarin di luar Edo, sayang berikan pada ibu, oooh…, enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu, ooohh”, pintanya sembari merasakan nikmatnya denyutan penis Edo. Ia baru sadar dirinya tak memakai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edo sambil meraih batang penis yang sedang meraih puncak kenikmatan itu.
Kemudian pemuda itu mencabut penisnya dengan tergesa-gesa dari liang kemaluan sang dokter dan, “Cropp bresss…, crooottt.., crooott.., creeess”, cairan kelamin Edo menyembur ke arah wajah sang dokter. Edo berdiri mengangkang di atas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras dan banyak ke arah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan masuk ke mulut sang dokter.
“Ohh…, sayang,terus ooohh…, berikan pada ibu, ooohh…, hmm…, nyam…, enaknya, ooohh…, semprotkan pada ibu, ooohh…, ibu ingin meminumnya Edo, ooohh…, enaakkknya sayang, oooh…, lezat sekali”, jerit wanita itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani pemuda itu ke dalam mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang penis Edo dan menyedot keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu hingga Edo merasakan semua cairannya habis.
“Ooohh Bu dokter, ooohh dokter, saya puas sekali bu”, kata Edo sembari merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
“Kamu kuat sekali Edo, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu”, seru sang dokter pada Edo sambil mencium dada pemuda itu.
“Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya bercinta”, jawab Edo sekenanya sambil membalas ciuman dokter Miranti. Tangannya membelai halus permukaan buah dada sang dokter dan memilin-milin putingnya yang lembut.
“Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami Ibu, kita sedang berselingkuh dan ibu punya keluarga”, sergah Edo sambil menatap wajah manis dokter Miranti.
“Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang asyik menikmati tubuh wanita-wanita lain?”.
“Benarkah?”.
“Aku pernah melihatnya sendiri, Do. Waktu itu kami sedang berlibur di Singapura bersama kedua anakku”, lanjut sang dokter memulai ceritanya pada Edo.
Cerita Dewasa - Edo hanya terdiam mendengar cerita dokter Miranti. Ia menceritakan bagaimana suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia saat menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya sendiri.
“Kamu bisa bayangkan, Do. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu, dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu…”, ceritanya pada Edo dengan muka sedih.
“Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu bersedih”.
“Tak apa, Do. Ini kenyataan kok”.
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata, “Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..”, Edo berusaha menenangkan perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter ternyata wanita itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit.
“Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu”, Kata Edo menghibur sang dokter.
“Ah kamu bisa aja, Do. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang sudah empat puluh tiga tahun, lho?”.
“Tapi, Bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan wanita dewasa seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini”, lanjut pemuda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat pelukannya.
“Kamu mau pacaran sama ibu?”.
“Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?”, tanya Edo.
“Kamu benar suka sama ibu?”.
“Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu”, Edo mengecup bibir wanita itu.
“Oh Edo sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?”.
“Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya sama sekali tidak tertarik pada gadis remaja atau yang seumur. Ibu benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter sudah membuat saya benar-benar puas”.
“Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan berikan padamu”, jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edo yang sudah tampak tertidur.
“Terima kasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka”.
“Ibu sayang kamu, Do”.
“Saya juga, Bu. oooh dokter Miranti…”, desah pemuda itu kemudian merasakan penisnya teremas tangan sang dokter.
“Oooh Edo, sayang..”, balas dokter Miranti menyebut namanya mesra.
Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan masing-masing dan berusaha membangkitkan nafsu untuk kembali bercinta. Edo meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir merah sang dokter. “Oooh dokter Miranti, sayang…, ooohh”, desah Edo merasakan penisnya yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang dokter. Sementara tangan pemuda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan dokter Miranti yang mulai terasa basah lagi.
“ooohh…, uuuhh Edo sayang…, nikmat.sayang, ooohh Edo…, Ibu pingin lagi, Do, ooohh…, kita main lagi sayang, ooohh”, desah manja dan menggairahkan terdengar dari mulut dokter Miranti.
“Uuuhh…, saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooohh…, Ibu cantik sekali, oooh…, dokter Miranti sayang, ooohh…, remas terus penis saya Bu, ooohh”.
“Ibu suka penis kamu Do, bentuknya panjang dan besar sekali. ooouuuhh…, baru pertama ini ibu merasakan penis seperti ini”, suara desah dokter miranti memuji kemaluan Edo.
Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama lima belas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Miranti berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edo mengakhiri permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan menghadapinya. Kejantanan pemuda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya bernafsu itu digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno. Semua di praktikkan Edo, dari ‘doggie style’ sampai 69 ia lakukan dengan penuh nafsu. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. Tak satupun tempat di ruangan itu yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi, bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa di ruangan itu menjadi tempat pelampiasan nafsu seks mereka yang membara.
Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai lemas saling mendekap setelah Edo mengalami ejakulasi bersamaan dengan orgasme dokter Miranti yang sudah empat kali itu. Dengan saling berpelukan mesra dan kemaluan Edo yang masih berada dalam liang vagina sang dokter, mereka tertidur pulas.
Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Edo yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh wanita itu benar-benar merasa puas. Dokter Miranti telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat meniduri istri pejabat seperti wanita ini, kini dokter Miranti datang dengan sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan nafsu birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia lupa segalanya. Edo tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang dokter meronta merasakan klimaks dari hubungan seks itu. Cairan maninya terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi disiramkan di sekujur tubuh wanita itu.
Begitupun dengan dokter Miranti, baginya malam yang indah itu adalah malam pertama ia merasakan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. Ia yang tak pernah sekalipun mengalami orgasme saat bermain dengan suaminya, kini merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edo dengan ukuran super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah ia lupakan. Belasan kali sudah Edo membuatnya meraih puncak kenikmatan senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur Edo yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah. Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan dan perkasa yang berumur jauh di bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur tiada henti saat permainan cinta itu berlangsung membuat vaginanya terasa kering. Namun sekali lagi, ia merasa puas, sepuas-puasnya.
Sejak saat itu, dokter Miranti menjalin hubungan gelap dengan dengan Edo. Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagiaan cinta yang mereka raih dari kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu saat suami dokter Miranti tidak di rumah. Di hotel, di apartement Edo atau bahkan di rumah sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan seks yang seru tak pernah mereka lewatkan.
Cerita Dewasa - Terlampiaskan sudah nafsu seks dan dendam pada diri mereka masing-masing. Dokter Miranti tak lagi mempermasalahkan suaminya yang doyan perempuan itu. Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani nafsu birahi suaminya dengan serius. Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Miranti meludahi muka suaminya, lelaki tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yang dengan sewenang-wenang membeli kewanitaan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ke tangan seorang pemuda perkasa yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.